بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
***
Setiap orang yang aku temui menanyakan kapan nikah? Sesekali jangan bertanya, tapi bawakan calonnya.
~THR~
Karya Rani Septiani***
Jangan lupa untuk membaca Surah Al-Kahfi dan perbanyak membaca shalawat yaa.
***
Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar bulan Ramadhan? Rindu, juga bahagia tentunya. Bersuka cita menyambut bulan mulia. Bulan dimana Al-Qur'an diturunkan. Semangat yang begitu membara ingin bisa khatam Al-Qur'an beberapa kali. Semangat ingin selalu shalat tepat waktu, berharap setelah Ramadhan selesai bisa istiqomah shalat tepat waktu. Mengikuti kajian ke sana kemari agar menambah ilmu yang dimiliki. Dan mencari pahala sebanyak mungkin. Karena dibulan yang sangat mulai ini, segala amal kebaikan dilipat gandakan.
Tak lupa segala hidangan dipersiapkan untuk sahur pada hari pertama. Dimulai dari olahan daging ayam, sapi, ikan, dan sayuran. Tapi, bukankah ini tampak berlebihan? Maksudku, jika anggota keluarga hanya beberapa orang lalu masak begitu banyak hidangan dan berakhir tak termakan. Bukankah, ini akan menjadi mubazir?
Tak ada yang salah dengan memasak banyak, lalu dibagikan ke sanak saudara atau tetangga terdekat. Makanan tidak menjadi mubazir, tetangga tidak hanya mencium harum masakan kita saja. Tapi bisa ikut mencicipi. Membuat hati mereka bahagia. Bukankah akan mendapatkan pahala? Mendapat pahala karena sudah berbagi rezeki, menyenangkan hati tetangga juga. Jangan hitung-hitungan soal pahala, karena ini yang mengaturnya adalah Allah SWT. Tugas kita adalah berbuat segala amal kebaikan yang kita bisa.
"Hai?"
Suara seseorang membuyarkan lamunanku tentang bulan Ramadhan. Suara yang tidak asing karena dalam 1 tahun terakhir ini aku dan dirinya bagaikan bantal dan guling. Selalu satu paket dan tidak terpisahkan. Pasti kalian berpikiran kami sepasang suami istri? Ayo ngaku.
Hai itu bukan sapaan yang temannya hello. Tapi nama depanku. Haida. Ya, dia senang sekali memanggil dengan sebutan Hai. Sudah sering aku tanyakan apa alasannya. Tapi jawabannya selalu tidak memuaskan.
"Iyaa Pi?"
Jangan bilang kalian berpikiran ini panggilan Papi? Bukan. Yang pertama dia bukan suamiku karena kami adalah sesama perempuan. Yang kedua Pi itu adalah namanya, yaitu
Rafiatul Fitri Zaina. Sebenarnya Pi itu diambil dari kata Rafiatul, iya memang sebenarnya Fi. Tetapi aku lebih suka memanggilnya Pi."Kapan nikah?" tanyanya membuat aku menoleh dan memberi tatapan malas. Untuk yang keseribu kalinya ia menanyakan hal ini. Kalian jangan mengira aku menghitung, itu hanya feeling ku aja.
"Em ... nikahnya nggak tahu kapan. Tunangannya hari raya biar dapet THR dobel. Tunjangan hari raya sama tunangan hari raya," jawabku mantap, setelah mengatakan itu aku mengangguk-anggukkan kepala.
Ia yang sedang mengeprint akhirnya menghentikan aktivitasnya dan berjalan ke arahku, "Seriusan? Kok lo nggak bilang-bilang ke gue? Emang siapa calonnya?"
Aku melipat kedua tangan di atas meja, persis seperti anak SD yang sedang memperhatikan gurunya mengajar, "Belum kenalan."
"Hah? Belum kenalan kok udah mau tunangan aja?" tanyanya bingung.
"Soalnya belum pernah ketemu," jawabku lagi dan kini aku bertopang dagu memperhatikan ekspresinya.
"Belum pernah ketemu?" Ia membeo, lalu tampak kerutan di dahi. Menandakan ia sedang berpikir keras, "Dijodohin? Terus nggak pake acara ketemu segala. Langsung nanti ketemunya pas tunangan. Begitu maksud lo? Nggak usah ngada-ngada deh lo. Itu adanya di novel-novel yang sering gue baca doang. Lo mau memecahkan rekor dengan mengikuti novel-novel ya?" Cerocosnya panjang lebar. Aku sampai tak tahu, mana yang pertanyaan dan pernyataan.
Aku menggelengkan kepala membuat ia semakin bingung.
"Soalnya gue belum tahu siapa jodoh gue," jawabku pada akhirnya.
"Astaghfirullah! Lo bilang yakin banget udah mau tunangan. Eh kagak tahunya belum tahu siapa jodohnya. Emang lu mau tunangan sama siapa?"
"Sama lo," Aku tertawa setelah mengatakan itu.
"Idih. Ogah!"
Aku tertawa, siapa juga yang mau menikah dengannya. Lagian di dunia ini masih banyak laki-laki. Dan aku masih normal, suka kepada lelaki. Hanya saja, sang pangeran impian belum datang menjemput.
***
Assalamualaikum. Bertemu lagi dengan Raniii di cerita THR. 😆😂
Ada yang kangen nggak? Hehe. Bercanda. 😂Gimana part 1 ini menurut teman-teman?
Kalau kalian suka dengan cerita ini, jangan lupa tinggalkan komentar dan vote yaa. Terima kasih. 😊🙏
Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share something from this story.
Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
THR [TAMAT] | TERBIT
Spiritual[Spiritual - Romance - Humor] Sudah diunpublish dari part 6 - epilog, jika penasaran dengan kelnjutannya jangan lupa untuk memiliki novelnya yaa ❤ THR adalah kepanjangan dari Tunjangan Hari Raya. Namun, akankah arti dari THR itu tetap menjadi Tunjan...