Jam dinding menunjukkan pukul empat sore ketika Sasuke berjalan di koridor menuju ruang ganti. Hari ini adalah latihan terakhir Gorilla sebelum mereka maju ke semi final melawan Suna sebagai finalis American football besok. Ini membuatnya merasa bersemangat menyelesaikan mata pelajaran ujian terakhir dan berganti baju menjadi seragam tim berwarna biru dongker.
Sasuke adalah pentolan tim sejak dia di rekomendasikan oleh chief Guy pada awal masuk. Sasuke merupakan satu dari tiga murid baru yang langsung direkrut menjadi pemain inti. Namun dia tidak pernah menerima tawaran menjadi kapten, pria lajang ini sudah puas bermain dengan sepenuh hati sebagai quarterback, dan jika ingin sombong, sudah membawa Kaida ke banyak pertandingan nasional.
Sebuah tepukan di punggung membuatnya sadar. Guy berdiri di sebelahnya, memandangnya heran.
"Kau sudah melakukan pemanasan?"
Sasuke menggeleng, "Akan. Aku menunggu Kiba."
"Oke. Delapan kali keliling lapangan, katakan juga pada Kiba ketika kau melihatnya. Kalian berdua terlambat."
Sasuke mengerang dan memperhatikan Guy yang berjalan menjauh, memeriksa kelengkapan anggota lain. Dia mencintai timnya, dia menyukai football, tapi kadang Guy membuatnya ingin mencabuti bulu mata pria itu hingga botak. Kiba adalah rekan quarterbacknya, tambahan, dia adalah ketua Gorilla sekarang sejak Sasuke menolak tawaran itu. Jadi ia duduk di bangku penonton, menunggu rekannya agar mereka bisa dihukum bersama.
Sasuke mendengar suara-suara ribut dari bawah tribun. Dia menjulurkan kepalanya, mengintip penasaran apa yang terjadi di lapangan.
Chearleaders.. Dia kemudian memundurkan kembali badannya dan bersandar di bangku. Wanita-wanita dengan rok lipit itu tidak menarik perhatiannya. Sebaliknya, mereka sangat berisik dan bau keringat. Sasuke adalah bajingan kelas kakap, tapi dia sejauh ini belum pernah berkencan dengan anggota pemandu sorak, dan tidak berencana.
"Bro," satu tepukan mendarat di bahunya dari belakang. Kiba dengan wajahnya yang bersalah muncul, sudah mengenakan seragam dan menunjuk lapangan dengan kepala.
"Kau lama," dia berdiri dan berjalan keluar dari deretan kursi. "Terima kasih untukmu, hari ini delapan putaran."
"Ugh.. Guy sialan," gerutunya ketika mereka melompati pagar dan kini berada di dalam lapangan. Sasuke berlari di sebelahnya, mereka harus menyelesaikan pemanasan sialan ini.
♧
Latihan selama satu setengah jam itu membuat tubuhnya remuk.Sasuke mengusap kepalanya dengan handuk kecil, air masih menetes dari surai acak-acakan itu ketika ia keluar dari kamar mandi, bersih dan mengenakan pakaian ganti.
Lexus miliknya sudah kembali padanya, pada tempat yang seharusnya dan bukan bersama tangan kotor Noctis. Jadi sepertinya dia bisa pulang dengan mudah hari ini, bahkan mungkin mampir ke pusat kota untuk merokok di gedung pencakar langit. Hari ini akhir minggu, dia ingin bersantai seusai sekolah merusak kesehatan jiwanya.
"Pulang duluan?" Sabaku Gaara terlihat sedang membuka lokernya, mengeluarkan sepatu ketika Sasuke melangkah keluar ruang mandi.
"Ya, banyak yang harus kukerjakan." Sasuke tidak akan bertanya apa Gaara juga akan pulang. Karena persetan, dia bukan bajingan murah hati.
"Oke.." si merah itu tidak mengatakan apa-apa ketika ia keluar. Baguslah, Sasuke juga tidak begitu menyukainya. Menurutnya Gaara terlalu ramah dan itu menakutkan.
Dia sedang berjalan menuju parkiran SMA Kaida yang tertata rapih, namun ia mendengar suara perdebatan kecil tidak jauh dari tempat ia berdiri. Oh yeah, Sasuke memang bukan seorang penguping. Tapi ketika ia mendengar suara khas milik Sakura, rasa penasaran yang tinggi mengambil alih kemudi. Pria besar itu mendekat penuh keingintahuan mengikuti suara yang berasal dari depan ruang klinik siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Upside of Falling
FanficMenyukai seseorang benar-benar bukan menjadi pilihan Sasuke. Dia seharusnya sudah merasa 'baik-baik saja' dengan kehidupan SMA yang ia jalani. Tapi dia juga tidak bisa menyangkal betapa aneh rasanya saat ia selalu menjatuhkan pandangan pada gadis Ha...