Hari demi hari telah berlalu, kini di SMA Antartika terdapat gerombolan siswa yang saling dorong mendorong di depan papan informasi. Mereka sangat ribut, seakan tak dapat berdiri tenang dan mengantre untuk mendapat giliran. Seorang lelaki berdiri menyenderkan kepala di dinding tembok yang jaraknya tak jauh dari gerombolan siswa itu. Ia berdecih pelan, malas dengan keadaan sekitar yang begitu ramai.
"Woe! Yang udah gantian, jangan maruk!" teriak Wildan sembari berjinjit-jinjit ingin mengetahui juga nilai yang tertempel di papan tulis.
Alzano memutar bola mata malas, kenapa malah teman-temannya ini yang begitu ribut daripada dirinya? Padahal yang akan dilihat adalah nilai lelaki itu.
"Tenang, Bang! Biar kita aja yang membelah lautan manusia ini!" ucap Wildan dengan bangganya. "Riz, lo coba dari ujung sana siapa tau sepi!"
Yariz yang tengah asik memakan gorengan pun menoleh mendengar ucapan Wildan. Ia mengacungkan jempolnya dan beranjak melangkahkan kaki ke ujung sana.
"Minggir-minggir! Orang ganteng mau lewat!" Yariz menerobos orang-orang itu tanpa memedulikan cibiran karena siswa lain terdorong olehnya.
"Dih, santai dong, sakit tau!"
"Apaan, sih main serobot-serobot aja!"
Lelaki itu pun mulai menjelajahi satu demi satu tulisan yang ada. Ia membelalakkan mata, setelah melihat nilai yang diperoleh oleh Alzano yang sedikit rendah dari biasanya. Yariz memundurkan badannya dan menerobos lagi siswa yang masih bergerombol itu.
"Gimana-gimana?" heboh Dika penasaran akan hasil seleksi olimpiade matematika yang diperoleh Alzano.
Yariz melengkungkan bibirnya ke bawah. "Anu ...."
"Anu apaan sih? Pasti lolos lagi 'kan? Emang Bang Zano ngga bisa terkalahkan!" ucap Nareez menatap bangga ke arah ketua The Victor itu.
Yariz, menggelengkan kepala membuat mereka mengerukan dahi. "Melorot! Dari nomor satu ke nomor dua. Ada siswa lain yang lebih unggul." Yariz berkata jujur hingga mereka melongo dibuatnya.
Tanpa basa-basi Alzano menegakkan badannya dan berlalu dari sana untuk melihat sendiri hasil yang diperoleh. Ia mencari namanya, dan benar yang dikatakan Yariz ia menempati nomor 2 dengan hasil nilai 95. Sedangkan, yang menempati nomor 1 mendapatkan nilai 97,5. Ia mengembuskan napasnya setelah mengetahui orang itu. Namun, ia melihat lagi lembar kertas yang tertempel di papan hitam, terdapat nilai yang sama dengannya pada urutan ke tiga. Lalu, siapakah yang akan menjadi cadangan di olimpiade matematika nanti?
"Permisi, bisa minggir sebentar? Saya juga mau lihat." Seorang gadis menarik-narik tipis kemeja Alzano dari belakang. Ia pun menggeser tubuhnya, dan menatap orang itu.
Gadis itu menelisik kertas yang ada di depannya, hingga tak menghiraukan orang-orang yang ada di samping kanan kirinya. Ia tersenyum lebar saat mengetahui namanya tertera di paling atas.
"Beneran, nih? Gue lolos? Alhamdulillah!" ucapnya bersyukur karena melihat hasil yang tertera.
"Aaaa ... lo lolos? Gilak nilai lo tinggi bener kek harapan gue ke Lee Taeyong!" ucap Oca dengan heboh hingga siswa lain yang ada di sekitar menatap ke arahnya.
"Dia murid baru 'kan? Hebat baru pertama ikut ujian kayak gini langsung bisa kalahin Alzano!"
"Pinter juga tuh murid baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZANO
Teen FictionSiapa yang tak ingin mendapatkan peringkat pertama pararel sekolah? Pasti banyak sekali orang yang menginginkan posisi itu. Termasuk Alzano Algieba Leonard, seorang lelaki yang berhasil mendapatkan posisi pertama selama berturut-turut sejak duduk di...