3

8 1 0
                                    


Tiga mobil hitam baru memasuki gerbang Terxius. Murid-murid yang sedang berjalan masuk dari gerbang pun banyak yang memberi jalan. Masing-masing dari mereka bertanya-tanya, orang kaya mana lagi yang memasuki Terxius??

Ketiga mobil itu merapat, para supir yang membawa mobil itu membukakan pintu bagi penumpang kehormatannya. Para murid disana tercengang, menatapi tiga orang yang baru saja menginjakkan kaki di Terxius. Dua pria tampan dan tinggi dan seorang gadis kecil manis. Tak sedikit yang mengabadikan kedatangan mereka.

"Wah wah~~murid-murid di Terxius ini ceria banget ya pagi-pagi begini hehe~~" satu di antara tiga orang itu, Reno, seperti biasa tertawa girang setiap waktunya. Bukan berarti sengaja tebar pesona ya, memang wataknya yang murah senyum.

"Kamu senyam-senyum begitu hati-hati lho, ntar di semutin semut merah. Sakit." Mutiara, gadis itu tersenyum jahil.

"Hah?! Semut merah?!! Gak mao gak mao!!!!!!" Seru Reno memeluk lengan Rian. Beberapa siswi disana langsung mimisan seketika dan mengabadikan momen BL yang ada di hadapan mereka. Bayangin aja cogan peluk lengan cogan lain?? Widih background nya bakal bunga-bunga dan kinclong-kinclong gitu gak sih?? Itu yang ada di pikiran mereka semua.

Mutiara yang ada di tengah-tengah mereka cuman bisa nepuk jidat menatapi kelakuan kedua adiknya itu di depan umum.

"Udah udah, klo ada semut yang gigit injak aja. Repot bener." Seperti biasa Rian tetap dengan tampang coolnya. Walau dia sebenernya lagi seneng banget tuh.

"Hadeh~~sampai kapan kita bakal berdiri disini? Panas,-" Mutiara mengipas-ngipas dirinya sendiri dengan tangannya . Mereka bertiga terpaksa berdiri di luar karna harus menunggu seseorang yang akan membawa mereka ke ruang kepsek. Tapi, orang yang katanya ketos paling bersinar di Terxius ini, sampe sekarang blom kelihatan batang hidungnya.

"Kelamaan. Aku gak suka nunggu! Woy cewek! Kantor kepsek dimana?!" Seru Rian pada salah satu siswi.

"Eh?? Bo... bolehh saya antar!!!!!!!" Siswi itu berseru semangat dan berlari mendekati mereka. Berhenti beberapa langkah, dia mencoba mengatur nafasnya agar tetap rileks. Tapi gak bisa. Jadi dia tetap deg degan liatin mereka bertiga, sedang yang di liatin cuman bisa pasang tampang blo'on doang.

"Niat nganterin kagak?!" Bentak Rian membuat para gadis terpesona.

"O... okeeee!!!!!!!!" Seru gadis itu yang masih blom bisa ngendaliin dirinya.

"Bakal lama nih" Mutiara menepuk jidatnya frustasi.

"Kalian sih klo minta tolong gak bener. Sini Reno aja yang minta tolong!!" Dengan terpaksa dan memang ke inginkan hati, Rian dan Mutiara langsung melempar Reno masuk mobil. Karna klo dia yang nanyain bakal lama. Lama. Lama bener! Mpe siang juga gak bakal ketemu tuh kantor kepsek. Mutiara langsung turun tangan.

Mendekati siswi tadi, Mutiara mencoba membuat tatapan siswi itu untuk tetap menatapnya. Menampilkan tatapan sinisnya dia berkata "antar. Sekarang." Mengangguk patuh sambil sedikit gemetar, siswi itu berjalan gontai seperti habis ngelihat hantu.

"Klo begini aja kamu baru bisa diandelin" gurau Rian yang lengannya udh di gandeng lagi ama Reno.

"Mutiara gitulho" menampilkan tampang songongnya Mutiara mengibaskan rambut sok cantik.

"Sok cantik kau kutil badak. Gorila lagi ngupil juga lebih cantikan dari pada elu!" Omel Rian yang mukanya gak sengaja kena tamparan rambut Mutiara. Yang di sindir cuman ketawa-ketiwi aja. Gak nanggapin.

Siswi itu nganterin mereka sampai ke kantor kepsek. Setelah itu dia cuman diam sambil nunduk jalan cepet-cepet ninggalin mereka bertiga.

"Seserem itu ya tampang Mutiara?" Gumam Reno menatapi punggung siswi itu.

