Sorry for typo(s)
Donghyuck masih memiliki rasa penasaran mengapa Jaemin meminta untuk merahasiakan hari ulang tahunnya pada Jeno, dengan alasan lupa dan takut membuat saudaranya merasa bersalah? Itu akan masuk akal jika dirinya tidak melihat sifat posesif anak itu.
Bahkan selama pelajaran berlangsung hari ini, Donghyuck harus mendapat dua kali teguran karena melamun.
Sampai pada jam istirahat pertama berbunyi, Donghyuck segera keluar dari kelasnya dan berjalan menuju kawasan jurusan tari. Maniknya mengedar ke lorong dan sesekali mengintip ke kelas yang dilewati.
Pada kelas ketiga, Donghyuck berhenti kala melihat sosok Jeno yang sedang berjalan keluar. Bibirnya menyunggingkan senyum sembari berdiri menunggu.
"Jeno!"
Yang dipanggil menoleh, terkejut melihat Donghyuck di sana tetapi masih berjalan menghampiri. Kedua alisnya bertaut tak paham, siswa yang berbeda jurusan telah ada di depan kelasnya.
Sebelum bertanya, si bungsu Seo berjinjit seperti mencari seseorang lagi dan hal tersebut membuat Jeno memutar bola matanya.
"Jaemin tidak ada," kata saudaranya, "Dia di ruang club tari untuk pertemuan."
Salah satu alis Donghyuck terangkat, "Kau tidak ikut?"
Pemuda Jung itu hanya menggelengkan kepala, kemudian berjalan melewati Donghyuck tanpa mengatakan apapun. Bibir si bungsu Seo mengerucut, ia berjalan mengikuti langkah Jeno membuat anak itu mengerutkan kening tidak suka.
Masa bodoh tentang hal itu, Donghyuck tidak akan menghindar. Toh, yang dia inginkan bersama Jaemin bukan laki-laki kaku di depannya ini.
"Di mana ruangannya?"
Kepala Jeno menoleh dengan tatapan mendelik, "Untuk apa bertanya?"
"Menemuinya, apalagi? Kau ingin ke sana, kan? Aku ikut!"
Tanpa bertanya lagi, Jeno berjalan kembali mendahului Donghyuck, anak itu tertawa kecil melihat pemuda Jung itu menyerah. Dengan senang hati, ia mengekorinya dari belakang.
Ruangan yang dituju berada di ujung lorong, dengan pintu dari kaca Donghyuck bisa melihat beberapa anak sedang berkumpul bersama salah satu guru di depan mereka seperti sedang menjelaskan.
Sembari menunggu, si bungsu Seo duduk pada bangku yang berada di depan ruangan tersebut dengan Jeno di sampingnya. Suasana canggung menyelimuti mereka berdua, sesekali Donghyuck mencuri pandang pada pemuda Jung.
"Jaemin suka menari ya?"
Pertanyaan retoris yang sudah jelas tidak membutuhkan jawaban membuat Donghyuck meringis. Beberapa saat, Jeno hanya terdiam. Benar-benar menunjukkan seperti mereka musuh bebuyutan.
"Hm."
Jarak sepuluh detik baru mendapat balasan. Bola mata Donghyuck berotasi malas, jika bukan saudara Jaemin, mana mau ia mengeluarkan suara.
"Kenapa kau tidak ikut?"
"Jaemin melarangku," balasnya yang menyebabkan kerutan pada dahi Donghyuck terbentuk, "Dia menyuruhku untuk melanjutkan sekolah dulu."