SS | Chapter 16

3.1K 245 38
                                    

Enjoy, tapi jangan lupa vote❣

🍭🍭🍭




Mentari datang terlalu awal pagi ini, membuat para penghuni rumah itu terjaga lebih awal dan bergegas untuk melakukan sesuatu.
Seventeen pamit pulang pagi-pagi sekali bahkan sebelum Wonwoo bangun dari tidurnya. Mereka juga melewatkan sarapan pagi bersama.
Katanya mereka juga harus pulang kerumah orang tua mereka. Jadi Sowon dan Paman yang mengantarkan mereka tidak bisa menahan mereka.

"Hati-hati dijalan oppa!" ucap Sowon.

"Tentu." Sahut S.coups.

"Seharusnya kalian tunggu sampai sarapan atau sampai Wonwoo bangun," timpal Paman.

"Tidak apa-apa Paman, kami juga buru-buru soalnya, ya sudah kalau begitu kami pamit."

Paman menganggukan kepalanya.

S.coups tersenyum lalu masuk kedalam mobil. Mobil itu mengeluarkan klaksonnya sebelum meninggalkan mereka.

🍭🍭🍭

Waktu menunjukkan pukul 6.45.

Sowon sedang sibuk membantu Bibi menyiapkan sarapan sementara Nenek sepertinya masih terbaring ditempat tidur, Bibi bilang Nenek agak tidak sehat jadi sebelum membantu Bibi memasak Sowon langsung melihat Nenek dikamarnya. Paman sedang menyirami tanaman dihalaman rumah.
Wonwoo dan Sewon?
Mereka belum bangun, bisa-bisanya Ayah dan anak itu bangun kesiangan.

"Tidak biasanya Wonwoo bangun kesiangan, apa mungkin dia terlalu lelah?"

"Sepertinya begitu..." Sowon berdeham pelan.

Mengingat semalam dia tidak bisa melakukan apapun padaku karena Sewon.
Batin Sowon.

"Aku bangunkan mereka dulu." Sowon melengos pergi ke kamarnya untuk membangunkan kedua Pria nya yang wahhh,,,mereka tidak ada diatas kasur.
Sepertinya mereka sudah bangun.

Pintu kamar mandinya terbuka dan ada suara orang mengobrol didalam sana. Sowon berdiri didekat pintu untuk melihat kedua Pria nya sedang melakukan apa.
Suami dan anaknya itu sedang sikat gigi sambil berkaca. Sewon berdiri diatas kursi yang membuat diri bocah itu sejajar dengan Papanya.

"Kamu belum ngasih tau Mama kan kalo Papa yang nyuruh kalian kesini?" Tanya Wonwoo pada putranya yang sedang menyikat gigi dan berdiri diatas kursi agar dirinya sejajar dengan Wonwoo dan melihat pantulan diri mereka di cermin.

"Bhelum, emhang boleh khasih thau Mama?" jawab Sewon dengan lucunya.

"Jangan dong, ngapain dikasih tau." Wonwoo mengacak rambut Sewon yang tadi sudah bocah itu rapihkan.

"iih Pa," rengek Sewon.

Wonwoo hanya tertawa sebelum berkumur dengan air.

"Kamu mau punya adek nggak Won?" Pertanyaan Wonwoo barusan membuat Sewon bahkan Sowon yang mendengarnya hampir tersedak saliva mereka.

Dengan polosnya Sewon menoleh pada Papanya.

"Mau aja, tapi emangnya Mama mau?"

"Emang Mama nggak mau?"

"Mana aku tau Pa, bukannya Papa bisa baca pikiran Mama?"

"Punya kekuatan apa Papa bisa baca pikiran Mama? Ada-ada aja kamu."

"Kirain, tapi mungkin Mama mau nunggu sampe Papa diem dirumah gitu. Papa punya rencana buat diem dirumah?"

Bahasa Sewon yang tidak langsung ke inti membuat Wonwoo berpikir agak lama. Untung saja dirinya tidak bodoh-bodoh amat jadi Ia langsung mengerti apa maksud perkataan Sewon.

The Secret Marriage  | Second StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang