5. Aruhara

34 0 12
                                    

Suasana menjelang minggu-minggu ujian semester kali ini hampir sama seperti sebelum-sebelumnya. Banyak sekali ulangan harian yang diadakan oleh para guru untuk mengisi daftar nilai.

Namun terkadang, beberapa guru membebaskan muridnya untuk belajar mandiri di dalam kelas dan mempersilakan bagi mereka yang ingin bertanya mengenai materi yang belum paham. 

Seperti sekarang ini.

Sejak jam pertama tadi, kelasku beruntung karena mendapat kelonggaran waktu untuk belajar sendiri tanpa ada bayang-bayang ulangan harian. Membuatku dan teman-temanku tanpa sadar membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas materi dan soal untuk persiapan semesteran yang tinggal sebentar lagi.

Runi yang setia duduk di samping bangkuku kali ini juga serius mengerjakan soal-soal yang ada di bukunya.

"Udah dapet jawabannya belum, Cun?"

Aku menggeleng tanpa menoleh ke arahnya dan masih berpikir sambil memutar pulpen di tanganku.

"Cun, pulang nanti kamu masih ada latihan rutin?"

"Mulai minggu ini ekskul udah off karena minggu tenang. Emang kamu masih ada?"

Kini aku menoleh ke arah Runi. Tentu dengan pulpen yang masih aku putar-putar.

"Udah off  juga sih,"

"Sama lah kalau gitu,"

Aku membalikkan tubuhku dan akan kembali mengerjakan deretan angka yang minta tolong dipertemukan dengan sang x.

"Gimana kalau nanti kita ke toko buku, Cun?"

"Mau ngapain?"

"Nge-date."

Aku berhenti dari kegiatanku dan menoyor jidat yang kini terpamapang di depan wajahku.

"Ke toko buku kok nge-date!"

"Udah tau kalau ke toko buku ngapain, pake nanya,"

Ia bersungut kesal karena tindakanku barusan.

"Udah tau mau UAS, malah mau beli novel,"

Aku menirukan gaya bicaranya tadi. Kalau Runi sudah mengajak untuk pergi ke toko buku, nggak lain yang akan kita beli adalah novel.

"Peduli apa UAS sama novel. Minggu kemarin novel dari penulis kesukaanku baru rilis. Sequel sebelumnya nih!"

Matanya berbinar menatap ke arah papan tulis. Membayangkan seolah novel itu sudah ada di hadapannya.

"Aku nggak bisa, udah ada janji,"

Tidak, aku tidak berbohong. Aku memang sudah memiliki janji.

"Yah, kamu nggak asik!"

Hanya helaan napas yang bisa kujadikan respon untuk Runi.

Sebenarnya aku juga mau-mau saja menemani Runi pergi ke toko buku. Toh, aku juga sudah kehabisan stok novel yang bisa kubaca di rumah. Namun, orang si pembuat janji ini, yang beberapa waktu berhasil membuatku penasaran, akhirnya mengajakku bertemu untuk membicarakan sesuatu.

Berharapnya sih pikiran-pikiran aneh tentang dia selama ini bisa terjawab.

Runi di sampingku sudah membereskan peralatan sekolahnya dan siap menenteng tas.

"Mau kemana?"

"Pergi sama Loka, kamu sih, pake acara nggak bisa,"

Aku membulatkan mataku.

"Demi apa kamu? Mau ke sana sama Loka?!"

Runi malah tersenyum malu-malu dan meninggalkanku tanpa menjawab pertanyaanku.

CitrapataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang