Prolog

12 2 0
                                    

"Sunny, kita tidak memiliki alat untuk prakaryanya!" Ujar seorang remaja dengan nada suaranya yang panik. SMA elite Pumjil mengadakan kegiatan karya wisata di daerah pedesaan yang masih terpencil, namun jika ditelusuri daerah itu memiliki destinasi alam yang indah. Sekelompok siswa merasa panik karena mereka tidak memiliki alat untuk menyelesaikan prakarya mereka yang berhubungan dengan karya wisata tersebut.

Sunny, gadis yang dipanggil oleh teman sekelompoknya pun menghampiri mereka, "alat apa yang tidak ada, Hani?" Tanya gadis dengan rambut yang diikat sebagian, menyisakan beberapa rambut yang menjuntai di bahunya.

"Lem, kertas hias dan tinta spidol" jelas Hani yang merupakan sahabat Sunny. Sunny tampak berpikir, memikirkan bagaimana mereka bisa mendapatkan alat dan bahan tersebut. Saat ini mereka tengah bersiap untuk pulang ke kota. Barang-barang sudah dimasukkan ke dalam bus dan sedang mempersiapkan untuk perjalanan. Tidak banyak waktu yang mereka miliki. Sunny berjalan menuju pinggir jalan dari lobi hotel. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, sekiranya mungkin dia bisa menemukan sebuah toko di sekitar penginapan tersebut.

Sunny bisa melihat sebuah minimarket di ujung jalan, cukup jauh tapi masih bisa dicapai dengan jalan kaki. Mungkin dia bisa mendatangi minimarket tersebut. Barangkali alat dan bahan yang mereka butuh dijual di sana. Sunny melangkah kembali ke teman-temannya yang berada di lobi. "Aku melihat minimarket di ujung jalan, haruskah aku ke sana?" Jelas Sunny memberikan saran sekaligus solusi untuk mereka.

Hani tampak sedikit khawatir, "Kau yakin? Kita tidak memiliki banyak waktu, dalam sepuluh menit kita akan berangkat" paparnya. Gadis berambut sebahu itu pun merasa khawatir karena sifat pelupa Sunny. Sunny tersenyum ceria, "tenang saja! Aku pasti akan segera kembali dengan cepat!" Serunya menepuk bahu Hani. Akhirnya Hani hanya bisa membiarkan gadis itu berlari ke luar penginapan.

Sunny pun berlari kecil melewati halte dan sawah menuju minimarket tersebut. Matanya sesekali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sedikit terengah saat sampai di depan bangunan toko kecil tersebut sebelum melangkah memasuki minimarket. Saat berada di dalam, tidak ada pembeli lain. Hanya dirinya dan si penjaga toko. Sunny segera melihat satu persatu rak yang ada di sana. Mencari bahan-bahan yang dibutuhkan kelompoknya.

Beruntung, semua yang mereka butuhkan dijual di minimarket ini. Sunny segera mengambilnya tanpa berpikir dan berjalan menuju kasir. Meletakkan bahan-bahan tersebut dan menunggu total harganya. Si penjaga toko hanya menghitung barang-barang tersebut tanpa berbicara dan setelah semuanya ditotal, dia segera memasukkan barang tersebut ke dalam plastik.

"lima ribu won" ucap si penjaga singkat. Sunny segera mengambil uang dari saku jaketnya dan memberikan uang sejumlah lima ribu won kepada kasir. Sunny pun mengambil belanjaannya dan berjalan keluar. Saat ia akan kembali ke penginapan, dia melihat seorang gadis kecil dengan pakaian lusuhnya duduk di depan minimarket sembari menatap isi toko tersebut. Sunny berpikir, apakah anak itu kelaparan?

Dilihat dari penampilan lusuh tanpa alas kakinya, membuat Sunny merasa simpati. Dia pun menghampiri anak kecil tersebut dan melupakan bahwa dia harus segera kembali ke penginapan. "Hei, apa yang kau lakukan?" Tanya Sunny menepuk pelan bahu anak kecil yang membelakanginya tersebut. Anak kecil itu hanya menoleh tanpa berbicara.

"Apa kau lapar?" Tanya Sunny dengan baik. Gadis itu mengangguk pelan. Sunny tersenyum tipis.

"Ikutlah, kakak belikan sesuatu yang kau inginkan" ajak Sunny untuk memasuki minimarket tersebut. Gadis kecil itu pun mengikutinya tanpa bicara. Saat mereka masuk si penjaga toko menatap mereka tajam.

"Kenapa kau membawanya masuk?" Tanya pria itu dengan tajam. Sunny mengernyitkan dahinya bingung dengan ucapan si pemilik minimarket.

"Hei kau, keluarlah!" Usir pria itu dengan dingin. Sunny menatap pria itu dengan kesal. Dia akan membelikan gadis kecil itu makanan, kenapa dia mengusirnya? Sunny membisikkan gadis kecil itu untuk mengambil makanan yang diinginkannya duluan. Sunny menatap tajam pria tersebut.

Un MeseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang