10. CLARETHA

50 11 2
                                    

    Semenjak pertengkaran kemarin, Damar jadi enggan untuk berbicara langsung pada Claretha, oleh sebab itu ia mencoba menelpon Arion.


    "Duh, kok nggak aktif nomornya ya?" tanya Damar pada dirinya sendiri setelah mendapati nomor yang ia tuju tidak aktif.

    "Ntar aja deh kalau gitu." Damar kembali memasukan telepon genggamnya di saku celananya.


    Toko Musik Akustik. Itulah tulisan yang terpampang di atas sebuah gedung yang sudah berumur, kelihatan sekali dari bentuk bangunan dan juga warna cat yang sudah sangat pudar.


    "Mang, ada senar Elixir?" tanya Damar yang sudah berada di dalam toko.

    "Eh, si kasep dateng lagi. Apa tadi? Elixir ya?"

    "Iya, Mang."

     "Ada nih. Mau sabaraha?" tanya Mang Aceng ke Damar yang sedang sibuk menatap ke daerah pick gitar dipajang.

     "Eh, kasep. Lihatin pick gitarnya biasa aja atuh," ucap Mang Aceng menyadarkan Damar ke alam sadarnya kembali.

     "Saya beli satu aja, Mang."

     "Nggak beli pick-nya sekalian? Kayaknya ngeliatin ke arah situ melulu," tanya Mang Aceng  ke Damar lagi.

    "Eh? Nggak dulu deh, Mang," jawab Damar langsung.

     "Oh iya, ngomong-ngomong Neng Auren mana? Udah lama nggak lihat bareng kamu." Ini bukan kali pertama Mang Aceng menanyakan dimana keberadaan Aurenㅡcewek yang selama ini selalu menemani Damar pergi ke Toko Musik Akustik. Sudah satu bulan lebih mereka tidak terlihat bersama.

    "Oh, sudah lama kita nggak kontakan, Mang."

    "Loh kenapa?"

     "Mang, senarnya berapa? Saya nggak bisa lama-lama soalnya." Damar langsung berkilah guna menutupi alasan dia dan Auren sudah jarang bertemu.

     "Eh, jadi tujuh puluh lima ribu, Dam."

     Setelah Mang Aceng memberi tahu nominal uang yang harus dibayarkan, Damar mengeluarkan dompet hitam miliknya, bisa dilihat saat ia membuka dompetnya langsung terpampang dua orang yang amat ia sayangi di dunia ini- ibunya dan adik bungsunya. Sebenarnya ada tiga, namun yang bisa dilihat Mang Aceng di sana hanya foto keluarganya.

    Damar memberikan selembar lima puluh ribu, selembar dua puluh ribu dan selembar lima ribu ke Mang Aceng dan ia keluar dengan senar gitar baru yang ia masukan di kantung jaketnya.

    Dan saat itulah, gadis dengan rambut sepanjang pinggul keluar dari tempat persembunyiannya. Rambut pirang yang awalnya berwarna cokelat itu menyapu udara saat ia berjalan, setelannya saat itu sangat casual mengingat hari itu ia harus menghadiri latihan menyanyi bersama kawannya yang lain.

     Dan saat ia mendekat ke meja kasir dimana Mang Aceng berada, semerbak bunga taman berasa ada di dalam tubuhnya. Minyak wangi khas cherry blossom yang ia gunakan berpadu dengan losion berbau bunga mawar membuat ia sangat harum dengan sentuhan yang manis.

CLARETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang