Beberapa orang yang mayoritas laki-laki tampak berkerumun di depan sebuah cafe. Mengintip kedalamnya. Bahkan beberapa orang yang lewat menyempatkan diri untuk melongok. Ingin tahu.
Sementara itu seorang gadis yang menjadi pusat perhatian dengan tenang menyesap coklat panas yang tadi ia pesan. Mengabaikan keributan kecil yang secara tidak langsung tercipta karena dirinya. Dengan wajah yang memang mempesona, dirinya sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
Ping!
From: Cristal Cabe
Eh, gue udah sampe di mall sama temen-temen yang lain. Lo ada dimana?
From: Aku
Cafe biasa. Don't long time.
Tanpa menunggu balasan. Rachel segera meletakkan ponselnya diatas meja. Malas meladeni manusia yang baru saja mengiriminya pesan. Tanganya kembali mengangkat cangkir berisi coklat panasnya. Menikmati rasa yang muncul lewat indra pengecapnya.
"Maaf lama. Tadi gue sama sama yang lain kejebak macet." Sebuah suara yang sangat familiar masuk ke telinga Rachel. Membuat gadis itu berhenti menyesap coklat panasnya yang sekarang terasa hambar.
Dengan wajah tersenyum, Rachel menatap orang yang kini duduk satu meja dengan dirinya itu. "Ngga papa. Lagian gue juga belum lama disini."
"Karena kalian udah dateng. Kita langsung jalan aja ya. Gue buru-buru soalnya." Rachel berdiri, lantas berjalan menuju kasir.
Tak menunggu lama, Cristal dan antek-anteknya mengikuti Rachel keluar cafe.
"Emang lo mau beli apaan?" Tanya Ivy--temennya Cristal--setelah berhasil menjajari langkah Rachel.
Tanpa menoleh, Rachel segera mempercepat langkahnya. "Nanti malem gue ada acara sama ortu. Jadi, gue mau beli dress."
"Acara resmi?" Tanya Cristal sembari mengekori Rachel memasuki sebuah toko baju.
Ya iyalah. Masa, gue pake dress ke acara biasa. Emangnya gue norak kayak lo?! Rachel memutar bola matanya. Jengah.
"Bantuin gue gih pilihan dress."
"Siap Nona Juanda." Tanpa disuruh dua kali, Cristal beserta teman-temannya segera berpencar. Mencari dress yang sekiranya bagus untuk di kenakan Rachel.
Sementara itu, Rachel duduk menunggu tanpa memedulikan Meraka. Membiarkan mereka berkeliaran kesana kemari. Ia mengangkat ponselnya, menjadikan layar benda itu sebagai cermin.
"Nona Juanda." Panggil Selly--salah satu teman Cristal juga.
"Apa?" Tanya Rachel singkat tanpa mengehentikan aktivitas bercermin.
"Eh itu, gue sama temen-temen gue udah selesai pilih-pilih dress yang cocok buat Lo."
"Jadi?"
"Jadi, Lo ngga mau gitu liat dulu dress yang udah kita pilih. Siapa tahu ada yang ngga cocok sama lo." Tanya Selly.
Tatapan tajam segera melayang dari mata Rachel. Menusuk kearah Selly. "Emang sejak kapan di mall punya keluarga gue ada barang yang ngga cocok sama gue?" Suara Rachel datar, namun penuh dengan intimidasi.
Melihat teman dekatnya takut dan bingung. Cristal segera turun tangan. "Maksud Selly itu biar lo bisa benar-benar cocok sama dress yang bakalan dipake. Jadinya nyaman kan?"
"Serah lo." Singkat dan padat. Menjelaskan betapa tidak sukanya Rachel saat ini.
Mendapat jawaban yang super pendek itu, Cristal dan teman-temannya segera meminta maaf. Membuat seorang Juanda marah merupakan kiamat bagi mereka.
"Sorry, gue ngga maksud kayak gitu kok. Beneran deh, sorry." Suara memelas Selly terdengar.
Rachel menatap kearah mata ketiga orang yang sekarang berdiri dihadapannya dengan mata berkaca-kaca. Meminta untuk dimaafkan.
Dalam hati, Rachel tertawa terbahak-bahak. Lihatlah, orang yang sok berkuasa dan sering membully di sekolah sekarang memohon-mohon padanya. Jika saja mereka tahu bahwa seorang Rachel yang selama ini Meraka tindas adalah orang yang sedang berada dihadapan mereka, pasti mereka akan pingsan karena serangan jantung dadakan. Ternyata marga Juanda yang melekat di namanya memang bukan main-main.
"Karena sekarang gue lagi dalam mood yang bagus. Kalian gue maafin. Lagian ngga guna juga marah sama kalian." Ucapan Rachel segera disambut helaan napas lega dari ketiga gadis yang sejak tadi harap-harap cemas.
"Karena kalian udah bantuin gue cari dress, kalian ambil satu dress buat dibawa pulang. Gue traktir." Lanjut Rachel, disambut dengan teriakan norak mereka.
<><><><>
"Makasih udah bantuin gue cari dress. Sorry gue bikin kalian repot," ucap Rachel tanpa berekspresi.
Cristal tertawa pelan. "Ngga papa, lagian ngga ngerepotin kok. Ya ngga?" Tanyanya dibalas anggukan dari kedua temannya itu.
Mendengar penuturan itu, Rachel tersenyum miring. Tentu saja Cristal dan teman-temannya tidak melihat senyum itu karena terlalu asyik menatap isi paperbag mereka. Ya iyalah ngga repot. Orang dapet dress mahal gratis. Emang orang munafik.
"Ya udah. Kita pamit dulu ya Nona Juanda. Kalo mau ke mall lagi, jangan lupa ajak kita," pamit Cristal diikuti teman-temannya.
Rachel memaksakan supaya sebuah senyum terbit dari wajahnya. "Oke."
Kalo bukan buat balas dendam mana Sudi aku ngajak cabe kayak lo.
Bruk!
Karena tidak fokus pada jalan, tanpa sengaja Rachel menabrak seorang perempuan tua hingga perempuan tua itu tanpa sadar menjatuhkan sebuah buku.
Tangan Rachel terulur. Mengambil buku yang terjatuh tadi, hendak mengembalikan buku tersebut sekaligus meminta maaf karena tidak sengaja menabrak perempuan tadi.
Diedarkan pandangannya ke sekeliling. Namun, perempuan tua itu sudah hilang dari pandangannya. Lah, tua kayak gitu ngilangnya cepet juga.
Ditatapnya buku ditangannya yang berjudul 'Legenda Arthur' itu. Tanpa ambil pusing, Rachel segera membawa buku tadi. Lantas pergi menuju parkiran tempat mobilnya menunggu. Saatnya pulang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
HooooUpdate juga akhirnya...
Ternyata memeras otak buat bikin cerita itu capek banget rasanya. Beneran deh.
Karena itu, bagi readers tersayang, harap tinggalkan jejak berupa vote dan komen ya... Tapi kalo ngga juga ngga papa sih...
Seikhlas readers soalnya...
Salam semangat
Author ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
We?!
Teen FictionKerajaan Cameloth sedang dalam keadaan yang damai. Tetapi, tidak dengan Arthur. Pemimpin Kerajaan Cameloth itu hampir setiap saat berada dalam kegelisahan hati. Kegelisahan yang menyangkut akan masa depannya. Tapi siapa yang akan menyangka. Kegelisa...