Cahaya hangat mulai menerpa bumi yang semalam sempat mendingin. Langit bagian timur menampakkan lukisan berwarna keorenan. Aktifitas manusia yang semalam sempat terhenti mulai berjalan.
Seorang gadis tampak duduk di depan meja riasnya. Menatap ke arah cermin yang berisikan wajahnya. Jika dilihat secara seksama, pipi kanan gadis itu tampak sedikit membengkak.
Tok tok tok.
Ketukan pintu di kamar gadis itu membuat si empu kamar menengok ke arah jam dinding. Ah sudah waktunya berangkat.
"Nona." Suara perempuan yang terdengar tegas terdengar dari luar kamar.
"Ya sebentar. Kau bisa menungguku di mobil lebih dulu Ashley." Gadis itu menyahut panggilan dari luar.
"Baik nona Rachel."
Tangan gadis itu--Rachel terjulur, mengambil sebuah kacamata berbentuk bulat sempurna di atas meja riasnya. Lantas memakainya. Ia menatap pantulan wajahnya sekali lagi. Tampak gadis dengan rambut kuncir dua dan kaca mata bulat. Tampilan cupu.
Di sambarnya tas sekolah yang telah siap sedari tadi, lalu berjalan menuju ke parkiran apartemen. Dimana sopir sekaligus bodyguard nya menunggu.
<><><><>
Sebuah mobil sedan hitam yang mahal tampak berhenti dipinggir jalan sejak lima belas menit. Namun, tak ada orang yang kunjung keluar dari mobil tersebut. Membuat beberapa orang menoleh penasaran.
"Tapi ma, aku kan masih sekolah." Rachel menatap layar ponsel yang menampakkan wajah seorang wanita.
"Pokoknya nanti malam kamu ikut Papa sama Mama ke pertemuan bisnis. Sekalian mau ngenalin calon jodoh kamu." Tegas wanita di seberang sana.
"Jangan lupa dandan yang cantik. Udah ya, mama masih sibuk."
Layar ponsel dihadapan Rachel berganti tampilan. Menandakan panggilan yang di putus secara sepihak oleh wanita tadi.
"Akh! Anita nyebelin!" Seru Rachel, namun masih menjaga intonasinya agar tidak terlalu keras.
Ingin rasanya ia mengumpat dan menyumpah kepada Anita. Namun, ia tidak mungkin melakukan itu kepada orang yang sudah melahirkan sekaligus membesarkannya itu.
Hah.
Ditariknya napas dengan amat panjang. Lantas di hembuskan kembali. Mencoba menetralisir rasa kesal.
"Ashley, aku berangkat dulu. Jangan lupa jemput aku di tempat ini lagi," kata Rachel. "Oh iya, anggap aja tadi kau tidak mendengar apa yang aku teriakkan kepada mama. Jadi, jangan adukan aku ya," pintanya karena bodyguardnya itu selalu melaporkan apa saja yang Rachel lakukan.
Ashley hanya menganguk. Matanya menatap ke arah Rachel yang keluar dari mobil, lantas berjalan menuju sekolah yang tergolong masih sedikit jauh jika berjalan kaki.
Sebenarnya, betapa beruntungnya Rachel. Terlahir dengan paras sempurna dan dari keluarga kaya raya. Entah ada alasan apa hingga membuat gadis itu menyembunyikan identitas dirinya danmenutup wajah cantik bak bidadari dengan tampilan cupu bak kutubuku. Tapi, itu bukan hal yang boleh di pikirkan Ashley apalagi ikut campur didalamnya. Karena tugasnya hanya menjaga gadis itu.
Tanpa berpikir panjang lagi, Ashley segera memutar kemudi mobilnya. Ya dia harus fokus pada pekerjaannya saja.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Akhirnya up juga!!!Author seneng banget rasanya. Lega gimana gitu.
Kalian para readers mohon dukung author ya... Maaf kalo ritme updatenya ngga tetap, soalnya author nulis sesuai mood sama ada atau tidaknya ide untuk menulis.
Jadi doakan saja author selalu semangat untuk menulis...
By the way... Cerita di bab ini ngga terlalu panjang. Jadi maaf ya...
Mohon di maafkan dan di maklumi.Saranghae
Author♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
We?!
Teen FictionKerajaan Cameloth sedang dalam keadaan yang damai. Tetapi, tidak dengan Arthur. Pemimpin Kerajaan Cameloth itu hampir setiap saat berada dalam kegelisahan hati. Kegelisahan yang menyangkut akan masa depannya. Tapi siapa yang akan menyangka. Kegelisa...