Dafid menyenderkan punggungnya di tiang ring basket. Mukanya tampak kusut karena menunggu Alzano yang tak kunjung menghentikan aktivitasnya. Sesekali ia mendengus pelan, susah sekali untuk berbicara dengan cowok kulkas lima pintu ini.
"Zan!! Pulang yok! Gue traktir, deh," bujuk Dafid berharap Alzano mengikuti ajakannya.
Alzano menghentikan bolanya yang memantul di atas permukaan lapangan yang berlapis semen itu. "Nggak salah denger?" pekiknya tak percaya. Jarang-jarang seorang Dafid akan membelanjakannya sesuatu. Namun, Alzano menolak. "Kalau cuma buat bujuk gue ikutan teater mending nggak usah. Males!"
"Lo nolak gara-gara pasangan lo Felisha?" tanya Dafid, lalu berjalan mendekati Alzano. Dengan santai ia merebut bola dari tangan lelaki itu dan mendribble-nya menuju ke arah gawang. "Tenang aja, Felisha nggak bakalan ikut karena dia ditunjuk jadi panitia. Sekarang lagi cari penggantinya. Lo ada saran?" Dafid berkata dengan tangan masih sibuk dengan bolanya.
"Nggak." Alzano menjawab singkat. Dafid pun memutar badannya dan menghempaskan napas kasar.
"Ayolah, bantu temenmu yang sangat amat puyeng ini." Dafid menggertakkan gigi. Bukan karena geram terhadap Alzano, tetapi dirinya adalah panitia sekaligus koor yang mengurusi bagian itu. Apalagi teman satu sienya yang kinerjanya kurang.
"Apa untungnya buat gue?" Alzano mengangkat bahunya acuh dan berjalan ke pinggir lapangan. Dafid mengikuti dari belakang.
"Aishh please, deh," mohon Dafid. "Gue cariin pasangan yang cantik suer nggak bohong. Rani kelas sebelah itu cakep banget, loh. Udah gitu ketua cheer leader lagi," lanjutnya dengan menawari agar Alzano tertarik.
"Gue udah bilang berkali-kali, kalau gue nggak minat."
Tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikiran Dafid. "Oh iya, gue denger beberapa hari yang lalu, lo nyuruh Alya buat ikut teater 'kan?"
"Kapan?"
"Waktu di rooftop."
"Lo nguping?"
Dafid pun menggeleng kuat. "Enggak kok, enggak. Lebih tepatnya nggak sengaja nguping."
"Sama aja!"
"Ayolah, masa nggak mau? Kalau nggak mau terpaksa, nih gue pasangin Alya sama yang lain," ucap Dafid dengan nada seolah menyindir.
"Terserah lo!" Alzano meraih ranselnya yang berada di pinggir lapangan, lalu mengenakannya di punggung.
"Oke deh, gue bakal bujuk Kak Varo aja yang jadi pasangan Alya."
Dafid hampir berlari untuk meninggalkan Alzano, tetapi kerah kemeja bagian belakang ditarik kuat oleh lelaki itu membuatnya sedikit terhuyung. "Kenapa harus dia?"
"Ya, karena Kak Varo idaman para ciwi-ciwi. Pasti cocok banget kalau dipasangin sama Alya. Ceweknya cantik cowoknya ganteng. Beuh, pasti jadi couple goals." Dafid menyedekapkan tangannya ke depan dada, menunggu respon dari Alzano.
"Nggak jelas." Alzano berjalan mendahului Dafid dan menubruk bahunya.
"Wah kebetulan banget itu ada Kak Varo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZANO
Teen FictionSiapa yang tak ingin mendapatkan peringkat pertama pararel sekolah? Pasti banyak sekali orang yang menginginkan posisi itu. Termasuk Alzano Algieba Leonard, seorang lelaki yang berhasil mendapatkan posisi pertama selama berturut-turut sejak duduk di...