Mama Dyah datang ke kehidupan Ghana dan Ghatya terlalu terburu-buru. Setelah tujuh hari meninggalnya Ibu kedua kakak beradik itu, Dartanta memperkenalkan Dyah kepada kedua putrinya sebagai istri.
Saat itu Ghatya tak peduli. Dia lebih sering berada di luar rumah dan hampir tak pernah pulang.
Sedangkan Ghana yang menderita saat di rumah. Umurnya saat itu masih bisa di katakan belia. Dia mendapat tekanan dari kebusukan Dyah yang ternyata ingin menguasai harta papanya dan menghabiskannya dengan berfoya-foya.
Ghana jadi ketakutan dan hanya bisa mengenang bahwa di sampingnya berdiri Lia, ibunya. Ibunya yang selalu melindunginya. Menyukai apa yang anaknya suka dan lebih mengapresiasi dari pada marah-marah saat nilai ulangannya jelek.
Pernah suatu hari, ibunya berbelanja dengan tetangga-tetangga lain saat pedagang sayur lewat di kompleks rumah mereka.
Seorang ibu-ibu parubaya mengajak tetangga-tetangganya untuk bergosip. "Hei, tahukan. Bu Eva yang suaminya itu katanya koruptor?" ibu parubaya itu berkata membuka obrolan. Sedangkan ibu-ibu lainnya yang mendengarkan hanya mengangguk.
"Ternyata dia sekompleks loh sama kita. Rumahnya yang pagar oranye itu!" tunjuk si ibu berambut keriting pada sebuah rumah, menambahkan.
"Wah parah nih. Koruptor. Anaknya ganteng. Biasa main sama anak aye," kata ibu-ibu yang satunya lagi. Ibu yang ini rambutnya di gelung keatas.
"Shut! Shut! Orangnya datang!"
Seorang wanita yang masih tampak muda berjalan ke arah mereka. "Wah, silahkan bu!" abang pedagang sayur itu mempersilahkan dengan ramah.
Ghana kecil memperhatikan arah pandang ibunya. Wanita itu menggenggam tangan anak laki-lakinya dengan wajah menunduk.
"Ho'o, dia masa nggak malu sih berani nunjukin wajah padahal suaminya udah ngambil uang negara," ibu gendut itu lagi berkata tidak tahu situasi.
Wanita itu semakin dekat. Hingga akhirnya memilih sayur-sayuran seperti ibu-ibu lainnya.
"Bang, awas ye. Jangan lo terima tuh, uang haram. Tu tuh, bininye koruptor!" ujar ibu-ibu yang rambutnya di gelung itu setelah memberikan uang pas pada abang penjual sayur dan berjalan menjauh.
Sedangkan ibu gendut masih saja menatap nyalang pada wanita muda itu. Anak laki-lakinya tampak suka memainkan kentang di atas gerobak.
"Mbak. Nggak ada niatan pindah? Bisa malu-maluin kompleks kita loh!" ibu gendut itu berbisik, namun masih terdengar oleh Lia.
"Bang. Saya nge-bon dulu. Besok dah tak bayar!" Bu gendut itu segera pergi. "Enak aje!" abang sayur marah mendengarnya.
Lia sudah tak tahan. Dia tidak bisa melihat orang yang di sampingnya ini bersedih. Di raihnya kentang yang anak laki-laki itu pegang dan di lemparkannya pada target yang akan menghilang duluan batang hidungnya.
Plak!
Kentang itu mengenai ibu yang rambutnya di gelung.
"Nice shoot bu!" Ghana kecil mendukung ibunya.
Tak sangka-sangka, lagi-lagi Lia mengambil sawi putih dan ia lemparkan pada ibu gendut yang tidak jauh dari posisi Lia.
Plak!
"Double kill! Yuhuu~" Ghana bertepuk tangan.
"Berani-beraninya kamu!?" ibu gendut itu membalikkan badan setelah mengambil sawi putih yang mendarat tepat di kepalanya.
"HEH! PANTAT PANCI. LO KALAU MASIH MAU NGE-BON JANGAN NGE-GOSIPIN ORANG. BISA KAGAK!?" bentak Lia keras. Ghana menarik ujung baju mamanya ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Like Me [#GirlSeries]
Fiksi Remaja[SELURUH HAK CIPTA DI LINDUNGI UNDANG-UNDANG] [ First Series of #GirlSeries] Ghana bagi Ghatan adalah bencana. Cewek berparas cantik itu mampu melakukan hal apa saja yang di kehendakinya tanpa pikir panjang lagi. Namun Ghana mengidap Dissosiative In...