Aku sampai di stasiun kereta 1 jam lebih awal dari jadwal perjalanan yang telah ditentukan, aku sengaja datang lebih awal untuk membeli beberapa snack dan minuman. Setelah mendapatkan snack dan minuman aku duduk di ruang tunggu dan memasukkan snack dan minuman tadi kedalam travel bag yang kubawa. Setelah itu aku mulai memikirkan hubungan antara ledakan laboratorium di distrik 8 dengan panggilan dari Mike yang kuterima pagi ini, "Apa yang sebenarnya telah terjadi? Mike, dia pasti mengetahui alasan lab itu meledak." gumamku dalam hati. Aku mengambil telepon genggam dari saku celanaku dan mencoba untuk menghubungi Mark, namun dia tetap tidak bisa dihubungi. Hal itu membuatku sangat kesal sekaligus khawatir karena Mark tidak pernah mengabaikanku sebelumnya."Apakah sesuatu terjadi kepadanya? Kenapa dia mengacuhkanku seperti ini?" Aku terus memikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi padanya.
Tanpa kusadari waktu telah menunjukkan pukul 18.52 akupun bergegas menuju kereta dengan tujuan distrik 3. Aku memilih duduk di dekat jendela di gerbong ke 2 dan untungnya tidak ada orang yang duduk disampingku sehingga aku bisa lebih leluasa untuk meletakkan travel bag yang kubawa. Perjalanan menuju distrik 3 akan memakan waktu kurang lebih 4 jam dan selama perjalanan aku terus memandangi ke luar jendela, hal ini membantuku untuk tertidur lebih cepat.
Suara kaki beberapa orang yang berlari melewatiku membuatku terjaga, mereka berlari menghampiri seorang wanita yang tersungkur dari jalannya dan terlihat sangat ketakutan. Keringat terus mengalir dari wajahnya, "Apa yang terjadi padamu Ma'am?" ucap seorang wanita yang mencoba menenangkannya.
"Aku, aku melihat, mons, monster di sana." ucap wanita yang terjatuh tadi sambil menunjuk ke gerbong 3.
Aku yang penasaran mulai menghampiri kerumunan orang tadi, "Ini minumlah, dan coba tenangkan dirimu." Aku memberikan wanita itu minuman yang kubeli distasiun.
"Te, terimakasih." ucapnya. Setelah beberapa saat wanita tadi mulai tenang dan menceritakan apa yang barusan dia lihat, "Di gerbong 3 aku melihat monster lewat jendela yang ada di pintu antar gerbong."
"Monster? Apa maksudnmu Ma'am?" ucap seorang pria.
"Ya, monster. Mereka berpenampilan seperti manusia tetapi wajah dan sekujur tubuhnya robek mengeluarkan darah biru." ucap wanita itu dengan raut wajah yang ketakutan.
"Kau hanya kelelahan, cobalah untuk beristirahat." ucap seorang wanita.
"Biarkan aku memeriksanya." ucapku.
"Tidak, kau tidak boleh kesana!, itu sangat berbahaya. Seseorang tolong hentikan dia" rengek wanita itu.
"Tenang, aku adalah seorang penjaga dan aku memiliki ini bersamaku." Aku menunjukkan sebuah pistol yang aku simpan dibalik bajuku. Seketika kerumunan orang tadi menatapku dengan tajam, "Aku memiliki surat izin untuk memiliki benda ini, kalian tidak perlu khawatir aku akan menggunakannya untuk hal yang bodoh." lalu aku berjalan menuju pintu yang menghubungkan gerbong 2 dan gerbong 3.
Yang diucapkan wanita tadi merupakan sebuah mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri sosok monster dengan wajah dan sekujur tubuhnya yang robek mengeluarkan darah berwarna biru, "Makhluk apa itu? Apakah itu manusia? Mereka seperti manusia yang telah kehilangan akalnya. Apakah itu benar manusia? Tunggu sebentar, mereka memakai pakaian manusia, itu berarti mereka awalnya manusia." Aku terus memikirkan hal yang kulihat didepan mataku. Tiba-tiba sesosok monster tadi menoleh kearah jendela kaca kecil di pintu yang menghubungkan gerbong, refleks aku langsung menundukkan badanku agar tidak dapat dilihat olehnya. Aku terus mengawasi monster tadi, ketika dia mengalihkan pandangannya ke arah lain aku langsung menutupi jendela kaca tadi menggunakan sapu tangan yang selalu kubawa. Aku mencoba memasukkan sedikit bagian dari sapu tangan ke sela-sela jendela agar tidak mudah terjatuh lalu aku bergegas kembali ke kerumunan orang-orang.
"Bagaimana? Apa kau telah memeriksa gerbong 3?" tanya seorang pria
"Yang dikatakan wanita itu benar. Aku melihat monster menyerupai manusia, tetapi sepertinya mereka adalah manusia yang entah bagaimana berubah menjadi monster." jawabku dengan nada rendah.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bagaimana jika monster itu mengetahui keberadaan kita saat ini?" tanya seorang pria.
"Sebaiknya kita jangan menyebar kepanikan ke penumpang lainnya." jawabku. "Dan cobalah untuk tetap tenang dan memberitahu info ini ke setiap penumpang, baik yang berada di gerbong 2 maupun yang berada di gerbong 1. Aku akan berusaha menghubungi masinis dan menceritakan apa yang telah kulihat."
Akhirnya aku dan 3 orang pria lainnya berjalan menuju ke gerbong 1, sedangkan orang-orang yang sempat berkerumun tadi menyebarkan info ini ke penumpang di gerbong 2, "Kalian cobalah untuk memberitahu hal ini ke penumpang di gerbong 1, aku akan terus berjalan ke ruang masinis." ucapku, mereka mengangguk tanda mengerti.
Sesampainya di depan ruang masinis, aku mengetuk pintu sebanyak 3x dan menunggu seseorang untuk keluar dari ruangan itu. Pintu terbuka dan seorang pria berdiri dihadapanku,
"Apa ada yang bisa kami bantu?" ucapnya.
"Apakah kau masinis kereta ini? Aku perlu berbicara kepada masinis." jawabku.
"Bukan, aku adalah asisten masinis. Sang masinis sedang berkonsentasi saat ini, katakan saja padaku hal yang ingin kau sampaikan dan aku akan menyampaikan pesanmu ke masinis." jawab pria itu yang ternyata adalah seorang asisten masinis.
"Terjadi peristiwa tidak normal di kereta ini...." kata-kataku dipotongnya.
"Apa maksudmu tidak normal? Jelaskan apa itu tidak normal." gerutunya.
"Mungkin kau akan menganggap aku gila atau berhalusinasi, tetapi gerbong 3 diisi penuh dengan monster yang kuduga awalnya adalah manusia."
"Tolong tuan, kami sedang berkerja dan membutuhkan konsentrasi penuh disini, gurauanmu telah melewati batas." ucapnya kesal.
"Aku mengatakan hal yang sebenarnya, percayalah kepadaku." ucapku, "Jika kau tidak percaya, kau bisa langsung melihatnya melalui jendela kaca kecil di pintu yang menghubungkan gerbong 2 dan gerbong 3!."
Awalnya asisten masinis itu tidak percaya dengan kata-kata yang baru saja didengarnya, namun ke-3 orang pria yang ikut bersamaku datang bersama dengan beberapa penumpang lainnya dan berusaha meyakinkan asisten masinis tadi kalau benar ada monster di gerbong 3. "Masinis, dimana masinisnya? Ada banyak monster di gerbong 3 cepat lakukan sesuatu." ucap salah satu penumpang histeris. "Seseorang lakukan sesuatu terhadap monster-monster itu!" ucap penumpang lainnya. "Apakah aku akan berakhir disini? Tidak, aku belum mau mati. Aku belum menikah." dan banyak lagi ucapan penumpang yang mulai panik setelah mengetahui terdapat banyak monster di gerbong 3.
"Aku akan mencoba memberitahu hal ini kepada masinis, kalian cobalah untuk tenang! Jika kalian terlalu berisik, mereka mungkin akan mengetahui keberadaan kita disini." ucap asisten masinis tadi. Lalu dia kembali ke ruang masinis dengan raut wajah khawatir dan kami pun kembali ke tempat duduk masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blackest Night
Science FictionTahun 2222 awal dari bencana yang tidak akan pernah dilupakan oleh peradaban manusia. Demi memperoleh kekuatan absolut, distrik 8 yang dikenal dengan kekuatan militernya yang mumpuni melakukan penelitian mengenai senjata biologi yang dapat melumpuhk...