8. Tertumbuk Pandangan

11 0 0
                                    

Ada yang terbit hari ini. Tetapi bukan matahari.

"Guys, sekelas remidi nih. Kerjain bareng kuy!"

Nah, maksudku adalah remidi.

Kondisi di mana kita berada di antara waktu sudah selesai ujian dan masih menunggu penerimaan rapot sebenarnya adalah waktu yang paling ditunggu sekaligus yang paling dihindari.

Ditunggu karena berpikir bahwa tidak ada lagi beban tugas dan belajar. Jadi, akan ada banyak waktu luang ketika berada di sekolah. Dan dihindari karena jika para guru selesai dengan rekapan nilai dan ternyata kami masih memiliki kekurangan nilai, maka kami akan remed yang mana anggapan tentang tugas yang sudah selesai di awal tadi adalah suatu kesalahan.

"Bagi-bagi aja dong! Hitung dari depan satu sampe 30. Habis itu masing-masing kerjain sesuai nomor yang disebut,"

"Boleh tuh. Gas sekarang aja!"

Kerja sama yang baik, bukan?

"Pada semangat banget buat ngerjain remed. Ada apa sih, Run?"

Bukan tanpa alasan aku menanyakan hal tersebut. Karena biasanya teman-temanku—termasuk aku akan mengeluh dulu ketika dihadapkan dengan remidi. Namun, kali ini mereka sangat semangat bahkan sampai ngide membagi tugas.

"Hari ini ada tanding voli angkatan atas sama angkatan kita buat pembukaan clasmeet. Pada mau nonton kali,"

Runi menjawab pertanyaanku dengan mengulirkan layar ponselnya alia sedang browsing jawaban untuk soal yang ia dapatkan.

"Seru gitu emang nonton voli?"

"Cuni, Cuni. Lain kali kalau pulang sekolah tuh jangan langsung pulang. Akhir-akhir ini mereka sering main di lapangan voli dan mainnya nggak yang abal-abal. Jadi, yaa seru banget. Apalagi angkatan atas pada ganteng-ganteng,"

Aku mengangguk-angguk mendengar kalimat Runi.

"Share jawabannya di grup yaa, guys! Habis itu dikumpul di meja guru dan yang terakhir ngumpul, bawain ke ruang guru ya! Semangat teman-temankuuuh!"

Si ketua kelas yang dulu seenaknya merangkulku dan menyuruhku untuk ikut rapat forum, kini meninggalkan kami yang masih belum selesai menyalin tugas.

"Wah, sak penakke dewe kae ki,"

"Hes jan,"

Dan berbagai keluhan lain mulai terdengar.

Ini, baru teman-temanku. Mengeluh!

"Ikut nonton nggak, Cun?"

Aku menoleh ke Runi yang sudah berdiri dan membawa lembar jawabannya untuk dikumpulkan di meja guru.

"Nggak ah, di kelas aja,"

Aku menyerahkan jawabanku dengan tatapan 'titip, ya?'

"Yaudah. Aku tinggal yaa, Cun,"

Ia menerimanya dan berjalan cepat keluar dari kelas.

Satu per satu teman-temanu keluar dengan tujuan yang sama dengan Runi, nonton voli.

Sekarang, apa yang akan aku lakukan?

Aku melipat kedua tanganku dan kuletakkan di atas meja. Kemudian menempelkan dahiku di kedua lipatan tangan tadi.

Suasana kelas yang sepi kali ini membuatku mengantuk. Ditambah lagi tidak ada orang yang akan aku ajak ngobrol. Sempurna sudah kantuk hinggap hingga membuatku jatuh terlelap dalam kondisi duduk.

---

Mataku mengerjap ketika beberapa saat lalu aku mendengar decitan kursi yang dipindahkan.

Ketika mataku sudah terbuka sempurna dan kesadaran sepenuhnya telah kembali, aku memiringkan kepalaku ke kiri dan melihat ada kaki jenjang yang sedang berdiri.

CitrapataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang