Tanpa banyak basa basi lagi
Happy reading...
~~~~~~~
Nadira mengernyit bingung saat Kay melajukan mobilnya bukan ke arah tempat tujuan awal mereka
"Loh kan arah mall nya itu ke kanan? Kok kita malah belok kiri?" Tanyanya bingung
Kay hanya tetap fokus pada jalanan di depannya
Pikirannya saat ini sedang sangat kacau, penuturan Farel beberapa waktu lalu sudah berhasil mengganggu konsentrasinya
Nadira hanya bisa diam melihat ekspresi datar yang ditunjukkan Kay
Pemuda itu sama sekali tidak mengindahkan pertanyaannya
"Kalau lo punya urusan lain, gue bisa pergi sendiri" imbuh Nadira geram dengan sikap Kay padanya
Tak selang beberapa menit, Kay meminggirkan mobilnya
"Kenapa berhenti?" Tanya Nadira bingung
Kay menoleh ke arah Nadira "keluar!!" Suruhnya datar
Mata Nadira spontan membulat, ia sama sekali tidak menyangka bahwa telinganya akan mendengar penuturan Kay yang sangat dingin seperti barusan yang dia dengar
"Lo budek?" Tanya Kay dingin
Nadira mengedipkan matanya beberapa kali, meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi
Nadira meneguk salivanya, ia sama sekali tidak menyangka Kay akan sekasar dan Setega ini padanya "gue cu...."
"Keluar!!!"
Nadira mengepalkan tangannya dan segera keluar dari mobil Kay
Ada apa dengan cowok itu? Tidak biasanya Kay bersikap sedingin itu padanya
Dan Nadira hanya bisa menahan amarahnya saat melihat mobil Kay yang kini melenggang pergi dengan kecepatan tinggi meninggalkannya sendirian di tengah terik matahari
~~~~~~~
"Key Lo kok tega sih ninggalin gue" rengek Rana sambil memeluk Keysi "gue baru kehilangan Adeline" Rana menggantungkan kalimatnya "dan sekarang Lo juga akan ninggalin gue" lanjutnya dengan suara yang mulai serak
Keysi menggigit bibir bawahnya, sebenarnya ia juga tidak ingin meninggalkan tempat yang sudah membuatnya merasa nyaman "sorry Ran, gue nggak bisa nolak keputusan Papa gue" lirihnya dengan setetes butiran bening yang perlahan membasahi pipinya
Rana melepaskan pelukannya dan menatap wajah sahabatnya itu "jangan pernah lupain gue walaupun Lo udah punya teman baru disana"
Keysi menggeleng pelan "sahabat gue hanya Lo dan Adeline" tegasnya sambil menghapus air matanya
"Jangan lupa kasih kabar ke gue"
Keysi hanya tersenyum dan mengangguk
"Lo harus kasih kabar ke gue setiap hari sekalipun Lo sibuk*
"Pasti"
"Lo juga harus telepon gue minimal dua hari sekali"
"Iya"
"Lo boleh punya pacar baru tapi Lo nggak boleh punya sahabat baru"
Keysi terkekeh pelan "tidak keduanya"
Rana berdecak sebal "Lo mau jomblo seumur hidup?" Tanya Rana tak santai
"Astagfirullah mulut Lo" tekan Keysi geram "Lo mau bibir Lo gue kuliti?* Timpal keysi sadis
"Lo sih, masa nggak mau cari pacar baru" katanya berusaha membela diri
"Gue cuman masih ragu untuk buka hati ke orang lain"
Rana memutar bola matanya gemas "dasar bucin laknat"
"Btw, gue nggak lihat ada sosok belahan jiwa Lo disini" goda Rana mencari topik baru agar tidak menangis
"Dia udah bahagia"
"Berarti Lo juga harus bahagia" pesan Rana
"Gue udah bahagia karena dia udah bahagia"
"Woy Lo pikir ini drama Korea" timpal Rana kesal "Lo itu harus hidup bahagia bukan hanya lihat orang bahagia sedangkan Lo sendiri tersiksa"
Keysi berdecak pelan, Rana memang selalu berubah galak jika sudah menyangkut kebahagiaan "gue nggak tersiksa"
"BUKTIIN!!!"
Bukan hanya Rana, keysi pun langsung menoleh ketika mendengar suara berat itu tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini
Key menelan salivanya gugup saat sosok itu kini melangkah mendekati dirinya dan Rana
"Buktiin kalau Lo nggak tersiksa!!"
"Buktiin kalau Lo bahagia"
"Dan buktiin kalau gue bisa bahagia tanpa Lo"
Suara itu terdengar sangat dingin dan datar membuat siapapun yang mendengarnya menjadi merinding seketika
Rana meneguk ludahnya, sepertinya tidak tepat jika ia tetap berada disini dengan suasana mencekam yang mengelilinginya "hmm.... Key gue ke Keysa dulu yah" pamitnya sambil menyikut lengan Key sebelum benar benar meninggalkan kedua orang yang sedang diselimuti aura kelam itu
Kini hanya tinggal mereka berdua saja
Walaupun suasana disekitar sangat ramai namun untuk mereka, suasana mendadak terasa sangat sepi dan mencekam
Hening untuk beberapa menit "gue tau kalau Dimata Lo gue sama sekali tidak penting" katanya menjeda "tapi bukankah akan lebih baik kalau Lo pamit ke gue"
"Gue tau gue bukan siapa-siapa di dalam hidup Lo, tapi bukankah Lo sendiri yang bilang kalau kita bisa menjadi teman?"
"Bukankah teman harus saling mengabari dan saling berpamitan jika akan bepergian"
"Sama seperti yang Lo lakuin sama Rana"
"Lo mengabari dia kalau Lo akan pergi"
"Seharusnya Lo juga melakukan hal yang sama pada gue"
Keysi hanya terdiam mencerna seluruh penuturan cowok itu dengan baik
Yang dikatakan cowok itu memang tidak salah
Ia memang meminta Kay untuk tetap menjadi temannya
Tapi ia sama sekali tidak sanggup untuk memberitahu tentang kepindahannya kepada Kay
Ia seperti sedang berada di pertigaan jalan yang cukup membingungkan
Ah entahlah, sepertinya saat ini ia sedang terperangkap di dalam kebohongan yang ia buat sendiri
"Maaf"
Hanya kata itu yang bisa ia keluarkan
Otaknya sama sekali tidak bisa mengekspor kalimat dan menyalurkannya menjadi sebuah ucapan
~~~~~~~
Jangan lupa VOTE dan COMMENT yah
Follow ig-ku
@noer_auliasuciiByby_
KAMU SEDANG MEMBACA
AI✓(Tamat)
Romancedua huruf yang sangat sederhana menggambarkan bagaimana kesederhanaan yang membuat siapapun merasa.bahagia kata yang berarti cinta kata yang selalu memberikan senyuman dan kenyamanan namun dalam waktu yang bersamaan dapat membuat luka yang terbuka...