18. Memulai |ALZANO NEW VERSION|

458 91 146
                                    

Alzano memandang para temannya yang lahap memakan cireng masakan ibu kantin yang katanya cita rasa makanan tersebut sangat enak. Lelaki itu menggeleng-gelengkan kepala, mereka seolah tak dikasih makan selama satu minggu. Bahkan, Dika telah menghabiskan lebih dari dua porsi cireng yang ada.

"Zan, lo nggak makan?" tanya Dika dengan mulut penuh. Namun, tangannya bergerak untuk menambahkan isi di dalam mulutnya.

"Kenyang." Alzano menjawab singkat, ia tak berselera untuk sekedar mencicipi makanan yang telah tersaji di atas mejanya.

"Buat gue aja, ya! Perut gue masih muat, kok." Dika menyengir, seraya mengusap-usap perut sedikit buncitnya.

"Ambil!" sahutnya dengan menggeser piring di depannya ke arah Dika.

"Buset, perut lo perut karet, ya?" Dafid yang sedari sibuk dengan urusan OSIS-nya tiba-tiba datang menepuk bahu Dika, membuat lelaki itu mengalihkan muka ke arahnya.

"Diem lo!" Dika menyikut perut Dafid, sontak lelaki itu meringis pelan karena perut rampingnya terkenal tulang dika yang sangat keras.

"Lo kenapa, sih, Zan?" Alfi bertanya karena sedari tadi mengamati Alzano yang lebih banyak melamunnya.

Alzano menghela napas. "Lo pada tau Galang 'kan?"

Segerombolan murid di satu meja itu mengangguk dan menghentikan kegiatannya, dan mulai serius memperhatikan Alzano.

"Iya, Galang yang dendam sama The Victor gara-gara kesalahan lo di masa lalu?" serobot Nareez. Alzano menatap tajam ke arahnya.

"Bukan gue yang salah!" Suaranya memberat. Alfa yang duduk di samping Nareez menyenggol pelan lengannya.

"Maaf-maaf!" Nareez tersenyum kikuk dan sedikit mengkode dengan tangan agar Alzano lanjut berbicara.

"Kita harus hati-hati. Awasi mereka!" Pandangan Alzano kemudian menghadap ke arah tiga gadis yang sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Kenapa?" tanya Yariz.

"Dia tau kalau gue sering bareng sama Alya. Pasti dia bakal cari tau tentang cewek itu. Dan, gue yakin, pasti teman-temannya juga bakal jadi incaran." Mereka mengangguk-anggukkan kepala.

Alfi membebelakkan mata setelah sadar jika mereka akan menjadi incaran. "Termasuk Fani juga?" ucapnya dengan keras.

"Iya, lah! Mereka 'kan satu circle, gimana, sih!" gertak Wildan kerena terkejut mendengarkan ucapan Alfi.

"Tunggu! Sejak kapan lo peduli sama Fani?" tanya Yariz, sebab ia penasaran dengan hubungan mereka berdua. Memang Fani selalu merecoki Alfi, tetapi lelaki itu jarang menanggapinya. Terakhir kali Alfi dekat dengan Fani saat mengantarkan gadis itu pulang. Namun, entah apa yang terjadi dengan mereka, setelah kejadian itu Fani jarang mengganggu Alfi.

"E-enggak kok, elah cuma mastiin doang," elak Alfi dan menyuapkan cireng ke dalam mulutnya.

"Satu lagi, gue butuh bantuan kalian, kalian tau adeknya Galang?" Mereka mengerutkan dahi dan menerka-nerka.

"Maksud lo, Laudya? Yang meninggal beberapa tahun yang lalu, dan Galang selalu nuduh lo sebagai pembunuhnya?" Alfa menerka dan Alzano menganggukkan kepala sebagai jawaban yang benar.

ALZANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang