Nothing is Impossible 1

428 13 3
                                    


"Meira!!" 

"Lisa, bisa gak sih nggak teriak?" geram Meira pada temanya yang satu ini. 
"Lohalo gyus!!!" 

"Nah, ini lagi! " 

"Astaga... Gue salah apa lagi sih?" 
"Salah lo banyak Sin..." kekeh Lisa. 
"Cihh... Gak ngaca!" kata Sindi. 

"Udah, kita kan juga sama-sama banyak salah..." lerai Meira. 
"Nah, ini nih.. Kakak gue. Alim, gak kayak kakak gue satu nya.." Sindir Sindi. 

Lisa menatap tajam Sindi yang dibalas tatapan mengejek dari nya. Sedangkan Meira udah jalan duluan di depan sana, mengabaikan dua sahabatnya yang sedang berdebat di belakangnya. 

Meira memasang earphone di telinganya. Mengabaikan keramaian yang ada di sekitarnya. Dengan menatap lurus ke depan dan sekali-kali melirik ke kanan dan kiri. 

Hingga, matanya bertatap dengan mata lain. Namun, ia mengabaikanya dan melanjutkan langkahnya.

"MEIRA!!!" 

Teriakan itu membuat Meira seketika terkejut. Untung saja ia bisa mengontrol ekspresi wajah nya. 

"Lalisa Mitofia... Udah berapa kali di bilangin. Jangan teriak!" 
"Awawww... Iya-iya, sorry Na... Lo sih, di panggil gak nyaut!!" kata Lisa yang tanganya tadi di cubit oleh Meira. 

"Udah-udah, ayo ke aula. Udah di suruh ke sana itu..." kata Sindi. 

Mereka bertiga memang udah sahabatan sejak kelas sembilan. Dan untungnya, mereka juga masuk ke dalam satu SMA.

Untung saja, nilai mereka termasuk bagus.

Kini, mereka sudah kelas sepuluh. Mereka bersekolah di salah satu sekolah ter favorit yang berada di Jakarta. 

Oke.. Balik lagi ke Meira dan kawan-kawan.... 

"Buset, rame banget..." kata Sindi. 
"Yang sekolah di sini bukan kita doang Sin.." kata Meira. 

"Kalo Sindi apaan sih yang bener..." goda Lisa.
"Anjir ya lo Lis...." 

"Bodoamat lah ya. Meir, temenin gue cari Maykel dong..." pinta Sindi. 
"Emang Maykel sekolah di sini ya?" tanya Meira sedangkan Sindi mengangguk. 

"Lah, masih langgeng aja lo sama dia..." 
"Lo doa in gue putus sama dia Lis?" tanya Sindi nge gas. 

"Bukan gitu, maksud gue kan kalo misal dia balik ke daerah asalnya sana sama nenek nya kan sapa tau.." jelas Lisa. 

Maykel itu pacar nya Sindi. Dia asalnya dari luar Jakarta, bahkan luar Jawa. Jadi dia tinggal di Jakarta sama orang tua nya sejak kelas tujuh, pindah gegara kerjaan terus nenek sama saudaranya kebanyakan di Sulawesi sana. 

"Gak ketemu Sin... Nanti lagi aja carinya, udah mau di suruh kumpul ini.." kata Meira. Sindi mengangguk. 

Meira mencari namanya di kertas pembagian kelompok. Dan sialnya, gak ada yang dia kenal di kelompok itu. Eh, kecuali satu... Namanya Yordan, temen les Meira waktu kelas sembilan. Dia orang nya bobrok agak ke gila-gila an gitu kalo menurut Meira. 

Udah, Meira tanya kakak osis yang lagi tugas kan. Dia ikut baris di sana. Meira cuma diem di sana. Dia bingung harus ngapain. Soalnya, Meira itu tipe orang yang pendiam tapi pengen cari temen gitu. 

Masalahnya, dari SMP nya dulu cuma dia doang yang diterima di sini. Sedangkan Lisa sama Sindi itu temen les nya.

"H-hai.." sapa nya canggung kepada salah satu teman dalam kelompoknya. 

"Ya, kenalin nama gue Chaenita Yeolina... Panggil Caca aja, tapi bukan permen loh ya..." sapa nya balik. 

'Tau aja deh..' - batin Meira. 

Notimp MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang