14. CLARETHA

34 10 1
                                    

    Arion benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, bagaiman mungkin perempuan yang selalu ia anggap tidak berkawan dengannya itu tiba-tiba saja mengirimi dirinya pesan.

    "Perasaan gue nggak naruh apa-apa di snack-nya, dia kesambet apaan ya?" Arion berbicara dengannya sendiri, ia berusaha menduga apa yang sebenarnya terjadi.

    Sambil rebahan di kasur miliknya, Arion berusaha membangun sebuah obrolan. Untuk orang seperti Arion, membangun sebuah obrolan bukanlah hal yang terlalu sulit, dirinya bisa dibilang sangat akrab dengan orang-orang baru. Namun, untuk kasus Claretha sepertinya Arion harus memutar otak satu kali lagi sebelum benar-benar mengirimi pesan balik untuk adik sahabat karibnya itu.

claretha

Udah ya

21.13

Nggak salah nih?

21.15

Apanya?

21.20

Gue kira nggak bakal dijawab,
malah mungkin bakalan lo block

21.21

Udah gue buka barusan

21.22

Wait, jadi lo beneran ngeblok gue?
Wow

21.22

Iya, habis aneh lo. Dapet
darimana coba line gue?

21.26

Rahasia dong, tapi yang jelas gue
pakai usaha ya buat nyari kontak lo

21.28


    "Yah, udah nih?" tanya Arion pada dirinya sendiri. Ia terlihat bingung melihat Claretha yang tiba-tiba tidak membalas pesannya. Entah perasaan dari mana, tapi ada sedikit rasa kecewa dirasakan oleh Arion. Sepertinya, ia lupa tujuan awal ia mendekati Claretha.


***


    Pagi kembali menyambut si putri tidur yang masih dengan nyenyaknya tertidur di kasur empuk miliknya. Mentari sudah sedari tadi menyapa dunia, tapi tetap saja dunia mimpi lebih dipilih Claretha.


    "Damar, mama berangkat dulu ya! Bangunin adikmu jangan lupa!" Teriakan halus itu mulai mengusik alam mimpi Claretha.


    Setelahnya yang terdengar adalah langkah kaki yang mulai menaiki tanggaㅡtanda ada seseorang yang sedang menuju ke lantai atas.


    Damar membuka kamar pintu adiknya dengan kencang. "Halo tuan putri, udah siang ini woi! Cepetan bangun!" Si sulung masih berada di luar kamar Claretha.


    Claretha yang sedang dibangunkan itu pun menjawab dengan cara mengangkat tangan kanannya ke Damar, ia menandakan angka lima dengan kelima jarinya.

CLARETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang