Angin panas berembus memasuki ruangan melalui jendela yang tidak terbuka. Membawa hawa gerah yang tidak nyaman dan memaksaku terbangun. Tubuhku berkeringat. Pendingin udara rusak dan sialnya tepat pada saat musim panas. Aku membuka mata, terbangun seperti ini adalah hal yang paling menyebalkan soal musim panas. Aku mendudukkan diri dan menyingkap selimut. Pukul tujuh, jam bangun yang terlalu awal untuk ukuran masa liburan.
Aku menoleh ke arah jendela berbingkai putih yang terbuka. Di luar sudah cerah, terlalu cerah hingga semakin menambah gerah. Terlihat juga jendela berbingkai cokelat yang tertutup rapat, tampaknya penghuni kamarnya belum bangun dan pasti tidak mungkin bangun.
"Sakuraaaaa!" Gedoran menggebu terdengar dari pintu. "Bisa angkat pantatmu dan turun? Duo sejoli akan segera berangkat, ayo turun!" Tipikal Sara. Dia bisa menghancurkan pintu kamarku jika terus menggedor seperti itu.
"Jauhkan tanganmu dari pintu, Sara!" Aku sepenuhnya bangun dan kini berjalan menuju pintu. Menyusul mereka ke ruang makan.
Kizashi Haruno adalah petinggi Anbu. Aku tidak bisa menjelaskan secara spesifik tapi dia bekerja dibidang pertahanan dan posisinya cukup hebat. Rumah, mobil, dan nama Haruno yang terangkat adalah kemewahan yang ikut beserta jabatannya. Sementara Mebuki, ya.. dia ibu yang hebat sekaligus seorang dokter gigi yang cukup ambisius. Intinya keduanya duduk dengan pakaian pergi yang sudah rapih dan menyantap omelet untuk sarapan.
"Hai cupcake," Kizashi mengulas senyumnya dan aku mengecup pipinya sebelum duduk dj antara mom dan Sara. Sepiring omelet hangat sudah tersedia di depanku.
"Hai dad, mom," ujarku sebelum meneguk segelas air putih dingin. "Kalian berangkat sekarang?"
Mom mengangguk. Dia mengoles aprikot pada roti dan aku masih tidak mengerti kenapa ia menyukai selai itu. Rasanya buruk. "Grandpapa sudah mendesak dan mengeluh pinggangnya encok dan dia bisa mati seorang diri pada musim panas. Kami harus ke tempatnya sebelum ia meneror semua orang dengan pesan kematian," wajah Mebuki mengkerut. Ayahnya yang sudah berkepala tujuh dan hidup sendirian memanggil mereka semua untuk berlibur ke Iowa selama musim panas. Memanggil dalam artian tidak berhenti menelepon dan mendesak mereka pulang.
"Jadi Sakura, kau akan berangkat lusa, aku benar?" Kizashi menoleh ke arahnya. Aku mengangguk.
"Yeah, dengan bus pada pukul lima di sekolah. Kami akan di sana selama seminggu lebih."
"Michigan selama seminggu," Sara memutar matanya, "bukankah itu menakjubkan."
"Jika kau mau ikut kau punya kesempatan tahun depan." Aku mendengus, Sara selalu menjadi jalang menyebalkan di saat tertentu.
"Temari brengsek menghapus namaku. Katakan pada temanmu aku tidak tahu apa masalahnya namun harusnya dia bekerja secara profesional."
"Sara... lima dolar untuk mengumpat." Mebuki dengan tenang mengunyah rotinya namun sarat nada peringatan. Sara mengerang dan merogoh sakunya. Toples umpatan seolah tersenyum lebar menatapnya.
"Kau akan ikut dengan kami kan?" Kizashi menatap si setan kecil. Anak perempuan keras kepala yang liar itu mengerang tidak suka, namun dia harus. "Kita akan berangkat pukul delapan, bawa barangmu ke bawah. Oke?"
"Iyaaaa." Ujarnya kesal.
"Dan Sakura, kami yakin kau bisa menjaga diri di rumah. Kau oke?"
Aku mengangguk. Sendirian di rumah selama dua hari bebas melakukan apapun, hell yeah. Tentu saja aku oke. "Kalian bisa percaya padaku."
Aku bisa mendengar sara mencibir tidak terima. Namun persetan, selamat menikmati liburan bersama kakek renta di Florida, pecundang. Sementara aku akan bersenang-senang dengan pesta musim panas yang super keren selama seminggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Upside of Falling
Fiksi PenggemarMenyukai seseorang benar-benar bukan menjadi pilihan Sasuke. Dia seharusnya sudah merasa 'baik-baik saja' dengan kehidupan SMA yang ia jalani. Tapi dia juga tidak bisa menyangkal betapa aneh rasanya saat ia selalu menjatuhkan pandangan pada gadis Ha...