"Enak aja! Dianya aja yang penakut, huh!" Dengan tidak santuynya Mutiara malah nendang itu pintu kepsek. Pas udah di dalam dan liat wajah kepsek, Mutiara dan kepsek itu langsung teriak, bikin telinga kedua cogan kita jadi tuli sementara.

"Beanis?!!!!!"--Mutiara.

"Leader?!!!!!"--kepsek.

Reno dan Rian. Dua orang yang gak tau apa-apa cuman bisa lihat si kepsek yang dihormati seluruh warga Terxius langsung sujud syukur //plakkk! // di hadapan Mutiara.

"Ntar-ntar!!!! Jadi kamu itu kepsek Terxius?!! What what?!! Dan aku mesti patuhin perintah kamu?!! Hah?!! Ogah!!!!!!!!!" Seru Mutiara sekali lagi bikin telinga Reno dan Rian budeg sementara.

"Jan teriak-teriak bangsat! Inget kami masih ada disini!!!" Emosi Rian yang hampir nendang kakaknya sendiri.

"Yeee nyantuy bosqueee."--Mutiara.

"Mutiara sama kepsek..... saling kenal?" Tanya Reno yang kupingnya udah hampir normal lagi. Kepsek cuman mampu duduk aja di lantai gak brani natap Mutiara. Rian sama Reno langsung kepo, kenapa kepsek langsung sujud waktu liat dia??

"Dari pada kalian peduliin itu..... keknya masa-masa sekolah kita disini bakal asik nih" Mutiara menampilkan smirknya. Reno dan Rian menatapnya bingung.

"Beanis.... kamu tau maksud aku kan???" Ucap Mutiara pada kepsek yang sampe sekarang masih nunduk itu. Si kepsek cuman ngangguk-angguk aja. Puas dengan anggukan si kepsek, Mutiara langsung nyambar tiga kertas yang ada di meja kepsek tanpa permisi.

"Ini punya kalian, kita kekelas sekarang" ajak Mutiara meninggalkan kantor kepsek. Setelah meninggalkan ruangan kepsek, 2R langsung kepo, mereka nanya ini itu, Mutiara cuman jawab singkat, tapi menjelaskan semuanya sama mereka. Jadi, maksud Mutiara masa-masa sekolah yang asik itu.... karna kepala sekolah Beanis itu adalah salah satu anak buahnya Mutiara, jadi sekolah otomatis mereka yang punya. Gak bakal di kasih hukuman sama sekali kalau buat salah di sekolah. Itu katanya.

"Keknya kita gak sama kelas nih kak" kali ini Rian menampilkan smirknya.

"Kalau gak sama aku aja kamu manggil 'kak'. Adek kampret mah gini" gumam Mutiara yang jelas didengar kedua orang itu.

"Ngomong lagi ucapkan halo pada kolam sekolah" Reno berkata sedatar datarnya papan tulis. Rian yang liat ekspresi datar Reno langsung ketawa terbahak-bahak. Sedang yang di ancem cuman diam aja karna ancamannya mempertaruhkan nyawa dan rasa malu si empunya.

"Kelas Dwi sama Dimas dimana ya??" Gumam Rian yang keknya udah dapetin semangatnya dia.

"Gak tau. Tapi yang pasti Dimas mA Dwi lagi di gerbang depan dan si Dimas lagi diomelin sampe telinganya tinggal satu sebelah." Ucap Mutiara menunjuk ke gerbang sekolah. Untuk cari informasi emang lebih bagus nanya dia nih keknya.

"Dimas telat ya? Kok Dwi juga disana?" Kini Reno yang antusias pengen tau.

"Dwi itu OSIS jadi wajar disana. Dimas telat pasti karna kelamaan nyari sisirnya dia di kamar." Semprot Mutiara lagi ikutan liatin mereka dari lantai tiga.

"Kamu tau ini semua dari mana sih??" Heran Rian yang memang penasaran tentang segala informasi yang ada sama kakaknya itu.

"Mudah di tebak. Sekarang kita kekelas dulu, ni tas berat banget klo bawa ini terus bisa-bisa aku gak nambah tinggi!" Omel Mutiara merutuki tasnya. Dua orang yang mendengarnya cuman mampu menahan tawa.

"Oke oke. Kita kekelas dulu. Hayuuulahh😂😂😂" Rian yang masih tertawa terbahak-bahak mengundang perhatian murid-murid yang lagi di lorong sekolah. Mereka dari tadi udah ngeabadiin foto ketiga orang ini.

Rahasia Lima Saudara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang