Sorry for typo(s)
[Sebelas tahun kemudian]
Impian seorang anak adalah memiliki keluarga yang penuh dengan cinta dan kasih sayang, selalu memberikan dukungan maupun saran atas keputusan yang akan diambil. Semua sanak saudara akur satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam sekolah maupun kegiatan di luar.
Semua hal tersebut telah didapatkan oleh Seo Donghyuck selama hidupnya. Seorang ibu yang penuh dengan cinta dan perhatian pada anak-anak, dua saudara yang terkadang saling mengejek tetapi menaruh kepedulian yang luar biasa.
Hyuck, panggilan akrabnya memiliki dua saudara yang lebih tua bernama Seo Youngho dan Seo Minhyung. Namun, selama tinggal di Amerika kedua saudaranya memiliki nama lain di sana.
"Johnny Hyung dan Mark Hyung. Ish! Bagus begitu, kalau aku Aladdin saja!"
"Itu Timur Tengah! Jangan membuatku mengumpat, ya!" sembur si anak tengah yang sedang fokus dengan ponselnya di sofa.
Berkumpul di ruang tengah, Johnny duduk di bawah dengan beralaskan karpet sedangkan Donghyuck berbaring di atas pahanya sembari tertawa.
"Semua sudah dipersiapkan, kan? Jangan sampai ada yang tertinggal."
Sosok wanita dengan piyama tidur berjalan menghampiri ketiga putranya, duduk di samping Mark. Wajah tanpa make up tersebut masih terlihat cantik dengan usianya yang hampir menginjak usia lima puluh tahun.
"Hyuckie..."
"Tenang, Mommy! Semua sudah aman di dalam koperku, Johnny Hyung yang membantu."
"Good!" wanita tersebut menghela napas panjang, bersandar pada bahu Mark dengan senyuman yang terukir, "Kembali ke kampung halaman itu sangat menyenangkan."
Si sulung mendongak menatap Ibunya dengan senyuman yang lebar, "Fans Mom juga pasti menunggu kedatanganmu. Belum lagi Mark diterima menjadi trainee di perusahaan lama Mom," jelasnya.
"Ey! Aku tidak bilang ya kalau penyanyi Tiffany ini Ibuku," bela Mark untuk dirinya sendiri.
Tak ingin kalah, si bungsu merubah posisinya menjadi duduk, maniknya berbinar menatap sang ibu di sana, "Setelah Mark Hyung, Hyuck yang akan masuk ke sana!"
Manik Tiffany membulat, ia menatap si bungsu dengan antusias dan berkata, "Bagus, Sayang! Suara Hyuck itu indah, nanti Mommy bantu untuk masuk atau mungkin ingin satu group dengan Mark Hyung?" tawar wanita tersebut.
Di tempat duduknya, Johnny tertawa. Niat hati Mark supaya tidak direcoki oleh sang adik justru sang ibu menawari demikian rupa.
"Tidak mau!"
"Tidaaak!"
Wajah melongo Tiffany tergambar jelas mendengar penolakan kedua putranya yang bersamaan, "Kenapa, ih?"
Jemari Donghyuck menyisir surainya dengan tatapan angkuh dan memasang wajah sinis pada kakak nomor dua itu, "Tidak enak kalau di group. Uangnya pasti dibagi-bagi, enakan jadi soloist!" sindirnya.
"Sialan!" dibalas dengan Mark dan lemparan bantal yang ada.
Memang tidak lengkap jika tidak ada pertikaian dua anak tersebut, Johnny yang selama belasan tahun menjadi saksi lelah untuk bereaksi apapun, sudah muak.