"A.. Aku dimana?!" baru saja dia membuka mata, gadis itu bangun dari ranjang rumah sakit. Dia melihat infus di tangannya. "Aku sakit?" tanyanya pelan. Seingatnya, dia tak pernah masuk ke dalam rumah sakit sejak nyawanya sadar kemarin. Dia pun membuka infus itu secara paksa.
Saat akan turun, pintu ruangan ini terbuka. Menampakkan sosok tampan dengan tubuh yang tinggi. "Oh, sudah bangun?" tanyanya setelah menutup pintu kembali. Dia meletakkan sekotak bubur yang tadi di belinya dan segelas es jeruk.
"A-anda... Siapa?" tanya Ghana sedikit takut. "Panggil saja Nara. Kamu?" dia kemudian duduk di sofa dengan pandangan tetap tertuju pada Ghana. "G-Ghana,"
"Ngomong-ngomong... Saya kenapa?" tanya Ghana dia menurunkan kedua kakinya, menghadap Nara.
"Kamu tidak ingat? Tadi kata dokter, kamu tidak memiliki gangguan ingatan." Jelas Nara sedikit terkejut. "H-hehe, saya lupa," Ghana terkekeh kecil.
"Tadi kamu melawan seorang buronan di bar dengan dress hitam di atas lutut dan ketat. Dandanannya udah mirip emak-emak, tapi kamu kuat. Itu, aku udah belikan bubur buat ngangetin badanmu!" tunjuk Nara pada sekotak bubur. Mendengar penjelasan Nara, Ghana jadi malu. Padahal saat itu, nyawa terasa tidak berada di kejadian.
"M-maaf, aku pakai dress begitu. Juga minum alkohol," Ghana menunduk dan menyesal. Gadis lemah lembut itu memejamkan matanya perlahan, berusaha berdamai dengan kenyataan.
"Nggak usah minta maaf, kamu hebat!" Nara tersenyum tulus. Dia teguk sebotol minuman manis yang tadi di belinya. "Kamu bisa pulang kalau badanmu sudah baikan. Aku yang antar,"
Ghana menggeleng. Dia menatap Nara dan cowok itu balas menatapnya. Sedikit ada rasa ingin sesuatu dalam diri Nara. Dia penasaran dengan gadis yang masih duduk di bangku kelas dua SMA itu.
"Aku minta maaf pada diriku sendiri." Ujar Ghana pelan. Dia turun dari ranjang. "Aku mau pulang. Terima kasih," Ghana menarik tas pestanya.
"T-tapi, kamu belum melakukan pemeriksaan terakhir!" Nara menarik tangan Ghana. "Nggak, terima kasih!"
Ghana melepas paksa tangan Nara. Sayangnya, tak mudah. Nara kuat sekali mencekalnya sekaligus lembut."Aku antar kamu. Ini sudah jam setengah satu. Aku takut kamu kenapa-napa!" kata Nara lembut. Akhirnya Ghana luluh. Ia membiarkan tangan Nara terus mencekalnya. "Tapi, kamu harus mengikuti pemeriksaan terakhir. Aku tunggu,"
◀▶
Tak akan ada yang menunggunya datang sampai malam begini. Orang-orang rumah sibuk, entah apa yang mereka bisa tidur atau tidak.
Ketika dia memencet saklar, kamarnya sudah berserakan. Kasur yang biasa ia rapikan saat pagi hari begitu kacau layaknya kapal pecah. Meja belajarnya sungguh mengenaskan pula. Entah apa yang di lakukan Beatrice pada barangnya.
Sepucuk surat berwarna putih polos. Hanya itu benda yang tergeletak rapi di atas meja belajarnya. Surat dari Beatrice.
Hello, my clumsy Gh. Kayanya aku siap ambil tubuh kamu. Oh iya, aku juga pinjam baju Ghatya. Tapi dia nggak tahu. Dia punya koleksi dress brended. Oh iya, aku ambil foto polaroid Ghatan. He's cute, dark's boy ever. I really ❤.
Ghana menutup wajahnya. Beatrice benar-benar menggilakan Ghatan. Dia tak peduli bagaimana kondisi Ghana sekarang.
Malam yang seperti biasanya, Ghana belum bisa terlelap di pukul satu. Dia meringkuk di atas kasur dengan selimut tebal menutupi tubuhnya. AC kamar semakin dingin dengan semakin malam. Dia berusaha memejamkan mata. Berdamai pada keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Like Me [#GirlSeries]
Teen Fiction[SELURUH HAK CIPTA DI LINDUNGI UNDANG-UNDANG] [ First Series of #GirlSeries] Ghana bagi Ghatan adalah bencana. Cewek berparas cantik itu mampu melakukan hal apa saja yang di kehendakinya tanpa pikir panjang lagi. Namun Ghana mengidap Dissosiative In...