"Mereka itu bener-bener gak punya kerjaan" gumam yang udah ngelihat pertandingan mereka dari awal di jendela kelasnya. Saat ini Dwi memutuskan untuk mengulangi pelajaran minggu lalu. Walau tak banyak yang harus di ulang tapi udah kebiasaan baginya untuk membolak-balikkan buku sepuluh menit sebelum bel masuk."Dwi dwi, menurut kamu diamtara tiga cowok itu mana yang tipe kamu?" Rosa, salah satu sahabat Dwi bertanya antusias. Dwi hanya memasang tampang malasnya, kalau disuruh buat milih antara mereka bertiga, dia bakal lebih memilih monyet yang lagi makan pisang di kebon raya.
"Tampangnya tolong di kondisikan bosqueee" ucap Rosa menepuk pundak Dwi bersemangat.
"Hehehe, kalau disuruh milih ya udah pasti lah Dwi milih Dimas ya'kan?" Goda Tsabila yang lagi asik makan kerupuk di samping Lisa. Rosa yang denger perkataan Tsabila langsung tersenyum masam.
Diantara mereka berempat cuman Tsabila yang gak tau kalau Rosa punya rasa sama Dimas. Tapi Lisa Sama Dwi cuman diam aja. Rosa gak bakal nyalahin Tsabila, lagi perasaannya dengan Dimas ini cuman perasaan sepihak. Yang gak mungkin terbalaskan oleh Dimas. Karna kalau bukan Dwi, Dimas gak bakal pernah melirik gadis lain. Tatapannya cuman fokus ke Dwi, walaupun Rosa udah berkali-kali coba bicara langsung sama dia.
"Aku dengar ada toko baru dekat halte, katanya bakal kasih diskon buat anak sekolahan, ada yang mau pergi?" Dwi mencoba mengalihkan topik.
"Ide bagus! Aku mau makan yang banyak!! Mumpung hari ini aku aku baru dapat kiriman dari papih~~" Tsabila berbicara dengan nada manjanya. Tsabila memang anak yang manja, apa lagi kalau membicarakan papinya, dia slalu mengidolakannya, walau hanya pernah bertemu sekali seumur hidupnya. Palingan seorang pengila kerja, namun sangat menyangi putri semata wayangnya. Setiap minggunya slalu mengirimi uang dalam jumlah berskala besar untuk Tsabila, tapi bahkan buat menelpon Tsabila saja dia gak pernah punya waktu. Selama ini, mereka berbalas kabar hanya mengunakan sepucuk surat untuk melepas rindu. Ayah macam apa itu?? Memang ini bukan urusan Dwi, tapi menurutnya caranya terhadap Tsabila bukan bentuk kasih sayang seorang ayah! Ibu Tsabila meninggal saat melahirkan Tsabila, tapi dia cuman bertemu satu kali dengan ayahnya? Omong kosong cinta dari mana itu?? Entah Ayahnya masih hidup atau tidak di nengri sana, atau.. Ayahnya malah mempunyai wanita lain dan anak lain yang ada disisinya saat ini. Tsabila yang malang...
"Papi kamu emang baik ya? Gak kek papi aku! Jajan aku minggu ini malah di tarik sama dia gara-gara aku telat pulang aja. Tepatnya satu menit lho!! Satu menit!!!" Rosan membelalak kesal menceritakan Asal muasal ia kehilangan jamannya buat minggu ini.
"Orang tua kamu penyanyang bet" Lisa tertawa terbahak-bahak hendak menghina Rosa.
"Penyayang apaan?! Kaya papih aku donk! Itu baru penyayang!" Tsabila berseru menghentikan tawa Lisa. Dwi dan yang lainnya hanya tersenyum masam saat Tsabila menatapi mereka seserius yang ia bisa. Matanya bahkan sampai membelalak begitu.
"Rosa! Kamu mending pindah KK jadi adik aku aja! Aku pasti bakal beliin kamu bando dan pita yang banyak!" Tsabila mengengam tangan Rosa penuh keyakinan. Rosa yang gak tau harus gimana menanggapi pun cuman senyam-senyum sendiri gak mampu menanggapi ucapan Tsabila.
"Heh! Bercanda ya? Yang bakal jadi adek bukannya kamu?" Ucap Lisa bergurau dengan Tsabila. Tsabila pun cuman bisa memberikan mulut manyunnya tak bisa melawan Lisa. Dwi hanya menonton sambil cekikikan kecil. Para sahabatnya ini memang pandai membuat suasana.
Tok... tok...
Seseorang mengetuk pintu kelas Dwi. Seorang anak OSIS, mereka bisa mengenali anak itu dari bross di bajunya. Hanya anak OSIS yang punya bros perak seperti itu.
"Kakak Dwi, Kak Fauzi tadi cari kakak" ucap cowok itu imut-imut. Sekali lagi Dwi msngutuk Fauzi, entah kenapa dia tau banget kalau Dwi lemah sama yang imut-imut, gak bisa nolak.
"Oke kakak akan kesana" Dwi menampilkan senyum manisnya. Para sahabatnya sempat berbisik suatu hal, untuknya indra pendengaran Dwi cukup tajam, dia bisa mendengar sekilas percakapan teman-temannya.
'Si Fauzi manggil Dwi lagi?'
'Ketos gercep cuk! Dimas bakal tertinggal!!'
'Acara nanti, yakin jadi??'
'Semoga Dwi gak di tahan lagi sama ketos.'
Teman-teman aku harap setidaknya kalian jangan bisik-bisik waktu aku masih disiniT_T
Dwi datang sendiri menghampiri ruang OSIS. Disana sepi, tak ada orang. Jadi, diaman ketos usil yang nyebelin itu?? Dwi berusaha mencari ketempat-tempat yang memungkinkan bagi si ketos itu buat sembunyi. Tapi tetap saja ruangan itu kosong, selain Dwi tak ada satu manusia lain pun disana.
"Ini prank ya??" Dwi terus mencari di balik pintu, bawah meja, samping lemari. Gak ada seorang pun disana. Satu tempat yang Dwi belum periksan. Dalam lemari.
Dengan gak sabaran Dwi membuka lemari itu sekencang-kencangnya, dan tanpa aba-aba, tubuh Dwi tiba-tiba ambruk. Sebelum ia sadar benda apa yang menginpitnya, Dwi meraba-raba mencari pegangan, tapi saat dia meraba lantai... ia merasakan sebuah cairan aneh di bawah kulitnya. Sesuatu yang kental. Ia mencoba memfokuskan penciumannya, aroma seperti besi. Gak!. Ini darah.
Membuka matanya lebar-lebar, Dwi langsung menjerit sekeras-kerasnya. Dengan cepat menyingkirkan tubuh tanpa nyawa itu dari tubuhnya. Seragam Dwi penuh dengan darah, bahkan bercak darah tertinggal di wajahnya. Tubuh yang kini terletak di genangan darah itu dalam kondisi memprihatinkan. Ada beberapa lubang di perut dan dadanya, wajahnya hancur..... ma.... matanya... gak dapat dijelaskan. Pemilik tubuh tanpa nyawa itu seakan melotot kearah Dwi.
Menatapi Darah di tubuhnya Dwi mulai hilang keseimbangan. Hal yang palingbdi takutinya adalah darah. Dia benci kalau Haris melihat langsung benda kental itu, bahkan benci kalau dia melihat sesosok tubuh tak bernyawa yang terus mengalirkan darah. Gak suka. Dia gak suka!.
"Ada apa ini?!!" Fauzi datang dengan beberapa Guru pembimbing di belakangnya. Beberapa siswa juga ikut untuk melihat kejadian di ruang OSIS. Betapa terkejutnya mereka, saat melihat Dwi yang berlumuran darah dan sesosok mayat na'as di lantai, yang darahnya masih mengalir kemana-mana.
"Dwi... kamu...." Fauzi kehilangan kata-kata.
Dwi hanya mematung, masih syok dengan kejadian tadi dan noda darah dimana-mana, perlahan kesadaran Dwi memudar. Tubuhnya ambruk, tepat disamping mayat itu. Kenzo dan beberapa Guru lainnya berlari mendekat menolong kedua orang itu. Satu orang Guru memanggil ambulans dan polisi. Mereka membopong Dwi keUKS dan menunggul ambulans dan polisi tiba. Para murid yang menonton kejadian itu pun di tenangkan oleh guru.
Untuk pertama kalinya, terjadi pembunuhan di Terxius. Tentu saja para murid ketakutan. Mereka diminta untuk kembali kekelas masing-masing, dan menunggu pengumuman dari wali kelas masing-masing. Guru-guru langsung mengadakan rapat dengan polisi saat para perwira polisi datang kesekolah mereka bersama ambulans untuk menyelidiki kasus tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Lima Saudara
FantasyHidup kembali tanpa tau identitas diri sendiri? Slalu dibayang-bayangi mimpi akan perang berdarah? Lima orang yang tak bisa merubah takdir mereka sendiri dan seorang profesor yang hasus akan eksperimen berbahaya. Mereka terus mengikuti roda takdir...