Kanaya keluar dari salon setelah melakukan serangkaian perawatan untuk rambutnya, mulai dari memotong, mewarnai, lalu di lanjut dengan hair spa. Butuh waktu sekitar 4 jam untuk itu semua. Setelah menyelesaikan semua treatment, Kanaya berjalan dengan senyum yang mengembang. Untungnya salon yang ia pilih berada di dalam mall. Selama 4 jam mengubah tampilan, perut Kanaya rasanya lapar, dengan semangat kakinya melangkah menuju gerai makanan yang ada dalam mall tersebut.
Matanya sibuk memindai sebaiknya dimana ia akan makan, apakah di foodcourt atau lebih baik masuk ke dalam restoran atau kafe saja. Setelah menimbang cukup lama ia pun berjalan mencari restoran korea.
Seseorang menubruknya dari belakang lalu memeluknya dengan erat. Saat ditabrak untung saja refleks Kanaya cukup bagus, dia tidak jatuh terjerembab ke depan. Namun ia kaget bukan main ketika melihat tangan melingkar pada perutnya, .
Kepalanya menoleh ke belakang dan senyuman seorang gadis remaja tersenyum padanya. "Kak Kanaya! Aku kangeeen!" rengek gadis tersebut.
Kanaya tertawa, di acaknya rambut gadis di depannya dengan gemas. "Kakak jugaaa." Wanita berambut pendek tersebut membalas pelukan remaja tersebut dengan kangen. "Kamu sama siapa kesini, Rin?"
"Sama temen. Habis nonton tadi hehe. Kak Kanaya potong rambut ya, Kak? Ih rambutnya cantik banget, warnanya juga bagus. Kak Kanaya makin cantik ih. Aku tadi sempet pangling lhooo"
"Makasih Rinai. Kamu juga makin cantik lhoo. Temen kamu mana?"
"Uda pulang hehe, aku tadi niatnya juga mau pulang terus liat kakak akhirnya nyapa duluan."
"Kamu pulang naik apa?" Kanaya langsung mengintrogasi Rinai.
"Naik ojol, Kak," jawab Rinai tanpa beban.
Kanaya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam. "Kamu pulang sama Kakak aja ya? Bilang Mama Papa dulu sana kalo pulangnya ntaran. Kakak mau makan dulu."
Gadis berusia 16 tahun tersebut mengangguk semangat. "Aku juga belum makan, Kak!"
Kanaya terkekeh geli. "Ok, ayo makan. Kakak mau makanan korea. Is it okay ?"
"Definetely!"
Gadis remaja yang ditemui Kanaya bernama Rinai, salah seorang sepupu Elang yang cukup dekat dengannya. Melihat gelagat Rinai sepertinya ia belum tahu jika ia dan Elang sudah tidak bersama karena gadis itu tidak menyinggung sama sekali perihal hubungannya dengan Elang lalu juga tidak menanyakan kenapa dirinya sendirian di mall pada hari Minggu.
Mereka berdua makan malam disertai beberapa obrolan ringan, sebatas membahas beberapa masalah yang sedang populer, ataupun berbicara tentang masalah remaja yang sedang dialami oleh Rinai. Tidak ada yang aneh, semuanya berjalan lancar. Mereka keluar dari mall sekitar jam setengah sembilan malam.
Jalanan hanya macet di beberapa titik saja, selebihnya masih terkendali normal. Kanaya menginjak pedal rem perlahan saat lampu lalu lintas di depannya berubah warna menjadi merah.
"Kak." Panggil Rinai.
Kanaya merespon dengan deheman karena ia sedang sibuk mengganti chanel radio.
"Mmmm...Kak Kanaya putus ya sama Kak Elang?"
Seketika itu juga udara Kanaya seakan menipis, dia mematung sesaat lalu mencoba mengendalikan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redémarrer
ChickLitKarena hati juga punya batasan atas segalanya. Bukan menyerah, namun berdamai, berhenti dan menghadapi kenyataan, menutup lembaran terakhir yang sudah usai dan membuka lembaran baru.