13. CLARETHA

47 10 0
                                    

    Indira sudah pergi sejak lima belas menit yang lalu, namun Claretha masih saja berada di sekitar gedung falkutasnya. Sedari tadi, ia terus-terusan mengecek layar handphone-nya berharap ada panggilan atau pesan dari salah satu kontaknya yang bernama: Kak Damar.

    "Ck, kalau gue pulang duluan takutnya dia nungguin gue lagi, tapi kok dia nggak ada kabar sih dari tadi." Claretha bermonolog sambil mondar-mandir di tempatnya.

     Akhirnya, Claretha memutuskan untuk menunggu lagi dan benar saja orang yang sedari tadi membuatnya bimbang muncul di hadapannya.

   Damar membuka kaca pelindung kepalanya lalu bertanya, "Udah lama ya?"

    "Em, lumayan, Kak," jawab Claretha sambil menerima helm yang sudah dibawa Damar.

    Sebelum menjalankan motornya, Damar sekali lagi bertanya ke adiknya itu, "Mau makan es krim dulu nggak?"

    Hal itu pun sontak membuat Claretha tertawa kecil, pasalnya kebiasaan mereka kalau sehabis bertengkar salah satu diantaranya pasti akan membelikan es krim di kedai es krim kesukaan mereka.

    "Boleh, Kak."

   
    Di perjalanan menuju kedai es krim yang dimaksud dua saudara ini, mereka sama sekali tidak membuka suara, paling-paling yang terdengar dehaman asal dari Damar yang kadang bisa saja menjadi melodi indah. Memang sepertinya, hobi memainkan musik dari Ihsan sudah mendarah daging ke anak sulungnya.

    Kurang lebih dua puluh menit setelah keluar dari daerah kampus mereka, kedua saudara itu sudah melihat palang neon yang bertuliskan "Sweet Ice" yang bertanda mereka sudah sampai di tujuan.

    Kurang lebih dua puluh menit setelah keluar dari daerah kampus mereka, kedua saudara itu sudah melihat palang neon yang bertuliskan "Sweet Ice" yang bertanda mereka sudah sampai di tujuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


    Seperti namanya, kedai ini memiliki design yang sangat manis. Kesan vintage yang dipadukan dengan warna merah jambu membuat kedai ini jarang sepi pengunjung.

    Beragam pelanggan datang ke kedai ini, diantaranya: ada yang untuk foto-foto lalu ditaruh di jejaring sosial miliknya, ada juga yang datang bersama pacarnya untuk menikmati suasana manisnya kedai ini, ada pula yang bersama teman-temannya agar mendapat potongan harga, namun, yang paling menarik perhatian Claretha dan Damar adalah mereka yang datang bersama keluarganya sambil bersenda gurau. Miris kadang.

    Damar yang melihat arah pandang adiknya tidak jauh beda dengan yang ia lihat segera mengalihkannya dengan mengajak adiknya itu ke dekat kasir untuk memesan.

    "Selamat siang, mau pesan apa, Kak?" Pekerja di sana pun menyapa ramah.

    "Choco almond-nya masih ada ngga, Mbak?" tanya Damar langsung.

    "Oh, masih ada, Kak. Mau di cone atau di cup?" Pekerja itu bertanya lagi, tidak lupa dengan senyum di wajahnya.

    "Choco almond satu di cup yang sedang aja ya, Mbak." Damar memesan pesanannya. "Kamu mau apa, Dek?" Tak lupa dengan adiknya, Damar menanyakan apa yang adiknya  inginkan.

CLARETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang