Redemption - Part 2

13 9 2
                                    

   Keesokan harinya, aku terbangun pada pukul 04.41, "Untunglah aku tidak mengalami mimpi buruk semalam." pikirku. Aku keluar dari bunker untuk mencari udara segar, aku melihat ada dua orang pasukan yang sedang berjaga dan menghampirinya, "Selamat pagi." ucapku.

   "Sangat jarang ada orang yang sudah terbangun pagi-pagi begini." ucap seorang penjaga.

   "Aku anggap itu sebagai pujian, ada yang ingin aku tanyakan kepada kalian." ucapku.

   "Apa itu?" tanya penjaga lainnya.

   "Apakah semalam terjadi sesuatu?" tanyaku.

   "Untunglah tidak ada. Dengan begini kalian semua bebas pergi pagi ini." jawab penjaga itu.

   "Baiklah, terimakasih." jawabku.

   "Dengan senang hati." ucapnya.

   Aku kembali berjalan menuju bunker namun, tiba-tiba telepon genggamku berdering. Aku langsung mengeceknya dan itu adalah sebuah panggilan dari nomor yang tidak dikenal.

   "Hallo?" ucapku.

   "Shane dimana kau?" jawab orang di telepon. Dan itu adalah suara Mike.

   "Aku di distrik 3. Ada keperluan apa kau menghubungiku sepagi ini?" jawabku.

   "Apakah kau terluka?" tanya Mike.

   "Aku baik-baik saja. Kenapa?" ucapku.

   "Distrik 8, 7, dan 6 telah hancur." jawab Mike.

   "Apa maksudmu distrik 8,7, dan 6 telah hancur? Apakah karena monster-monster berwujud manusia itu?" ucapku.

   "Bagaimana kau bisa tahu?" jawab Mike.

   "Ceritanya nanti saja, sekarang jelaskan maksud perkataanmu tadi!" ucapku.

   "Monster-monster itu berhasil menerobos ke distrik 7 dan 6. Ini masih teoriku saja tetapi sepertinya mereka semua berasal dari distrik 8." jawab Mike.

   "Apa lagi yang orang-orangmu tahu?" tanyaku.

   "Mereka menyebarkan infeksi lewat gigitan, jika manusia telah digigit oleh monster itu maka mereka akan menjadi salah satu dari monster itu." jawab Mike.

   "Kau benar. Aku sempat berhadapan dengan mereka semalam." ucapku.

   "Jadi kau terlibat dengan pertempuran di stasiun itu?" tanya Mike.

   "Jadi kau sudah tahu ada pertempuran di sini." ucapku.

   "Tentu saja aku tahu. Aku adalah salah satu politisi paling berpengaruh di distrik 1 jangan kau lupakan itu." jawab Mike, "Kembalilah ke distrik 1 ada banyak hal yang ingin kubicarakan padamu."

   "Aku memang berencana untuk ke distrik 1, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan langsung kepadamu." jawabku, "Tetapi, rencanaku sepertinya akan terhambat. Akan membutuhkan banyak waktu untuk mereka memperbaiki hasil dari pertempuran semalam, dan itu adalah satu-satunya jalan menuju distrik 1."

   "Kau bisa menggunakan kendaraan lain, Shane." ucapnya.

   "Kau pikir mudah untuk menemukan tumpangan ke distrik 1?" jawabku.

   "Aku akan mencari cara agar mereka mau meminjamkan helikopter dan aku akan menjemputmu menggunakannya. Malam ini akan aku beri kabar." ucap Mike.

   "Sebaiknya kau cepat, sebelum terjadi hal buruk di sini." ucapku.

   "Cobalah untuk tetap hidup." ucap Mike, lalu dia menutup teleponnya.

   "Aku harus cepat pergi ke distrik 1, sebelum keadaan semakin kacau dan mencari tahu apa yang terjadi di distrik 8." pikirku.

   "Kau akan pergi ke distrik 1?" tanya seseorang dari belakangku.

   "Apakah kau tahu kalau menguping pembicaraan orang lain adalah suatu kejahatan?" jawabku. Ternyata orang yang itu adalah Luisana.

   "Apa yang terjadi dengan distrik 8, 7, dan 6?" tanya Lu.

   "Sepertinya mereka tidak seberuntung kita. Para monster itu menginfeksi penduduk di distrik 8,7, dan 6." jawabku.

   "Jadi peluang terbaik kita untuk selamat adalah dengan pergi ke distrik 1?" tanya Luisana.

   "Aku tidak tahu pasti, tetapi sepertinya distrik 1 sudah mengetahui hal ini, dan mereka memiliki suatu rencana." ucapku.

   "Aku akan memberikanmu tumpangan ke distrik 1." ucap Luisana, "Dengan satu syarat, kau harus memberitahu aku semua hal yang kau tahu mengenai bencana ini."

   "Aku setuju." jawabku, "Jadi kau tinggal di distrik 3 Lu?"

   "Ya, aku memiliki apartemen di pusat kota." jawabnya.

   "Apa yang kau lakukan di distrik 6?" tanyaku.

   "Aku mengunjungi kedua orang tuaku." dia sempat terdiam, "Mungkin sekarang mereka sudah tidak ada." jawabnya sambil tersenyum.

   "Hey, kau tidak harus selalu menutupi bagaimana perasaanmu, tidak ada salahnya untuk menangis sesekali." ucapku.

   "Rasanya menyebalkan untuk selalu tersenyum, tapi aku diajarkan untuk selalu tersenyum." ucap Luisana.

   Aku melihat air mata jatuh ke pipinya, "Semuanya akan baik-baik saja Lu." Aku mencoba menenangkan Luisana. Kami berjalan masuk ke bungker dan pada pukul 08.05 kami diperbolehkan meninggalkan bunker.

Blackest NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang