So Far So Good

2K 366 99
                                    

Sakura memasukkan beberapa buku cetak ke dalam tas kanvas, menyusul dengan peralatan tulis yang pastinya akan ia butuhkan. Gadis itu melirik jam dinding, memastikan dia tidak terlambat, kemudian menutup tasnya dan berjalan keluar ruangan.

Mebuki sedang menatap bunga mawar yang sedang ia tata di ruang tengah, wanita itu menoleh ketika mendengar putrinya turun dari lantai atas, bersiap keluar.

"Sayang, kau mau pergi?"

Sakura menoleh dan mengangguk, "hu'uh, kerja kelompok."

"Kerja kelompok? Setiap malam Sabtu?" Mebuki masih setia mengikuti pergerakan anak gadisnya mengenakan sepatu dan berjalan ke arah pintu utama.

"Euh.. yes? Tahun terakhir cukup sibuk, sulit mencari waktu luang untuk kerja kelompok," Sakura menggigit bibirnya—yang seharusnya tidak ia lakukan, karena Mebuki langsung menyadari bahwa gadis itu sedang mengarang alasan.

Mebuki mengulas senyum lebar, "oh tidak usah berbohong, mamamu ini tidak kolot."

"Maksudnya?" kedua alisnya bertaut, dia menangkap nada geli dari ucapan sang ibu.

"Aku tahu kau berkencan, haha, setiap Sabtu malam dan Rabu sore kau akan selalu keluar di jam yang sama, sayangku," dia menatap horror ibu yang berbahagia itu, "mau cerita denganku siapa pria beruntung itu?"

"Mooom," Sakura mengeluh jengah. Tidak, dia tidak berkencan, dan demi Tuhan, dia tidak berencana berkencan dengan orang yang rutin ia temui pada jadwal yang sama itu. "Aku hanya pergi ke kelompok belajar, jangan mengada-ngada."

"Astaga ... sama mama sendiri malu-malu," Mebuki terkikik geli.

"Ini bukan kencan dan aku tidak malu-malu," Sakura membuka pintu dengan cepat, kemudian dia berteriak sembari menutupnya dengan kencang, "Aku pergi!"

"Astaga anak itu ... padahal kan wajar seusianya jatuh cinta," dia mendengus geli mengingat kembali ekspresi Sakura. Ibu dua anak itu kembali memastikan rangkaian bunganya tampak indah, kemudian melanjutkan perkerjaannya.

OoO

Sasuke menaikkan sebelah alis sembari mengamati gadis manis di depannya mengeluarkan setumpuk buku dari tasnya ke atas meja. Gadis itu datang lima menit setelah dia duduk dan memesan segelas Americano, dia membeli kentang goreng dan diet coke, lalu mengeluarkan semua isi tasnya.

"Apa kau cuma akan diam dan melihat?" Sakura berujar pedas ketika Sasuke hanya mengamatinya sembari menyesap kopi, tidak ada niatan mulai membuka buku dan membahas soal, seperti tujuan mereka yang seharusnya.

Sasuke mendengus, "aku bingung mau belajar apa, kau membawa buku terlalu banyak," dia dengan enggan membuka buku yang berisi angka-angka dan sekarang dia bisa merasakan pandangannya memburam.

"Sasuke, aku berbaik hati membantumu untuk persiapan ujian test masuk, kalau dipikir-pikir, sangat berbaik hati," Sakura menekan pulpen pada kertasnya, jidat mulusnya berkerut, "jadi kooperatif dan belajarlah, jangan protes. Deal?"

"Ugh, tidak janji," dia mengerucutkan bibir. Sakura kadang terlalu strict dan amat sangat disiplin, bagaimana bisa dia menyukai gadis ini?

Sasuke mencoba menjawab beberapa soal, dia berusaha memusatkan perhatiannya pada permasalahan yang bukan urusannya namun harus ia selesaikan, dia sangat berusaha untuk fokus...

Namun perhatiannya ternyata sangat mudah teralihkan kepada objek yang sama yang tidak sadar bahwa dia menjadi distraksi bagi Uchiha Sasuke. Dia benar-benar mencoba untuk tidak menatap ke seberangnya, mencoba untuk melakukan hal mulia dengan belajar. Akan tetapi godaan di depannya jauh lebih kuat daripada niat belajarnya. 

The Upside of FallingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang