Sorry for typo(s)
Kejadian yang dialami Jaemin kemarin mungkin paling terburuk untuknya, bahkan sampai membuat anak itu tak sadarkan diri dan harus dirawat selama beberapa hari. Apalagi dengan memori masa lalu yang bertubi-tubi mendatanginya, bukan maksud untuk mengubur dalam-dalam juga.
Sampai saat ini Jaemin selalu menyalahkan diri sendiri, jika dia bukan anak yang manja dan selalu menuntut untuk mendapatkan sesuatu harus hari itu juga mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi.
Bahkan Haechan juga pergi, tetapi sebagian dirinya juga takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada kakak kembarnya tersebut.
Berkali-kali ia mencari nama Haechan di pencarian internet, tetapi tak ada jejak sama sekali. Padahal, dengan sengaja Jaemin memakai nama aslinya bertujuan jika sang kakak mencari. Ia pasti mengetahuinya langsung, kan?
Maniknya bergulir kesal, Jaemin merubah posisi tidurnya menjadi duduk dan mengamati ruang kamarnya yang kosong. Sang Ayah pergi mencari makan karena ia mengeluh tak menyukai bubur rumah sakit.
Rasa bosan menyerangnya membuat anak itu melangkahkan kaki sembari mendorong tiang infusnya untuk keluar sekedar menghirup udara luar. Orang-orang berlalu-lalang memenuhi lorong rumah sakit.
Berdiri di tepi melihat pemandangan ke bawah, kedua tangan Jaemin memegang pegangan besi di sana dengan tatapan bosan.
"Jaemin!"
Tubuhnya berbalik ketika mendengar namanya dipanggil dan terkejut ketika melihat sosok tersebut.
"Donghyuck!"
Setelah pemuda Seo itu terseok berjalan mendekatinya, Jaemin dengan tiba-tiba berhambur dalam pelukan anak itu dengan senyum merekah. Merasa senang bahwa ia bertemu dengan sosok yang dikenalnya.
Maniknya membulat kala menyadari apa yang dilakukannya, segera Jaemin melepas pelukan tersebut dan diikuti tawa canggung. Namun, Donghyuck memberikan senyum manisnya di sana.
Kedua alis Jaemin terangkat menatap baju pasien yang dikenakan oleh Donghyuck, tangan yang tidak terinfus terangkat menunjuk wajah anak itu.
"Kau sakit apa?"
Pertanyaan tersebut terlontar bersama oleh dua anak tersebut, membuat mereka tertawa kecil. Jaemin mempersilakan pemuda di depannya untuk menjawab terlebih dahulu.
"Hanya jatuh dari tangga," ujar Donghyuck sembari menunjukkan kaki yang diberi gips.
Manik Jaemin membulat, ia sedikit mendekat ke arah Donghyuck kemudian memegang tangannya, "Ayo, masuk saja kalau begitu!" ajak anak itu.
Sembari mendorong infusnya, Jaemin juga membantu pemuda Seo berjalan masuk. Mood anak itu jauh lebih baik sekarang, tiba-tiba saja rasa bosannya hilang entah ke mana. Senyumnya begitu lebar melihat Donghyuck di hadapannya.
"Tidak parah, kan?" tanya Jaemin ketika sudah duduk di ranjang kemudian melongok pada kaki Donghyuck di bawah.
Yang ditanya menggeleng, "Hanya terkilir," si bungsu Seo memiringkan kepala, "Kalau dirimu? Wajahmu pucat, sudah minum obat? Kenapa sendirian di sini?"
Pertanyaan bertubi-tubi yang dilontarkan membuat Jaemin tertawa kecil, ia bisa melihat wajah temannya tersebut begitu khawatir. Padahal mereka sama-sama memakai baju pasien.