Nothing is Impossible 18

28 1 0
                                    

Sudah seminggu lebih sejak kejadian itu. Meira dan Ravel juga lost contact. Terkadang hanya berpapasan saja.

Lisa dan Ravel masih seperti biasa. Sama juga dengan Sindi dan Maykel.

Hari ini, adalah saat nya untuk kelas sebelas melaksanakan kegiatan study tour. Meira sudah menunggu di depan bus. Sayang nya, ia harus pisah bus dengan Lisa. Tapi tenang, masih ada Sindi kok.

Meira masuk duluan. Ia bingung, di dalam bus sudah penuh. Sindi juga sudah duduk dengan Rina. Jadi pertanyaanya..

'MEIRA DUDUK SAMA SIAPA?' batin Meira menjerit.

Tempat duduk di depan juga untuk para guru.
Haduhh

"Na.. Belom dapet juga?" tanya Sindi. Meira menggeleng sebagai jawaban.

"PERHATIAN SEMUANYA. SEKARANG, IBU TANYA.  SIAPA YANG BELUM DAPAT TEMPAT DUDUK? " tanya bu Tara yang kebetulan menjaga di bus Meira.

Meira langsung saja mengangkat tanganya.

"Bagaimana sih? Seharusnya tempat duduk nya sudah cukup. Kenapa jadi kurang ya? " pikir bu Tara.

Meira menggeleng tak tau. Akhirnya Bu Tara mengajak Meira ke bangku paling depan. Loh, ini kan buat guru pendamping..

"Kamu duduk di sini saja, bersama dengan ibu.. " Meira hanya mengangguk. Toh, ia nanti akan duduk dimana jika menolak?

Bus sudah berjalan, Meira yang memang tak tahan udara dingin langsung memakai jaket nya. Ingin rasanya ia bawa selimut. Tapi, selimutnya kan besar-besar mana tebal lagi. Bu Tara yang sedari tadi menemaninya pun sudah pindah duduk dengan bu Layla.

Duh, kalau gini mah Meira kelihatan banget kalau jomblo.

"Ravelllll... ~~yuuuhuu~~~"

Ravel melirik sinis Jeki yang duduk di sebelahnya ini. Sangat berisik. Ia tak menanggapi Jeki. Sekarang, ia sedang menatap keluar jendela bus sambil mendengarkan musik lewat earphone nya. Oh, rasanya Ravel jadi mengantuk..

"Vel, Ravel! Marvel! "

Karena ucapanya tak ditanggapi, Jeki langsung mengecek keadaan sahabatnya itu. Ia berdecak sebal ketika melihat Ravel tertidur dengan pulas nya seakan tak ada gangguan. 

"Ishh! Ini Lisa mana sih? Ini lagi satu, Sindi malah asik sama squad nya! Nyebelin!" Gerutu Meira saat mereka sampai di rumah makan untuk makan siang. Dia pisah sama Sindi karena dia juga sibuk sama squad nya. 

Lisa juga ga nongol-nongol. Meira udah misuh-misuh aja. 

"Lisaaaaaa!!!Huwwaaaaa...." Meira yang lihat Lisa jalan ke arah dia langsung aja nubruk Lisa. 
Mereka berdua pelukan, ga nyadar aja banyak orang di sekitar mereka. 

"Lah, mereka kaya lesbi anjay.."
"Lu mah kaga tau aja dah. Mereka kan besplien, wajar dong."
"Sahabat segitu nya..."
"Sahabat rasa sodara kalau mereka mah..." 

Jeki berdecak sebal. 

"Denger kaga Vel? Masa Lisa doi gue dikatain lesbi! Kan ga lucu!" Ravel pun diam-diam juga berdecak sebal. Kenapa sebelah meja mereka itu isi nya lambe turah dan netizen semua?

"Udah lah! Kaga tau aja, mereka kan emang kaya kakak adik..." jawab Maykel dengan tenang nya disusul satu suapan mendarat di mulut nya. 

Ravel mengangguk. "Tapi tumben kaga sama Sindi?"

Maykel melotot dan langsung menggeplak kepala cowok itu keras. 
"Hehh!! Kenapa lo nanyain my girlfriend? Ke cantol lo sama dia? Awas aja!!" 

Ravel menggendikan bahu. "Ogah gue sama cewek galak cem itu!! Mending sama...." 

Notimp MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang