Pergi (2)

35 10 3
                                    

Angin berhembus pelan, membuat rerumputan saling bergesekan hingga menimbulkan bunyi gemerisik. Lahan luas yang hanya di tumbuhi rerumputan itu terlihat lapang. Sehingga hanya ada warna hijau sejauh mata memandang. Di salah satu bagian dari lahan rerumputan itu, berdiri dua orang yang mengenakan jubah berwarna hitam. Di hadapan mereka ada sebuah batu yang disusun menyerupai gerbang.

"Kau yakin akan pergi Art?' tanya Merlin.

"Ya." Arthur menganguk yakin. "Maaf jika aku egois."

"Tak apa. Lagi pula kau janji hanya pergi seminggu." Merlin tersenyum simpul. "Kalau begitu, aku akan mulai sekarang."

Merlin memejamkan matanya. Menikmati angin yang menerpa wajahnya. Kedua tangannya terangkat kedepan dada, mulutnya mulai komat-kamit, merapalkan sebuah mantra. Beberapa detik kemudian, sebuah lingkaran cahaya setinggi orang dewasa terbentuk di antara bebetuan yang menyerupai gerbang itu.

Dibukanya mata yang tadi terpejam. "Portal sudah siap Art. Kau bisa pergi."

Arthur menatap ke arah Merlin penuh penghargaan. "Tolong urus kerajaan ini dengan baik selagi aku pergi."

"Tentu, kau harus menjaga dirimu baik-baik Art. Kau sendiri tahu bahwa sihir peniruku adalah yang paling baik. Tapi, kembalilah dengan selamat." Merlin menepuk pelan bahu Arthur.

"Baiklah. Aku berangkat sekarang." Arthur tersenyum, perlahan langkahnya mulai memasuki portal yang di buat oleh Merlin.

"Sampai jumpa kembali," ucap Arthur sebelum benar-benar masuk ke dalam portal. Meninggalkan Merlin yang masih berdiri menatap kepergian Raja sekaligus sahabatnya itu.

"Ya, sampai jumpa Art." Merlin menatap ke arah portal yang mulai mengecil.

Bum!

Sebuah ledakan membuah tubuh Merlin terlempar ke belakang sejauh beberapa meter. Kepulan asap hitam tampak membumbung. Membuat pedih mata yang menatapnya.

"Uhuk, uhuk, uhuk." Merlin terbatuk. Ia menatap ke arah gerbang yang sekarang hancur.

"Art!"

<><><><>

"Hah?! Gini doang ceritanya?" Rachel menatap heran ke arah buku yang tadi ia pungut saat berada di mall.

"Padahal, kertasnya masih banyak yang kosong tuh. Masa, gitu doang akhirnya. Ngga seru banget," gerutu gadis itu kesal saat mendapati lebih dari dua pertiga buku itu hanya berisi kertas kosong.

"Ngegantung banget sih. Bikin sebel. Gimana nanti nasib Arthur sama  kerajaannya coba?!"

Sejak pulang dari mall tadi, entah mengapa hati Rachel sangat berkeinginan untuk mencoba membaca buku yang ia temukan tadi. Padahal biasanya dirinya tidak terlalu menyukai hal-hal yang berbau dengan membaca. Namun hatinya harus kecewa karena cerita yang berakhir dengan aneh.

Oh everytime i see you~
Guedae nuneul bol ttaemyeon~
Jakku gaseumi tto seolleyeowa~

Suara ringtone ponsel milik rachel berbunyi. Perlahan, ia merogoh saku celananya untuk melihat siapa yang meneleponnya.

Mama (c)antik is calling~

Dengan ogah-ogahan Rachel segera menggeser tombol hijau.

"Rachel udah siap kan?" Tanya sebuah suara di seberang sana yang ia yakini milik Anita.

"Belum," jawab Rachel sekenanya. Yakin bahwa setelah ini ia akan kena kajian singkat.

"Ya ampun Rachel. Kok belum siap sih? Acaranya bakalan di mulai dua jam lagi lho. Kamu gimana sih?! Sekarang buruan kamu siap-siap. Dandan yang cantik. Ngga boleh lama-lama. Nanti kamu telat. Kan ngga enak juga nanti ketemu sama calon mertua kamu."

"Iya ma, Rachel bakalan dateng telat tenang aja."

"Rachel!" Suara Anita meninggi, membuat Rachel harus menjauhkan ponselnya dari telingan supaya gendang telinganya baik-baik aja.

"Udah lah ma. Rachel tutup ya. Kalo mama ngomel mulu nanti Rachel ngga jadi siap-siap. Udah dulu ma, sampai ketemu nanti." Tanpa menunggu jawaban dari Anita, Rachel segera menutup panggilan secara sepihak.

Rachel melempar asal ponselnya di atas kasur. Malas. Diraih buku yang tadi dibaca olehnya. Menatap lamat kearah buku tersebut. "Ceritanya mirip kayak aku. Di jodohin. Bedanya dia berani buat cari solusi dari masalahnya. Ngga kayak aku yang pasrah kek gini."

"Jadi pengen bantuin."

"Kok aku malah nge halu sih?! Udah ah, buruan siap-siap aja. Nanti tambah lagi cermahnya." Rachel segera bangun dari tidurannya. Bergegas siap-siap ke tempat yang tidak ia sukai namun harus tetap pergi.

<><><><>

Sebuah buku di kamar Rachel membuka secara sendirinya. Tepat pada halaman dimana buku itu berakhir. Sebuah sinar lembut mengguar. Membuat siapa saja yang melihat akan menyipitkan mata karena silau.

Setelah sinarnya menghilang, seorang dengan jubah berwarna hitam tergeletak diatas kasur gadis itu. Tidak bergerak. Entah mati atau sekedar pingsan. Entahlah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hehehehe

Ceritanya, author gabut banget. Makanya bisa update nya cepet...
Author pernah bilang kan, kalo updatenya ngga menentu? Jadi ya updatenya sesuai dengan mood author aja :v

Doakan ya, author selalu dalam keadaaan mood yang bagus untuk menulis...

Oh iya, jangan lupa tinggalkan vote dan komen... Karena hal itu sangat berharga untuk author.

Saranghae

Author ♥️

We?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang