Setelah keluar dari bunker kami menuju ke apartemen Luisana dengan menggunakan taksi. Selama dalam perjalanan menuju apartemennya, Luisana tidak berbicara sedikitpun. Dia terus memandangi keluar jendela dengan wajah murung, "Lebih baik aku menanyakan hal itu lain kali." pikirku.
Taksi berhenti di depan gedung apartemen lalu kami keluar dari taksi itu, "Kau tunggu saja di sini, Shane. Aku tidak akan lama." ucap Luisana.
"Baiklah." jawabku.
Selang beberapa menit Luisana keluar dengan mengendarai sebuah mobil Convertible, "Ayo naik." ucapnya.
Selama di perjalanan Luisana masih tampak murung, "Apa kau baik-baik saja Lu?" tanyaku.
"Aku baik-baik saja." Jawabnya sambil tersenyum.
"Baiklah kalau begitu." ucapku. "Sepertinya kau sudah membawa cukup persediaan dibelakang."
"Ya begitulah, kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi jadi kau harus bersiap untuk segala kemungkinan terburuk." jawabnya, "Aku juga membawa sebuah pistol Colt di tasku. Ambil dan gunakan jika keadaan memburuk."
"Kau benar-benar memilikinya." ucapku sambil tersenyum.
Sudah lebih dari 3 jam perjalanan kami menuju distrik 1, "Lu, sebaiknya kita berhenti sebentar. Kau membutuhkan istirahat." ucapku.
"Mungkin kau benar." jawab Luisana. Lalu Luisana menepi ke pinggiran jalan dan mobil pun berhenti.
"Lu, sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan kepadamu." ucapku.
"Sebelum itu, sebaiknya kita makan siang." jawabnya sambil tersenyum. Luisana mengambil tasnya dan mengeluarkan 2 potong sandwich, "Ini makanlah." Luisana memberikan aku satu sandwichnya.
"Terimakasih, Lu." jawabku.
Setelah selesai menghabiskan sandwich tadi Luisana mulai berbicara, "Jadi apa yang ingin kau tanyakan, Shane?"
"Masalah pertempuran semalam." jawabku. "Apa kau memperhatikannya? Monster-monster itu cukup sensitif dengan suara." ucapku.
"Aku juga sempat berpikir kalau monster itu merespon terhadap suara. Tidak lama dari pengumuman di kereta mereka mulai menggila." jawab Luisana.
"Kau benar, mereka merespon kepada suara pengumuman itu, mulanya mereka hanya berdiam di satu tempat." ucapku.
"Jadi, kau juga memperhatikan itu. Apakah informasi ini bisa berguna?" tanya Luisana.
"Sekecil apapun informasi yang kita dapat akan sangat berguna Lu." jawabku. "Kau ingat anggota pasukan yang berhasil digigit oleh monster itu? Dia berubah menjadi salah satu monster itu dalam waktu kurang lebih 5 menit."
"Kau bahkan memperhatikan hal itu? Aku tidak memperhatikannya karena terlalu sibuk menembak." ucap Luisana.
"Kebetulan aku kehabisan peluru waktu itu dan aku mundur ke belakang pasukan. Karena tidak ada yang bisa kulakukan aku memperhatikan anggota yang telah digigit itu." jawabku.
"Kau hanya sedang mencari-cari alasan, Shane." Luisana tertawa.
"Hey, aku berkata hal yang sebenarnya." ucapku kesal.
"Aku percaya padamu, Shane." ucap Luisana sambil tersenyum.
"Ayo kita sambung perjalanan. Jika kau lelah aku bisa menggantikanmu untuk menyetir." ucapku.
"Jangan pernah kau bermimpi untuk mengendarai mobilku, Shane." ucap Luisana.
"Tidak ada salahnya mencoba, Lu." setelah obrolan tadi kami melanjutkan perjalanan menuju distrik 1.
Empat jam sudah berlalu tetapi kami masih dalam perjalanan menuju distrik 1, "Sebentar lagi kita akan sampai di distrik 1, Shane." ucap Luisana.
"Ya, kau benar." ucapku. "Aku merasa ada sesuatu yang mengikuti kami, aku menoleh ke belakang untuk memastikan tetapi tidak ada apa-apa di sana.
"Ada apa, Shane?" tanya Luisana.
"Aku merasa kita sedang diikuti." jawabku dengan suara pelan, "Percepat laju mobilmu Lu."
"Baiklah." jawabnya.
Aku mengambil tas Luisana dan mengeluarkan pistol yang sempat dia bicarakan, "Lu apakah kau membawa peluru cadangan?" tanyaku.
"Aku membawanya, ada di bagian depan tas." jawab Luisana.
Aku mengambil peluru tadi, "Aku harap tidak harus menggunakan senjata di saat seperti ini." pikirku.
Aku melihat sebuah bayangan hitam dari balik semak-semak. Bayangan itu terus mengikuti kami, "Dengan kecepatan ini, makhluk apa yang bisa mengejar kami?" pikirku.
Seekor serigala keluar dari semak itu, aku bisa melihatnya dengan jelas, "Ada serigala yang mengikuti kita." ucapku.
"Bagaimana mungkin, kita sudah melaju dengan kecepatan 75km/jam." jawab Luisana.
"Sepertinya itu bukan serigala biasa, itu serigala yang terinfeksi. Matanya semerah darah dan tubuhnya penuh bekas luka dan mengeluarkan darah biru sama seperti monster-monster itu." jawabku. Aku terus memperhatikan serigala itu yang mengikuti kami dari belakang.
"Bahkan hewan juga dapat terinfeksi. Tembak makhluk itu, Shane." Luisana menekan sebuah tombol yang membuka atap mobilnya.
Lalu aku berdiri dengan satu tanganku berpegangan, "Aku sedang berusaha menembaknya. Aku butuh bidikan di kepala agar dia langsung mati." ucapku. "Sangat sulit membidik dengan satu tangan." pikirku.
Serigala itu terus mendekati mobil dari belakang, "Aku berusaha menembaknya tetapi sudah 3 peluru dan semuanya meleset." pikirku.
"Apa kau bisa melakukannya, Shane?" tanya Luisana.
"Aku sedikit kesulitan karena harus menembak dengan 1 tangan." jawabku.
"Aku akan menurunkan kecepatan, jadi kau tidak perlu berpegangan dan bisa menggunakan kedua tanganmu untuk membidik serigala itu." ucap Luisana.
"Berikan aku aba-aba." jawabku.
"Baiklah, 3, 2, 1." Luisana menurunkan kecepatan. Aku sempat terguncang tetapi berhasil menyesuaikan diri, dan aku melepaskan peganganku lalu mulai membidik serigala tadi. Setelah yakin aku menembaknya, tembakan pertama berhasil mengenai tubuhnya dan tembakan kedua berhasil menembus kepalanya.
"Apa kau berhasil?" tanya Luisana.
"Ya, aku berhasil. Dia sudah tidak bergerak." ucapku. Aku kemudian duduk dan Luisana kembali menutup atap mobilnya.
"Kerja yang bagus diatas sana, Shane." ucap Luisana. "Pakai sabuk pengamanmu, aku akan kembali menaikkan kecepatan."
"Terimakasih, baiklah." jawabku.
Satu jam setelah kejadian itu, akhirnya kami sampai di pintu perbatasan distrik 1.
![](https://img.wattpad.com/cover/225814227-288-k871319.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blackest Night
Science FictionTahun 2222 awal dari bencana yang tidak akan pernah dilupakan oleh peradaban manusia. Demi memperoleh kekuatan absolut, distrik 8 yang dikenal dengan kekuatan militernya yang mumpuni melakukan penelitian mengenai senjata biologi yang dapat melumpuhk...