2. Hari Pertama Puasa

437 74 6
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Rebahan boleh. Asal jangan kebablasan. Rebahan secukupnya aja. Jangan kebanyakan rebahan, mending bawa perubahan ke arah lebih baik semaksimal yang kita bisa.

THR
Rani Septiani

***

Jangan lupa untuk membaca surah Al-Kahfi dan perbanyak membaca shalawat yaa.

***

Aku duduk-duduk santai sembari bersender pada sofa berwarna maroon ini. Bingung mau mengerjakan apa, biasanya jam segini aku sudah berada di tempat foto copy di jalan jenderal gatot subroto. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit perjalanan dari sini jika menggunakan angutan umum.

Drrttt drrrtt

"Hallo. Assalamualaikum dengan Ai disini. Dengan siapa saya berbicara?" tanya Ai. Kini posisinya sudah rebahan.

"Waalaikumussalam. Gabut banget lo! Ini gue Pi. Btw gue juga lagi gabut. Hahaha. Kalo kerja aja gue pengennya libur. Giliran udah libur, gue jadi kangen kerja," ungkap Pi membuat aku mencibirnya.

"Kayak ABG labil aja lo. Lo kangen kerja atau kangen gue? Pasti jawabannya delapan puluh persen kangen gue," tebakku sembari cengengesan.

"Iyaa sih kangen sama lo. Kangen ngerumpi." Terdengar gelak tawa Pi.

Aku menggelengkan kepala, "Kurang-kurangin ngegosip lo. Puasa ni. Rugi ntar," nasihatku padanya.

"Bilangin dong sama Om jangan lama-lama liburnya. Kalo bisa besok kita masuk kerja aja."

"Iyaa nanti gue bilangin sama Papa. Semangat bener."

"Semangat dong. Mau dapet THR!" ucap Pi membuatku menjauhkan gawai dari telinga kanan.

"Semangat sih semangat. Kagak usah teriak-teriak juga ngapa. Ngegas bener. Giliran THR aja semangat."

"Iya dong. Harus! Gue dapet THR. Nah lo juga dapat THR kan. Tapi THR lo mending buat gue. Biar lo dapet jenis THR yang lain. Gue dapat tunjangan hari raya. Lo dapet tunangan hari raya," cerocos Pi membuat aku mendengus.

"Mauan lo itu mah. Nih ya gue bilangin. Usia gue sekarang baru dua puluh satu tahun. Lo kan tau target nikah gue umur dua puluh lima tahun. Masih ada empat tahun lagi. Semoga aja umur gue panjang. Lo tahu kan masih ada mimpi gue yang belum terwujud." Aku menerawang mengingat mimpiku yang belum terjuwud. Belum, bukan tidak. Karena aku yakin mimpiku akan terwujud.

"Itu kan rencana lo. Yang menentukan kan Yang Maha Kuasa. Lagian lo itu dari kalangan yang bisa dibilang hidup berkecukupan. Ya walaupun gaya lo itu selalu kelihatan sederhana. Kenapa lo nggak bilang aja ke orang tua lo? Pasti mereka bakalan wujudin apa yang lo mau." Aku menebak pasti sekarang dahi Pi sedang berkerut efek  bingung. Ternyata aku sudah sehafal ini dengannya. Dulu aku dan Pi tidak saling mengenal. Hingga satu tahun yang lalu dia duduk frustasi di depan foto copy membuat hatiku tergerak untuk menghampirinya.

"Harta yang ada pada keluarga gue bukan mutlak punya keluarga gue. Ini kan cuma titipan dari Allah. Dan masih ada hak orang lain dari harta yang kita milikin. Itu kenapa gue nggak pernah mau nunjukkin ke orang-orang. Namanya gue juga manusia, gue cuma takut ntar perasaan sombong itu muncul. Lebih baik gue mengantisipasi." Aku terkekeh dengan ucapanku sendiri.

"Dari gue berada di dalam kandungan Mama yang ngebiayain semua keperluan gue kan orang tua. Masa iya gue udah segede gini masih mau minta dari orang tua. Yang ada harusnya sekarang gue yang ngasih ke mereka. Ya walaupun mereka nggak minta. Itu kenapa gue kalau pengen sesuatu berusaha dulu sendiri."

"Salut gue sama lo. Dari sekian banyak orang berada yang gue kenal. Baru kali ini nemu yang kayak lo. Panutan gue emang."

"Janganlah. Jangan jadikan gue panutan. Masih banyak kurangnya kalau gue. Mending kalau lo mau jadikan panutan itu adalah Nabi Muhammad. MasyaAllah. Itu baru bener. Karena Rasulullah memiliki akhlak yang begitu mulia dan segala tindakan beliau bisa kita jadikan teladan. Kalau dari gue sih kalau ada yang baik bisa lo turutin. Tapi kalau yang jelek-jeleknya jangan." Aku berkata sembari mengingat pelajaran agama islam pada masa sekolah dulu tentang akhlak Rasulullah yang begitu mulia.

"Iya iya Hai. Ya kali yang jelek dari lo, gue ikutin juga. Hehehe. Ya udah gue mau ngajarin adek gue belajar dulu. Jangan kangen gue ya Haii. Assalamualaikum."

"Lo kali yang kangen gue. Waalaikumussalam."

Panggilan berakhir. Aku menatap layar ponsel yang masih menyala. Ternyata selama ini ada yang menjadikan diriku sebagai panutan? Manusia yang masih berlumur dosa sepertiku ada yang menjadikan panutan. Ya Allah. Betapa banyak dosa hamba. Namun dengan kasih sayang-Mu, Engkau menutup segala aib yang hamba miliki.

"Rebahan mulu. Mau jadi apa jika semua anak muda lebih suka rebahan daripada bawa perubahan? Mending bantuin gue," ucap seseorang membuat aku menoleh malas.

"Rebahanlah sebelum rebahan itu dilarang hehe. Lagian juga ini gue baru rebahan. Kalau kerjaan gue tiap hari rebahan baru deh lo boleh ngomong gitu. Lagian cuci mobil itu tugas lo. Sekalian olahraga. Mana yang katanya tiap minggu ngegym. Tunjukin kekuatan lo Bang Is," cibirku sembari menjulurkan lidah. Dia adalah Alamgir Abrisam Arief, satu-satunya kakak laki-lakiku. Jika papa tahu kalau aku masih memanggil Bang Abrisam menggunakan panggilan Bang Is pasti papa akan menasihatiku panjang lebar dengan mengatakan, "Sudah bagus-bagus diberi nama. Di dalam nama juga ada terdapat arti yang indah. Sekarang kamu ganti jadi Is. Kamu itu ada-ada saja Ai. Papa jadi teringat pelajaran bahasa inggris." Aku terkekeh mengingat nasihat papa.

Usia aku dan Bang Is hanya berbeda dua tahun. Dan kerjaan kami adalah ribut, berdebat, berebut. Keren nggak?

***

Part 1 meluncur. Bagaimana menurut SHR (panggilan spesial untuk yang membaca karya saya) ?

Ada yang kangen THR atau kangen Rani? 😆

Hari ini pengumuman SBMPTN ya? Pasti kalian deg-degan ya? Kalian hebat karena sudah berjuang semaksimal mungkin, dan terus berdo'a yaa, dan sekarang tawakal. Percayalah apapun hasilnya nanti itu adalah yang terbaik untuk kalian. Kenapa? Pasti kalian selalu berdo'a meminta yang terbaik. Dan hasil yang kalian dapat itu adalah yang terbaik dari Allah.
Untuk yang lolos SBMPTN, saya ucapkan selamat dan semangat berjuang di bangku perkuliahan.
Dan untuk yang belum lolos, kalian harus tetap semangat. Karena perjalanan kalian masih panjang, ayo berjuang lagi dan lagi. Setiap hal yang terjadi di hidup ini memiliki hikmah. Jadi, mari kita coba ambip hikmahnya. Jalan sukses seseorang pun berbeda-beda. Yang terpenting, kita tetap berada di jalan yang diridhoi-Nya. Hamasah. 💙

Udah mampir belum di cerita baru saya yang berjudul Diary Sang Bidadari? 😍

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share something from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama. Jangan lupa shalat tepat waktu yaa.

THR [TAMAT] | TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang