"Sabtu malam kami ke rumahmu—sst, iyakan saja, lagipula orang tuamu kan keluar, oke? Kami akan ada di sana jam enam tepat." Ucapan itu tercetus dari Yamanaka Ino seusai kelas intensif masuk universitas, bukan sebuah permohonan atau pertanyaan, melainkan pernyataan mutlak yang tidak menerima bantahan.
Sakura mendengus, sadar benar bahwa dia tidak punya jawaban lain selain mengangguk pasrah. Terpaksa melupakan fakta Sabtu malam adalah milik Sasuke—setidaknya itu yang dikatakan si Uchiha, dan menyisihkan waktu untuk acara Ino yang dia tahu jelas untuk apa. Tentu saja, menginterogasinya perihal hubungan yang bahkan dia tidak tahu sedang ia jalani dengan Sasuke.
"Nice, apa bibi Mebuki memasak? Aku ingin makan pie," Temari tampak paling bersemangat.
"Akan kubilang padanya. Kau mau apel atau daging?"
"Daging, pastinya." Sakura lagi-lagi mengangguk, mencatat pesanan temannya itu di dalam kepala. Sabtu ini memang pasangan Haruno harus pergi ke luar kota menghadiri salah satu acara petinggi Anbu dan Sara kebetulan field trip sejak dua hari yang lalu, dia seharusnya sendirian mendekam di rumah jika saja para sahabatnya tidak membuat rencana menginvasi kediamannya.
Mereka berpisah ketika pulang sekolah. Sakura, seperti biasa, akan berjalan sedikit dari gerbang mencapai halte bus dan menunggu bus yang menuju rumahnya. Tempat duduk terisi penuh ketika dia tiba, karena itu dia memutuskan bersandar pada salah satu tiang, melamun menatap jalanan.
Ah, pikirannya menerka-nerka apa lagi yang akan dikatakan Ino di acara menginap mereka. Si pirang itu kebiasaan gemar bergosip, sampai-sampai Sakura yang masa bodoh dengan kehidupan sekolah mau tidak mau harus tahu semua yang terjadi karena Ino selalu sigap dengan informasi terbaru. Namun yang jelas, kali ini dia pasti akan menceramahi Sakura tentang Sasuke—Sasuke ini, Sasuke itu, dia jahat, dia nakal—tch, rasanya ia memiliki dua ibu jika seperti ini.
Dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi antara Ino dan Sasuke hingga keduanya terlihat saling membenci. Ino tidak pernah mau cerita dan akan dengan sangat lihai mengalihkan pembicaraan jika dia bertanya. Sementara Sasuke? Ah, mungkin lain kali dia akan bertanya.
Bicara soal Sasuke, Sakura tentu tidak bisa tidak menyadari lelaki itu sebenarnya berada di seberang jalan, memarkirkan Lexus hitamnya yang mengkilat, sedari tadi sudah di sana seperti seorang penguntit.
Dia menghela napas, tahu benar Sasuke tidak akan beranjak dari sana sampai dia pulang. Sakura memutuskan berjalan menyebrangi jalan, melangkahkan kakinya ke sisi pengemudi lantas mengetuk kaca hitam itu dua kali.
Sasuke menurunkan kaca, wajahnya tampak polos dan terkejut, sangat konyol. "Oh, Haruno! Aku tidak melihatmu di sana."
"Ya, oke, pastinya," Sakura memutar mata, Sasuke bisa saja punya banyak keahlian, tapi dia buruk dalam berakting.
"Jadi, karena kebetulan sekali kita bertemu, apa kau mau minta tumpangan pulang? Karena sangat kebetulan, aku juga mau pulang."
Sakura mendengus, dia bersumpah merasa sangat silau kala Sasuke menyeringai bodoh dengan mata berkedip seperti anak anjing. Dia tidak menjawab, tetapi berjalan ke arah pintu yang satunya dan segera duduk di kursi penumpang.
"Mau langsung pulang atau kau punya keperluan lain?"
"Jangan tanya ke aku, kau punya rencana mau ke mana, bocah petualang?"
Sasuke menyeringai, "hari ini panas. Es krim terdengar bagus."
"Yeah. Es krim tidak buruk."
♧
Sasuke punya banyak tempat aneh yang dia sebelumnya tidak tahu ada di kota ini. Dia tidak heran, bocah liar itu pasti sudah menjelajahi setiap sudut kota, itu pekerjaannya. Seperti sekarang, Sakura menemukan dirinya duduk di bangku kayu, berada di puncak tebing menghadap pemandangan kota dari atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Upside of Falling
FanficMenyukai seseorang benar-benar bukan menjadi pilihan Sasuke. Dia seharusnya sudah merasa 'baik-baik saja' dengan kehidupan SMA yang ia jalani. Tapi dia juga tidak bisa menyangkal betapa aneh rasanya saat ia selalu menjatuhkan pandangan pada gadis Ha...