Hari Ke-2

2 0 0
                                    

Malam itu tidak ada satupun murid yang tidur nyenyak. Semua diambang ketakutan dan kecemasan. Ada yang bilang pembunuhnya masih berkeliaran di gedung sekolah, tapi banyak juga yang mengatakan pembunuh Tuan Alvonso sudah pergi sesaat setelah melancarkan serangan.

Setelah kasus itu, muncul teori-teori konspirasi dari siswa yang tidak berdasar. Bahwa yang membunuh Tuan Alvonso adalah 3 profesor wali yang hilang itu. Lalu, sebenarnya supervisor dan penjaga sekolah adalah dalang dibalik ini semua. Ada juga yang bilang, Tuan Alvonso sudah diracun sebelum upcara lalu di tembak diatas panggung. Memicu teori baru bahwa ada dua pemberontak yang berbeda kubu berkeliaran di sekolah ini.

Supervisor dan petugas keamanan sekolah yang berjaga saat upacara berlangsung jumlahnya 12 orang. Keseluruhan anggotanya adalah 52 hanya saja yang berjaga di sekitar aula, hanya sedikit diantaranya karena yang lain ditempatkan di area-area lainnya.

Supervisor sebenarnya tidak bisa diandalkan. Mereka hanyalah wanita-wanita tua yang tinggal di bangunan asrama untuk merapikan kamar, menyiapkan sarapan, makan siang serta makan malam siswa dan menjaga kebersihan sekolah. Adapun tugas lainnya seperti memperingatkan siswa yang tidur larut, hendak keluar dari sekolah tanpa izin, merusak properti sekolah dan melanggar norma-norma etika sekolah lainnya. Itulah tugas supervisor.

Besok pihak kepolisian akan datang ke sekolah, pengumumannya diberitahu oleh kakak kelasku. Kelas di hari pertama semuanya dibatalkan. Besok siswa akan menerima panduan lanjutan dari pihak berwenang. Siswa tidak dipulangkan karena tanda bahaya tidak menyentuh garis merah. Kemungkinan jadwal berjalan seperti biasa, kemungkinan juga tidak. Semua akan diberitahukan besok.

Tentang 3 profesor wali yang menghilang. Kasusnya sudah diberikan pada kepolisian jadi sudah menjadi tugas mereka untuk melakukan pencarian. Siang tadi beberapa siswa yang dinyatakan sebagai saksi memberi pernyataan terkait ketiganya. Tapi dari kesaksian mereka semuanya berbeda-beda dan tidak bersangkutan. Hal ini menimbulkan kecurigaan kalau profesor wali yang menghilang menyusupkan doppelganger atau peniru kedalam sekolah. Namun status dari 3 orang yang menghilang belum bisa dipastikan. Apakah mereka berada di pihak musuh atau justru korban. Yang jelas menghilangnya mereka sangat mencurigakan.

Aku tidur di ranjang atas, di ranjang bawah diisi oleh Aron. Ito dan Neville sudah mendengkur. Paul sedang membaca buku komik. Ia gelisah sampai tidak bisa tidur.

"Teman-teman," gumam Paul. "Katakan padaku besok akan baik-baik saja."

"Kau tahu kami tidak bis—" Paul memotong kalimat Aron dengan, "Katakan saja! Kumohon! Aku perlu seseorang untuk mengatakannya!"

"Besok akan baik-baik saja. Kau tidak perlu takut, Paul," ucapku lembut.

"Terima kasih, Leo. Kuharap semuanya tidak ada yang berubah untuk satu tahun ini."

Aku juga berharap begitu. Tidak ada yang berubah. Rasanya sulit membayangkannya karena sosok yang sangat penting disini nyatanya sudah tiada. Pasti akan ada hal yang berubah. Entah dari yang mana, namun bisa dipastikan situasi tidak akan serupa.

30 menit aku membuka mata. Sudah pukul 11 malam dan aku masih belum mengantuk. Tubuhku lemas dan lelah tapi mataku terjaga seratus persen.

"Aron."

Aron tidak menjawab. Dia sudah tidur.

"Kenapa kawanku?" sahut Aron. Suara beratnya terdengar kecil di kamar ini. Aku pun turun ke ranjang bawah untuk bicara dengannya.

"Sebenarnya, ada surat datang kepadaku satu hari sebelum masuk sekolah. Kupikir kau yang mengantarkannya tapi sepertinya kau tidak tahu."

Aron menggeleng. Dia tidak tahu apapun.

l'avenirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang