Nama Pembawa Sial #1

105 59 22
                                    

Pagi itu matahari sangat cerah, secerah wajahku. Dibaluti dengan seragam merah putih, menambah keasrianku. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Aku membayangkan, betapa serunya memiliki banyak teman dan bermain bersama.

Tiba-tiba terdengar suara ibu membuyarkan lamunanku. Ia memanggilku dan ayah untuk segera keluar dari kamar untuk sarapan. Aroma masakan ibu begitu mengugah, langsung saja kami menyantapnya dengan sigap.

Selesai sarapan, ayah bergegas pergi ke kantor. Begitu juga dengan aku, berangkat ke sekolah ditemani oleh ibu. Karena hari ini hari pertamaku bersekolah, jadi tidak boleh terlambat.

"Wah, ramai sekali bu," mataku berbinar-binar menatap sekeliling, ada ratusan anak-anak di lapangan ini. Mulai dari anak-anak yang sebaya denganku sampai usia remaja yang kuduga adalah kakak kelas di sekolah ini, semuanya memakai seragam yang sama. Begitu pula dengan guru-guru memakai seragam dan atribut lengkap.

Memasuki tahun produktif, kami siswa/i kelas 1 SD 078356 masih didampingi oleh para wali murid. Anak-anak begitu lincahnya berlarian kesana kemari di lapangan, sehingga sangat diperlukannya pengawasan. Selain mendampingi peserta didik, para wali murid dan guru-guru pun saling membangun silaturrahmi, dengan bercerita dan bergaul bersama.

"Hai, nama kamu siapa?" Tanya seorang anak perempuan sebayaku dengan ramah, ia bersama beberapa anak perempuan lainnya, sepertinya mereka sudah berkenalan lebih dulu dan menjadi teman.

Kali ini aku bersikap wanti-wanti saat memperkenalkan diri, sebab setiap kali aku menyebutkan nama lengkap, ada saja kejadian buruk yang akan menimpaku.

"Acha," perasaanku cacau, tanpa sadar bicaraku terlalu cepat dan begitu singkat, langsung saja kutanyakan kembali siapa nama mereka. Namun, raut wajah mereka tiba-tiba saja berubah, tampak kebingungan yang begitu jelas terlihat dari jumlah kerutan yang ada di dahi, yang mereka coba netralisir.

"Ooh, namaku Yanti," sambil tersenyum kaku, kemudian perkenalan itu dilanjutkan oleh teman-temannya satu persatu.

Bel berdering, pertanda jam pelajaran akan segera dimulai. Seluruh siswa/i memasuki ruang kelas masing-masing. Sebelum memulai pelajaran, guru akan memeriksa daftar hadir terlebih dahulu.

"Anti Kareena."

Pfffttt...

Aku mengangkat tangan, beberapa dari mereka cekikikan sambil menutup mulut dengan tangan. Tak heran mengapa mereka begitu, aku sudah tahu alasannya. Namun tatapan mereka terasa begitu nyentrik, aku merasa canggung menjadi pusat perhatian di situasi asing seperti ini. Mereka mulai berbisik, entah apa yang sedang mereka bicarakan. Aku hanya diam termangu.

Brakkk!

Semua orang yang berada di ruang kelas terdiam seketika. Suasana hening terasa menyeramkan saat itu, seakan menambah rasa malu. Bahkan sakit yang tengah kurasakan karena jatuh terduduk dari kursi sialan itu tidak seberapa. Terlihat sekali teman-teman di kelasku berusaha menahan tawa lebih keras, namun sekeras apapun mereka mencoba tetap saja gelak tawa itu terdengar dan menjadi guyonan tersendiri. Aku mencoba menguasai diri. Menarik napas dengan perlahan sebelum mencoba berdiri dan menarik kursi itu kembali untuk ku duduki. Argh, aku malu sekali. Rasa gelisahku malah membuatku tampak bodoh di kelas.

Ting ning ning ning!

Jam istirahat tiba. Teman-teman mengajakku membeli jajan dan juga bermain, aku masih sangat malu atas kejadian tadi. Meski ragu, kucoba untuk membuka diri dan ikut kemanapun mereka mengajakku.

"Ramai kali di kantin, gak bisa orang mau lewat. Gimana nih mau jajan?"

"Bising! Udah tuh nyelip aja, badan kau kan kecil Yanti," sahut salah satu temanku pada Yanti.

Kita Masih Dalam Masa PertumbuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang