9. CLARETHA

45 12 0
                                    

   Pukul delapan lewat tiga puluh lima menit, Ivanna sampai di rumah. Dengan rambut yang dicepol di bagian bawah, tangan yang selalu membawa map biru, dan tas jinjing cokelat muda yang selaras dengan warna kulitnya menggantung di pundak mungilnya.

     Saat ia ingin memakirkan mobilnya di halaman depan rumah, ia melihat ada pengemudi ojek online di depan rumah, ternyata itu adalah ojek yang dipesan Indira. Indira menyempatkan pergi ke mobil mama temannya itu untuk pamit pulang.

     Dan ternyata saat wanita itu memasuki rumahnya ada satu lagi tamu di dalam rumahnya; Arion. Teman dari anak sulungnya itu sedang merebahkan kepalanya ke bagian sandaran sofa yang cukup empuk hingga akhirnya ia tertidur di sana.

    Sesaat setelah melihat Arion yang sedang tertidur, Ibu kedua anak tersebut memelankan langkah kakinya. Masuk ke kamar tidur yang terletak di lantai satu, meletakan map biru beserta tasnya di meja kerja yang terletak di dalam kamarnya.

    Kebiasaannya setelah pulang ke rumah adalah mengecek apakah kedua anaknya sudah makan malam atau belum, itulah mengapa Ivanna naik ke lantai atas guna menanyakan ke Damar dan Claretha.

    Kamar Damar saat itu lampunya dimatikan, terlihat jelas dari celah pintu yang tidak sepenuhnya tertutup. Tadinya, Ivanna pikir, Damar sedang tidak ada di rumah. Namun, kemudian ia mendengar suara berat khas milik Damar dari dalam kamar adiknya.

     "Sebenernya kamu anggap aku apa sih, Dek?" Suara Damar terdengar jelas dari luar pintu kamar.

     "Aku tuh apa buat kamu?" Lagi, suara Damar yang terdengar sedangkan lawan bicaranya seperti mati kutu saat ditanya, sebab tak terdengar satu patah kata pun dari Claretha.

     "Kakak ya kakak aku. Kenapa kakak tiba-tiba nanya begitu deh?" Akhirnya suara Claretha terdengar, walau tidak sejelas milik Damar.

     "Iya, aku kakak kamu, tapi rasanya aku cuman orang asing di hidup kamu. Aku Damar, Dek, bukan dia. Tolong bedain aku sama dia." Suara yang tadinya lantang bagai kayu pohon yang kokoh mulai bergetar dan serak.

     "Maaf ...." Hanya itu yang terdengar dari luar. Anak perempuannya makin memelas.

     "Sekarang kamu minta maaf untuk apa kakak tanya? I'm trying to be a good big brother for you, not just for you, but for this broken family too. Kamu pikir ...." Hanya sampai di situ Ivanna mendengar perdebatan kedua anaknya. Saat Damar, menyebut keluarganya yang hancur hanya ada senyum pahit muncul di wajahnya.

     Ivanna memilih untuk kembali ke lantai bawah, mengupas buah mangga yang ia beli kemarin masih setia dengan gerakannya yang pelan, takut-takut Arion akan terbangun karena gerakannya yang terlalu menciptakan kebisingan.

    Tak lama, terdengar suara langkah dari tangga, tanda ada seseorang yang sedang turun dari lantai atas.

    "Woi, bangun. Bukan tempat penitipan anak ini, pulang sana," Damar berucap ke Arion yang sudah tertidur pulas di sofa.

    Ivanna yang melihat itu langsung saja melarang anaknya untuk membangungkan Arion dan karena itu, Damar terkejut dengan keberadaan Ivanna di dapur.

    Satu kebohongan ia lontarkan malam itu, karena kadang, kita pengin semua baik-baik saja walaupun sebenarnya semuanya sudah kacau balau. Ivanna tidak ingin Damar bertengkar juga dengan dirinya setelah bertengkar dengan adiknya.

***


     Malam itu, Arion tertidur di rumah sahabatnya karena malam sebelumnya ia habiskan untuk begadang mengerjakan tugas yang seharusnya sudah ia kumpulkan.

CLARETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang