3, 2, 1. Sebuah bom meledak menghancurkan pintu keluar di gerbong 2. Suara ledakannya cukup keras, aku melihat para monster yang berada dekat dengan sumber ledakan itu sampai memalingkan wajah dan menutup mata mereka lalu berhenti bergerak untuk sesaat, "Apakah mereka lebih sensitif terhadap suara?". Kemudian aku teringat dengan insiden di kereta, "Benar juga, mereka menjadi lebih beringas ketika mendengar suara pengumuman di kereta." pikirku.
"Tembak!" perintah Ryan.
Setiap pasukan kompi yang memegang senjata api seketika menghujani seluruh monster yang hendak keluar dengan peluru. Aku membidik monster yang berhasil keluar dari kereta yang berusaha mendekati pasukan kompi. Aku menembak kaki monster itu tetapi dia tetap berlari walau dengan kaki yang pincang. Aku menembak dada monster itu dan berharap mengenai jantungnya, tembakan ke dada berhasil memperlambat mereka. Lalu aku membidik kepalanya dan cukup 2 peluru menembus kepalanya, monster itu langsung terjatuh dan tidak bergerak, "Tembakan ke dada akan memperlambat pergerakan mereka, tembakan ke kepala akan membunuh mereka." aku berteriak memberikan informasi ke setiap pasukan.
"Info yang sangat berguna, terimakasih." jawab seseorang.
"Kalian telah mendengarnya bukan? Hancurkan kepala mereka!" teriak Ryan.
Para monster terus berdatangan, kami cukup kewalahan menghadapi mereka, "Sial, ini peluru terakhirku." pikirku. Aku terus mengincar kepala mereka untuk menghemat peluru, walau tidak mudah aku berhasil melakukannya. Seorang anggota tim Alpha berhasil ditangkap oleh sesosok monster, orang itu berusaha melepaskan diri dari cengkraman monster tadi namun monster tadi berhasil mengigit pergelangan tangan orang itu sebelum akhirnya kepala monster itu hancur karena peluru.
"Apa kau terluka?" tanya rekan timnya.
"Mereka berhasil mengigit pergelangan tanganku. Apa aku akan menjadi salah satu monster itu?" ucap orang itu sambil terus menembak monster-monster yang terus mendekat.
"Aku kehabisan peluru" teriakku. Lalu aku mundur dan memperhatikan orang yang telah digigit oleh monster tadi. Aku menghitung detik demi detik sejak salah satu anggota tim itu digigit. Pada menit pertama tidak terjadi apapun kepada orang itu, aku sempat meragukan dugaan awalku yang mengatakan kalau para monster bisa menginfeksi manusia. Namun pada menit ke-2 orang itu mulai kehilangan keseimbangan dan pergerakannya sangat terbatas. Pada menit ke-4 dia benar-benar terjatuh tersungkur ke tanah, "Apa yang terjadi padamu?" ucap rekan timnya.
Aku sempat berpikir kalau gigitan monster tadi bisa membunuh manusia, tetapi dugaanku salah. Pada menit ke-5 orang tadi bangkit dan menyerang anggota timnya.
"Apa kau sudah gila?" ucap rekan timnya.
Namun tidak ada jawaban dari orang yang telah terinfeksi tadi, dia hanya berusaha menyerang rekan timnya dan secara mengejutkan Luisana menembak kepala orang yang terinfeksi tadi, "Dia telah menjadi monster, tidak bisakah kau melihat itu?" teriak Luisana. "Apakah dia berhasil melukaimu?"
"Tidak aku baik-baik saja, terimakasih berkatmu aku selamat." jawabnya.
Jumlah monster terus berkurang dan pada akhirnya tidak ada monster lagi yang keluar dari kereta. "Apa itu sudah semuanya?" ucap seorang anggota tim Bravo.
Aku berlari menuju Luisana, "Apa kau baik-baik saja?" tanyaku.
"Tentu saja, aku adalah wanita yang kuat." jawabnya.
Untuk beberapa saat tidak ada pergerakan dari dalam kereta, "Masih ada satu di dalam kereta." ucap seseorang.
Seluruh pandangan tertuju ke kereta dan mencari monster yang dimaksud, "Apa-apaan itu." Aku bergumam. Sesosok monster dengan ukuran tubuh dua kali lebih besar dari manusia biasa keluar dari kereta. Tubuhnya dipenuhi dengan otot yang membengkak.
"Berhati-hatilah itu tidak seperti monster lainnya." ucap Ryan.
Banyak dari pasukan yang telah kehabisan pelurunya, "Bagi kalian yang masih bisa menembak, terus tembak kepalanya." perintah Ryan.
Sudah ditembak berkali-kali tetapi peluru tidak berhasil menembus kepala monster itu.
"Dia seperti monster besar hijau yang sering kulihat di TV." ucap seseorang. "Tembakan langsung ke kepala tidak berhasil, apa yang harus kita lakukan sekarang?" ucap anggota lainnya.
Monster tadi terus berjalan mendekati kami, dia hanya berjalan tidak berlari, "Apakah dia tidak bisa berlari? Atau sebagai ganti dari ketahanan tubuh yang luar biasa, kakinya tidak dapat digunakan untuk menopang berat tubuhnya ketika berlari?" pikirku.
Dia semakin mendekat tetapi tidak ada satu peluru pun yang mberhasil menembus tubuhnya, "Kalian semua menjauh, tim bantuan telah tiba." ucap Ryan sambil terus menembak dan mundur ke belakang.
Anggota tim Alpha, Bravo, dan Charlie yang ikut dalam pertempuran kali ini terus mundur ke belakang. Dan ketika tim bantuan datang mereka langsung menembak monster tadi dengan senjata pelontar api. Kemudian salah satu diantara mereka bersiap menggunakan senjata grenade launcher. Aroma bangkai dan gosong keluar dari tubuh monster yang terbakar, lalu grenade launcher pun digunakan. Seketika tubuh monster itu hancur berantakan ketika terkena serangan dari grenade launcher. Daging dan darahnya berceceran ke segala tempat.
"Apakah itu yang terakhir?" pikirku.
Setelah beberapa saat tidak ada lagi pergerakan dari dalam kereta, dan aku berharap kalau monster besar tadi adalah yang terakhir untuk malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blackest Night
Ciencia FicciónTahun 2222 awal dari bencana yang tidak akan pernah dilupakan oleh peradaban manusia. Demi memperoleh kekuatan absolut, distrik 8 yang dikenal dengan kekuatan militernya yang mumpuni melakukan penelitian mengenai senjata biologi yang dapat melumpuhk...