Menangis selama 36 jam itu tidak keren memang. Apalagi menangisi mantan terbangsat Kanaya. Ia masih tidak habis pikir bagaimana cerita cintanya berakhir mengenaskan seperti ini. Tidak cinta ? Lantas hubungan apa yang mereka jalani selama delapan tahun ini ? Main congklak ? delapan tahun bukan waktu yang sebentar. Banyak orang bilang percuma pacaran lama – lama, ujung – ujungnya hanya akan menjaga jodoh orang.
Awalnya Kanaya tidak percaya, ketika dia dilamar dan mereka bertunangan secara resmi, Kanaya pikir dia bisa mematahkan pendapat orang – orang di luar sana. Namun nyatanya ? Kebahagiaan itu hanya sesaat, buktinya mereka tidak akan bertemu di pelaminan. Mungkin selama ini Kanaya memang benar hanya menjaga jodoh orang saja.
Kanaya kembali menangis ketika ia mengingat kisah – kisahnya dulu dengan mantan terfakyu, label baru dari Kanya, ketika masih bersama. Dari kemarin sembari menangis dia terus instropeksi diri, apa yang salah dari dirinya, kenapa bisa si Elang tidak cinta lagi dengannya. Pikirannya terus berputar putar. Selama 36 jam pula Kanaya tidak keluar dari kamarnya sama sekali. Masih ingat di bayangannya, kejadian malam yang memporak – porandakan hati Kanaya. Hancur lebur sudah seluruh hatinya. Dia pulang jam 10 malam dimana seluruh anggota keluarganya sudah berada di dalam sarangnya masing – masing, jadi tidak ada yang tahu keadaannya yang pulang berderai air mata dan langsung mengunci kamarnya begitu tiba.
Elang tidak menghubunginya sama sekali hingga gawai milik Kanaya mati total. Lihatkan, ternyata Kanaya memang tidak begitu berarti di hidupnya. Ia hanya selingan. Kanaya mendengus sinis. Jam menunjukkan pukul 10 pagi, kepala Kanaya berdenyut hebat karena kurang tidur dan terlalu banyak menangis, tidak ada asupan nutrisi sama sekali selama 36 jam kecuali air putih. Perut Kanaya sudah nyeri, tanda lambungnya bermasalah apalagi dibagian ulu hati. Dengan sempoyongan, dia bangkit dari kasurnya dan berjalan pelan sembari memegang perut dan kepalanya menuju laci meja rias yang juga menyimpan stok obat – obatan.
Setelah mengonsumsi obat analgesik dan selang dari 15 menit, rasa nyeri yang menderanya sudah lebih baik daripada sebelumnya. Dengan perlahan, dia membuka pintu kamarnya dan mendapati suasana rumah yang sepi tidak ada orang sama sekali. Kakinya melangkah menuruni tangga dan pergi ke dapur. Sepi, tidak ada siapapun. Netranya menelisik sudut dapur dan menemukan post it yang ditinggalkan mamanya.
Mama Papa ke rumah Tante Maya, balik besok.
Kalo laper cek kulkas dan lemari aja, atau pesen makanan diluar.
Kresna ada acara ke Bromo. Kamu jaga rumah ya
Keysha ada penyuluhan, nggatau pulang kapan
-Mama
Kanaya menaruh kembali post it tersebut ke tempat semula. Dia butuh menyegarkan pikirannya terlebih dahulu sebelum memutuskan bagaimana kedepannya, orang tuanya belum mengetahui apapun, begitu juga keluarga dari Elang... mungkin. Walaupun masih agak sempoyongan dia berjalan kembali kekamarnya dan menuju ke dalam kamar mandi. Pilihan mandi dengan shower tidak memungkinkan karena kepalanya masih agak sempoyongan, maka dari itu ia lebih memilih berendam dalam bathub. Kanaya memasuki bathub dengan baju yang masih melekat sempurna pada tubuhnya, kemeja kebesaran berwarna putih dan celana pendek warna hitam tertutupi sempurna oleh kemejanya yang kebesaran.
Dia duduk lalu menyalakan air hangat. Pikirannya melayang entah kemana sembari menunggu air di dalam bak penuh. Ketika air makin lama melingkupi tubuhnya, matanya sudah terlalu berat untuk terbuka mungkin karena efek obat yang tadi ia minum, atau memang karena dia yang kurang tidur selama ini. Dengan perlahan dia menutup matanya hingga kegelapan menyapanya. Lelah sekali. Sepertinya dia memang butuh penyegaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redémarrer
ChickLitKarena hati juga punya batasan atas segalanya. Bukan menyerah, namun berdamai, berhenti dan menghadapi kenyataan, menutup lembaran terakhir yang sudah usai dan membuka lembaran baru.