"UNAAAA!! "Astaga, kalian sudah pasti tau siapa yang berteriak kan? Yap! Si dua kucrut sahabat Meira. Siapa lagi jika bukan Lisa dan Sindi. Meira yang sedang memakai sepatunya pun lantas saja melempar sandal milik ayah nya itu.
Udah besar berat pula.
Komplet pokok nya."Buset! Nih sendal berat amat dah! Mana besar lagi.. " adu Sindi membuat Meira terkikik geli.
Meira berdecak sebal. "Salah nya sih! Orang jarak kaga ada lima meter malah teriak! "
Lisa menggaruk tengkuk belakang kepalanya yang tidak terasa gatal. Mereka bertiga berjalan beriringan. Di tengah perjalanan, Meira melihat Lisa mengacak poninya sendiri dan itu mengingatkanya tentang kejadian kemarin malam di cafe.
Meira diam mematung. Ia lalu berjalan mendahului Lisa dan Sindi tanpa berbicara apapun.
"Tuh anak kenapa ya Lis? Lo tau ga?" Tanya Sindi, Lisa diam-diam juga teringat kejadian kemarin malam. Ia hanya mengangkat bahu acuh tanda tak tau. Padahal, ia sudah pasti tau betul penyebab nya.
Tinnn...Tinnn...
"Bun, Ravel berangkat dulu ya" Ravel berpamitan kepada sang bunda.
Sedangkan, Dinda hanya tersenyum hangat. Anak keduanya ini memang dingin, tapi juga hangat di saat bersamaan.
"Lama amat lo!" sindir Jeki yang sudah ready di atas motor nya.
"Hmm.."
Mendengar kalimat itu, membuat Jeki berdecak sebal. Tak ada kalimat yang lebih panjang lagi memangnya. Ravel lantas naik ke motor Jeki. Ia memang dilarang pergi naik motor. Selain karena umur nya belum cukup, orang tua nya juga khawatir. Tapi, Ravel juga bisa kok naik motor hanya saja jarang-jarang.
Biasanya ia diantar supir atau bunda nya langsung. Namun karena bunda nya lagi tak enak badan dan juga ia bosan diantar supir, jadilah Jeki jadi antar jemput Ravel pagi ini.
"Jalan!"
Jeki menurut saja. Mereka hanya membutuhkan sekitar lima belas menit jika dari rumah Ravel. Jika dari rumah nya hanya butuh lima menit, emmm... Tiga menit pun juga tepat waktu. Karena Jeki sedang menginap di tempat tante nya, jadilah ia menjemput Ravel.
Mereka berdua turun dan berjalan masuk ke area sekolah. Beberapa murid tampak berjejer di depan gerbang. Jika kalian pikir itu adalah fans mereka, maka jawabanya adalahhh....
.
.
.
.
.
.
.
Tidak! Big no!
Itu adalah murid-murid yang tak taat aturan. Tidak pakai dasi lah, sabuk, dan atribut lainya. Juga mengecek seragam dan tas-tas mereka. Untung nya mereka anak OSIS. Jadi tau kapan diadakanya razia. Huhhh, bosan sih sebenarnya melihat mereka-mereka yang tampak tengil dan kucel.
"Ravel!!"
Ravel menoleh kepada salah satu anggota OSIS yang memenaggilnya. Kenapa lagi? Ia kan tak punya masalah."Huhh! Lo tu gimana sih?! " Ravel mengerutkan kening nya. Memang nya ia salah apa sih? Ia menatap orang tadi dengan pandangan bertanya.
"Sepatu lo! Tali nya kenapa ga hitam?" tanya nya.
Ravel melihat sepatunya.
"Ckk!" ia berdecak sebal. Tali sepatunya yang mulanya hitam polos. Kini menjadi hitam dengan garis merah di pinggir nya. Ia tau pasti, ini adalah kerjaan Haikal. Dasar anak nakal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notimp Mission
Romance'Sejak saat itu, jantungku selalu berdetak kencang saat di dekat mu' ~ L. 'Aku, aku hanya ingin menjadi salah satu dari prioritasmu' ~ S. 'Kau adalah lelaki pertama yang berhasil meluluhkan hati beku ini'~ M. 'Aku akan menjadi satu-satunya orang...