Sunshine

2.9K 301 55
                                    

Mobil milik Philip melaju dengan cepat membelah jalanan sibuk Manila, mengebut seakan dikejar oleh polisi.

Catalis Allsparx putih digerakkan dengan lihai, menyalip satu persatu mobil lain yang ada dijalanan.
Semakin mengebut dikala sang pengemudi melihat ekspresi senang sang penumpang.

Philip sangat hapal kalau Dirgantara suka mengebut.
Maka dari itu ia berani memacu mobil miliknya diatas batas normal mengemudi, tak peduli kalau-kalau dirinya menabrak orang, asalkan ia bisa melihat tawa bebas Dirgantara.

Dirgantara sendiri menatap ke arah Philip dengan senyum lebar, untuk sekali ini, ia tak apa untuk sedikit memberi celah.

"Philip fokus ke jalan! Itu salip-salip! Jangan sampe lolos!" Teriak Dirgantara dengan senang

"Oke!" Philip dengan cekatan menambah kecepatan dan menyalip truk didepannya.

Dirgantara tertawa puas.
Philip juga tertawa, ia tertawa karena Dirgantara tertawa.

Namun semua kesenangan pasti ada akhirnya.
Siluet gedung WM terlihat dari kejauhan.

Seketika suasana menjadi canggung dan dingin.
Dirgantara sepertinya sangat membenci kalau dirinya harus bertemu teman-teman lama nya.

Dirgantara menghela nafas sebentar, "ah, aku masih belum siap bertemu setan-setan itu." Ucapnya pelan

Philip mendengarnya, memberhentikan mobilnya saat lampu merah.
Philip mencondongkan tubuhnya ke arah Dirgantara.

Mengecup kecil pipi tirus Dirga.
Ia berbisik, "Kalau mau kita bisa bolos sekarang."

Dirgantara tertawa kecil, Philip memang adik terbaik nya.

"Tak perlu. Terimakasih sudah mau repot-repot ngajak bolos Phil." Dirga menatap wajah Philip dengan lembut.

Sedikit demi sedikit Philip mendekat, mempertipis jarak tang ada antara dirinya dan kakaknya.
Dirgantara bisa merasakan nafas hangat Philip di wajahnya, memperjelas fakta kalau saat ini kereka berdua tengah sangat dekat, hanya menyisakan celah satu centi saja.

Perlahan bibir Philip menempel pada ranum pucat Dirgantara.
Menempel dengan lembut, Hanya menempel tanpa ada inisiatif untuk bergerak lebih.

Dirgantara dengan inisiatif nya sendiri bergerak, benda tanpa tulang menjilat bibir Philip dengan menggoda.
Meminta sang empunya untuk membuka ranumnya, mengajak nya untuk bergulat dengan Dirga.

Philip tersenyum miring.
Ah, ternyata Dirga yang mulai duluan.

Philip dengan kurang ajar menelusupkan lidahnya, mengabsen satu persatu gigi Dirgantara, mengoyak gua hangat milik Dirga dengan semangat.

"Philnh.. nm.." desah Dirgantara tertahan

Philip semakin semangat memperdalam ciumannya, aatu tangannya yang bebas mengusap dada Dirgantara, sedikit(banyak) sengaja tak menyentuh pincuk dada Dirgantara yang menegang.

"Nmn.. Phil-iphh stop!"

Philip menghentikan ciumannya dengan tak rela, benang saliva menjadi saksi bisu cumbuannya dengan Dirgantara.

Ia mengecup sebentar bibir bengkak Dirga, menempelkan jidatnya dengan jidat orang yang paling ia sayang.
Sembari mengelap bekas saliva yang mengalir dari sudut bibir Dirgantara.

TINT!

Bunyi klakson mobil menyadarkan keduanya dari aksi tak senonoh mereka. Ternyata lampu jalanan sudah sedari tadi hijau.
Ah Philip juga lupa kalau jendela mobil nya transparan, pengemudi di sebelahnya pasti tadi melihat mereka berdua berciuman.

Philip menggenggam tangan Dirga, mencengkram nya dengan lembut sembari mengusapnya beberapa kali sebelum tancap gas menuju gedung WM.

Cahaya matahari menyusup masuk kedalam mobil, membingkai wajah Dirga bagai halo malaikat dari surga.
Pipi merah dan bibir bengkak menjadi paduan yang sempurna untuk Dirgantara.

Terlebih kalau ia mendesah nikmat dibawah Philip.

Ah, Philip berpikiran aneh. Lagi.

Philip menggeleng, mencoba menghilangkan gambaran kotor tentang Dirgantara.
Tanpa sadar ia mencengkram tangan Dirgantara kelewat keras, membuat empunya meringis kecil.

"Shh Phil Sakit.."

"A-ah maaf kuya.. euh.. dan.. maaf tadi Aku kelebihan.. " Philip mengusap lembut tangan Dirgantara, membawanya ke hadapan wajahnya untuk ia cium.

Dirga sendiri tak mempermasalahkannya, justru ia membawa tangannya itu untuk mengusap pipi Philip.

"Tak apa, lagi pula sudah lama aku tak merasakan ciuman, dan selamat kau jadi orang pertama untuk dapat ciuman ku setalah sekian lama adik kecil"

Philip mengangguk, sedikit murung karena ingat ciuman pertama dirinya bukan Dirgantara dan ciuman pertama Dirgantara juga bukan dirinya.

"Hey kenapa Phil? Jangan murung begitu."

"Tak ada, hanya saja aku tak suka saat ingat ciuman pertama kuya bukan aku."

Dirga tertawa kecil, "Astaga hanya itu? Tak usah dipikirkan, lagipula ciuman pertama ku dicuri bukan aku yang memberi 'orang itu'  ciuman cuma-cuma."

"Nm."

Philip mengangguk, ia memberhentikan mobil nya di tempat parkir gedung WM.
Menghela nafas sejenak, sebelum kembali mencium ranum bengkak Dirgantara.

"Nmp--"

Philip melumat kembali bibir bengkak Dirgantara, kembali menginvasi gua hangat persona negeri Khatulistiwa.

Setelah puas ia melepasnya, kemudian menciumi wajah Dirgantara, hingga turun ke leher bagian belakang.

"Phil-- AKH!" Kaget Dirgantara saat Philip menggigit tengkuknya dengan keras.

Philip mengecup sudut mata Dirgantara yang tergenang oleh air mata, mengecupnya dengan penuh sayang dan rasa bersalah.

"Kuya, maaf."

Dirga mengangguk, "tak usah minta maaf terus Philip. Kalau harus menciumi ku dua kali juga tak apa, asalkan sunshine ku senang aku tak apa kok."

Philip merona, astaga perkataan Dirga sangat jleb ke hatinya.
Ia menciumi Dirgantara lagi, gemas dan senang bercampur menjadi satu.

"Kalau kuya takut bertemu mereka, kuya boleh lari ke arah ku oke?"

"En." Dirga mengangguk paham.

Philip keluar dari mobil, berlari menuju pintu tempat Dirgantara duduk, berniat membukakan pintu untuk pangeran nya.

Dirgantara mematung sebentar, dirinya terlalu bingung dengan perlakuan Philip padanya, meski dalam hati cukup senang diperlakukan bagai barang rapuh.

Dirgantara keluar, tubuhnya bergetar sedikit.
Panik sekejap sebelum Philip kembali merangkulnya.
Membawanya masuk menuju neraka tak berujung berkedok gedung World Meeting.



.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC.

Masih PhilIndo!

Sekiranya Chapter depan apaan yak, Masih diantara Malayancest VS Russindo

Ato yang Laen

Tauk lah Coment aja Kalo Mau
GK juga Bodo amat.
:)

ASPHYXIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang