Suara langkah kaki yang tergesa-gesa bergema di lorong kerajaan Cameloth. Suasana yang memang sedang malam membuat lorong-lorong disana tampak sedikit mencekam. Namun, orang itu tetap saja melangkah, mengabaikan suasana itu. Menuju ke tempat yang akan ditujunya.
"Berhenti! Siapa disana?!" Suara seorang pengawal yang sedang berpatroli membuat orang itu menghentikan langkahnya, lantas membalikkan badan. Menatap ke arah orang yang menghentikannya.
Mata pengawal itu membulat. Lantas dalam satu gerakan segera berlutut. Hormat. "Ampun Yang Mulia. Hamba tidak tahu jika ternyata yang hamba hentikan adalah Yang Mulia."
Mendengar itu, Arthur tersenyum. "Tak apa, kau hanya melakukan tugasmu dalam berjaga. Kau bisa pergi melanjutkan patroli sekarang. Aku ada urusan mendesak."
Pengawal tadi segera bangkit dari Berlutut. Lantas berlalu pergi.
Yah, memang salah Arthur karena keluar ruangan tanpa memakai jubah kerajaannya. Sehingga membuat orang curiga. Namun ia benar-benar harus segera menemui Merlin.
Tok tok tok. Klek!
Tanpa menunggu pemilik kamar membuka pintu. Arthur lebih dulu membukanya. Mengabaikan jika nanti Merlin akan marah kepadanya.
"Lho, Art? Ada apa malam-malam begini datang menemui ku?" Merlin bertanya. Terkejut melihat Arthur yang mendatanginya saat hari sudah menjelang pagi.
Arthur diam sejenak, menatap Merlin dengan pandangan yang sulit di artikan. "Kau sendiri kenapa belum juga istirahat?" Tanyanya. Pasalnya, Merlin masih duduk di depan meja dengan pena ditangannya.
"Yah, hanya mengerjakan beberapa dokumen. Jadi, ada urusan apa Yang Mulia?"
"Baca ini." Arthur berjalan ke arah Merlin. Menyodorkan secarik kertas yang terlipat. "Aku butuh pendapat."
Tanpa banyak bicara. Merlin meraih kertas yang disodorkan Arthur. Membuka lipatannya lantas segera membaca isinya.
Hormat kami kepada Raja Arthur. Raja Cameloth.
Saya tidak akan menuliskan surat ini dengan panjang. Dan akan langsung menuju inti. Saya sebagai raja dari kerajaan Kamland Secara pribadi menginginkan anda--raja Arthur untuk menikahi putri tunggal kami. Natalie. Sebagai bentuk kerjasama antar kerajaan. Tentu saja, saya akan memberikan bangku konferensi meja bundar sebagai hadiah jika anda bersedia menerima permintaan saya.
Cukup sekian yang ingin saya tuliskan. Semoga kerajaan anda mendapatkan kesejahteraan selalu.TTD
Raja Albert
Hening.
Mata Merlin mengerjap. Membaca ulang isi kertas yang ada dihadapannya. Masih sama, dan tidak ada satu hurufpun yang berubah. Ia menatap ke arah Arthur yang sekarang terduduk di tepi ranjang.
"Ini," Merlin diam. Bingung hendak mengucapkan apa.
"Ya, sangat menarik bukan?" Tanya Arthur.
"Kau akan menerimanya?"
"Entahlah." Arthur mulai berbaring. Matanya menatap ke arah langit-langit ruangan. "Hanya saja itu benar-benar tawaran yang bagus. Kau tahu sendiri kita memang membutuhkan bangku konferensi meja bundar itu untuk mengumpulkan kesatria terbaik."
Menurut ramalan yang pernah di ceritakan Merlin. Bengku konferensi meja bundar adalah benda ajaib yang bisa membantu kerajaan Cameloth dalam perang melawan Prancis. Karena meja ajaib tersebut hanya bisa di duduki oleh kesatria pilihan yang bersumpah mati untuk kerajaan Cameloth.
"Memang kau pernah bertemu dengan putri Natalie?"
"Ya," jawab Arthur. "Saat pesta dansa yang aku adalan kemarin lusa."
"Oh," Merlin memanggut-manggut. "Hah?! Kemarin lusa?! Cepet banget tiba-tiba udah ngajak nikah. Sepertinya pesona yang kau pancarkan terlalu berlebihan Art."
"Hah, aku tidak tahu harus bagaimana Mer. Sejujurnya ini keputusan yang berat untukku."
"Tawaran itu terlalu bagus. Kerajaan memang membutuhkannya. Tapi--" Arthur berhenti sejenak. Ia memejamkan matanya. "Aku masih ingin sendiri."
Ruangan itu kembali hening. Merlin sangat mengerti kenapa Arthur enggan untuk menikah. Pasalnya, mereka sudah beretaman dekat sejak kecil. Kau belum melupakan masa lalu kah Art?
"Apa pendapat kau soal surat itu Merlin?"
Merlin berdeham pelan. "Jika dilihat dari sudut pandang kerajaan. Tentu akan bagus jika kau menerima tawaran tersebut. Tapi--" Merlin mengehentikan kalimatnya, membuat Arthur membuka matanya. "Jika dilihat dari sudut pandang pribadi. Aku tahu kau tidak akan menerima tawaran itu."
"Dan aku akan mendukung apapun keputusan yang kau putuskan."
Sebuah senyum terbit di wajah Arthur. Ia bangkit dari posisi tidurnya. "Kalau begitu, aku akan memilih opsi kedua." Arthur menatap ke arah Merlin. "Dengan ini menandakan aku akan membutuhkan bantuan kau."
Dahi Merlin berkerut. "Maksudnya?"
"Bantu aku pergi barang sejenak."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nyehe...Sebenernya... Cerita ini sedikit fantasi. Jadi dunianya Arthur itu kayak dunia sihir gitu. Jadi ada penyihir--Merlin. Dan ada yang namanya bangku konferensi meja bundar.
Intinya itu bangku ajaib. Gitulah pokoknya.
Disini aku sebagai author mengucapkan banyak terimakasih bagi para readers tersayang... Karena tanpa adanya readers, author ngga akan semangat buat terus nulis...
Jadi mohon dukungannya ya...
Salam hangat
Author♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
We?!
Teen FictionKerajaan Cameloth sedang dalam keadaan yang damai. Tetapi, tidak dengan Arthur. Pemimpin Kerajaan Cameloth itu hampir setiap saat berada dalam kegelisahan hati. Kegelisahan yang menyangkut akan masa depannya. Tapi siapa yang akan menyangka. Kegelisa...