F.13

9.1K 1.4K 142
                                    



Sorry for typo(s)






Perasaan takut sedang menyelimuti hati Jaemin, jemarinya menggenggam erat pada tangan sang kakak kembar yang duduk di kursi mobil belakang bersama dirinya. Kepala anak itu tertunduk dalam sembari menghela napas panjang, pandangan pemuda itu beralih pada rumah yang cukup berjarak jauh dari kendaraan mereka berhenti.




"Ayo aku temani saja, kalau mereka memarahimu. Kubalikkan kata-kata Nenek menyebalkan itu!"




Bibir Jaemin mengerucut dan menggelengkan kepala, "Jangan! Nanti malah jadi rekan mengomel!" celetuknya kesal.




Di depan, Johnny yang mengemudikan mobil tertawa renyah kemudian berbalik menghadap si kembar dan memberi tatapan menenangkan pada Jaemin, "Kalau ada apa-apa, hubungi kami. Oke?"




Betapa beruntungnya Haechan memiliki keluarga Seo yang hangat. Doa-doa Jaemin terdengar oleh Tuhan supaya sang kakak lebih bahagia dari dirinya. Hidup dengan orang asing memang sulit, tetapi mereka membuat keadaan lebih mudah dengan kebaikan yang telah diperbuat.





"Terima kasih, Hyung. Maaf ya merepotkan malam kemarin."




Tangan Johnny melambai ketika mendengar ucapan terima kasih itu, "Inginnya kalau boleh, kau tukaran saja dengan Haechan."



Tangan Haechan bergerak memukul lengan si sulung Seo di sana sembari melototkan mata, "Enak saja!" sentaknya galak dan tawa kecil menjadi respon untuk rajukan tersebut.





Setelah merasa tenang, Jaemin berpamitan keluar dari mobil. Sesekali menoleh ke belakang sembari melambaikan tangan. Dengan langkah yang ragu, ia berjalan menuju ke rumah keluarga Jung.




Tangannya menyentuh ponsel yang ada di saku celana. Tadi pagi baru saja Jaemin melihat notifikasi dari Jeno dan Jaehyun, apalagi ketika membaca pesan bahwa Ibunya menangis ketika tidak menemukan dirinya di rumah.




Emosinya selama ini yang terpendam, tadi malam telah diluapkan. Namun, justru membuat beberapa orang yang ditinggalkannya menjadi khawatir.




Dilihatnya pintu gerbang rumah yang terbuka membuat Jaemin semakin mempercepat langkahnya. Sembari menghela napas panjang, ia memasuki pekarangan yang sudah menjadi tempat tinggalnya bertahun-tahun. Rasanya malu untuk kembali karena sudah mengecewakan.




"Jaemin!"





Kepalanya sontak mendongak ketika mendengar suara Jaehyun yang memanggilnya, raut wajah khawatir tergambar jelas di sana. Sosok yang lebih tua berlari menghampiri kemudian menyerangnya dengan pelukan. Sebuah ucapan terima kasih dilirihkan oleh si sulung Jung karena melihat adiknya baik-baik saja.




Wajah manis Jaemin ditangkup oleh Jaehyun dengan keduanya saling menatap, "Ma-maaf, Hyung."




"Di mana kau tidur semalam? Ya Tuhan, Jaemin! Ibu bahkan sampai tidak tidur karena khawatir padamu."




Pernyataan tersebut semakin membuat Jaemin merasa bersalah, ia sangat bahagia karena bertemu dengan saudara kembarnya sampai melupakan seseorang yang telah merawatnya bertahun-tahun dengan kasih sayang. Bahkan tanpa memberikan kabar satupun.





Kepalanya tertunduk tak berani menatap sang kakak, "Maaf, Hyung. Aku tidur di tempat te-temanku."



"Nenek benar-benar membuatmu sakit hati ya?"





Fratelli✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang