quinze

2K 257 24
                                    









'attendez, inquiétez-vous et doutez'










🎃

Hari ini Taeyong memilih kerja shift pagi agar dirinya siang nanti bisa langsung mengunjungi Ten yang masih di rawat di rumah sakit. Ketika Taeyong menutup pintunya, Taeyong mendapati tetangga barunya baru saja keluar dari apartemennya. Melihat hal itu, Taeyong langsung menghampirinya.

"Pagi!" Doyoung menghentikan langkahnya ketika menyadari ada seseorang yang menyapanya.

"Taehyun?" Rupanya Doyoung sudah mengenali suara itu.

"Kau akan pergi ke mana?" Taeyong semakin mendekatkan dirinya ketika menyadari Doyoung keluar tanpa tongkat alat bantunya.

"Aku hanya akan duduk sebentar di luar, Jaehyun akan memarahiku jika dia tahu aku terlalu lama di luar"

"Jaehyun?" Tanya Taehyun yang masih merasa asing dengan nama itu.

"Ya, dia suamiku"

"Ohh" Taeyong mengangguk paham jika ternyata lawan bicaranya ini sudah menikah.

"Boleh aku membantumu?" Taeyong menuntun pelan dan membawa Doyoung berjalan ke arah yang sama dengannya.

"Hey! Apa yang kau lakukan!?" Tiba tiba seseorang berteriak dan menghampiri mereka berdua yang tuntas Taeyong menoleh pada sumber suara. Tanpa sepatah kata orang itu langsung menepis jauh tangan Taeyong yang sebelumnya menuntun Doyoung.

"Kau!?" Teriak orang itu lagi lagi. Taeyong mulai tampak emosi di buatnya.

"Jae?" Taeyong menoleh pada Doyoung, dan kembali menoleh pada pria asing di depannya.

"Jadi kau?" Tanya Taeyong yang perlahan mencoba untuk tidak terpancing emosi ketika Doyoung menyebut nama pria itu.

"Apa yang akan kamu lakukan!? Jangan sentuh dia!" Jaehyun beralih dan menarik Doyoung menjauhi Taeyong

"Jae, lepaskan! Sakit!" Doyoung merasakan cengkraman tangan Jaehyun terlalu keras pada lengannya.

"Oh, maaf! Apa kau tidak papa?" Jaehyun mulai kembali mengalihkan atensinya pada seluruh tubuh Doyoung. Doyoung menggeleng pelan.

"Namanya Taehyun, dia bukan orang jahat Jae" jelas Doyoung ketika mendapati Jaehyun yang sudah mulai khawatir. Jaehyun menoleh pada orang asing di hadapannya. Aneh, rasanya Jaehyun benar benar pernah melihat orang ini.

"Maaf" singkat Jaehyun, dan mendapati tatapan tidak nyaman dari Taeyong.

"Sudahlah, aku harus pergi bekerja" belum sempat Taeyong melangkah, ponsel pada saku Taeyong berbunyi dan terpaksa dirinya harus mengangkat telpon pada waktu itu sebelum dirinya benar benar sibuk bekerja. Di waktu yang bersamaan, ponsel milik Jaehyun bergetar, Jaehyun melihat ada satu notifikasi pesan di layar ponselnya.

"Ya? Apa!?" Taeyong mulai tampak panik sedangkan Jaehyun terlihat begitu terkejut mendapatkan pesan yang baru saja dia baca.

"Doyoungie hyung, aku harus pergi sekarang!" Sementara Taeyong yang langsung berlari pergi setelah menutup telponnya, Jaehyun membawa Doyoung memasuki apartemennya.

"Hyung, tunggu sebentar.. aku akan kembali secepatnya"

Doyoung mematung khawatir ketika Jaehyun kembali pergi meninggalkannya sendirian.

"Cepatlah kembali" pintu apartemen tertutup dengan rapat sehingga kembali menimbulkan kesunyian di dalamnya.

🎃

Jaehyun menggayuh sepedanya dengan cepat, senyuman mengembang di wajahnya. Harapan yang selama ini dia tunggu sepertinya sudah tidak membutuhkan waktu lama lagi. Jaehyun kembali mengingat pesan yang dia terima dari dokter John yang sudah sejak lama ini dia tunggu.

'Pasien hari ini kritis'

Jaehyun tersenyum ketika mengingat pesan itu. Mungkin ini memang jahat karena Jaehyun mengharapkan kematian seseorang. Tapi kembali lagi pada takdir, setiap manusia pasti akan mati bukan?

"TIIIINNN!!!!!"

Jaehyun menoleh pada sumber suara

"BRAAAAK!!!!"

Sebuah hantaman terdengar begitu keras. Sebuah truk dengan rem blong melaju dan menabrak sesuatu sehingga membuat jalanan macet saat itu.

Taeyong yang terduduk cemas di dalam taksi melihat geram keributan yang membuat macet jalan raya. Taeyong harus secepatnya ada di rumah sakit saat ini.

"Sial!" Gerutunya. Sebuah truk besar terlihat sudah hancur dan tampang menghalangi alurnya jalan taxi yang ditumpangi Taeyong, dua buah ambulance datang pada saat itu.
Melihat nama rumah sakit yang tertera pada ambulance itu seketika sebuah ide terbesit di pikiran Taeyong.

"Saya turun di sini pak!" Taeyong keluar dari taxi dan berlari menuju arah ambulance. Dia berinisiatif untuk berpura pura mengenal salah satu korban kecelakaan agar dirinya dapat ikut ke rumah sakit memakai ambulance itu dan bisa sampai lebih cepat ketempat tujuan. Taeyong pintar bukan? :")

Taeyong menghampiri salah satu korban kecelakaan yang sedang di tangani di tempat kejadian. Betapa kagetnya Taeyong ketika melihat salah satu korban itu. Taeyong menutup mulutnya tidak percaya. Tetapi seketika dia sadar apa yang harus dia lakukan sekarang.

"A-aku, aku mengenalnya!" Serunya dengan suara bergetar. Lalu Taeyong mengikuti kerumunan orang yang membawa pasien itu dan ikut menaiki ambulance yang sama.

🎃

Doyoung terduduk melamun di pinggir ranjangnya. Pikiran pikirannya mulai memikirkan hal yang tidak tidak.

'Jaehyun pergi kemana? Kenapa begitu lama?'

Akhir akhir ini Doyoung sering berpikir hal yang tidak masuk akal. Doyoung takut, takut jika Jaehyun meninggalkannya. Doyoung tidak pernah tahu apa yang sebenarnya Jaehyun lakukan diluar sana. Dirinya hanya bisa menunggu cemas kehadiran Jaehyun yang terkadang pulang larut. Kekhawatiran kerap kali muncul di benaknya. Apakah Jaehyun benar benar tulus mencintainya? Atau karena harta yang di milikinya? Tidak jarang Doyoung membayangkan jika Jaehyun akan bermain wanita di belakangnya. Tentu saja itu hal yang wajar jika Doyoung mencemaskan hal tersebut bukan? Dengan kondisi Doyoung yang tidak dapat melihat bukankah itu lebih mudah bagi Jaehyun untuk bermain dibelakangnya? Doyoung menggelengkan kepalangnya menepis kemungkinan kemungkinan buruk yang selama ini menghantuinya. Tidak, Jaehyun tidak mungkin seperti itu.

Doyoung menghela nafasnya, lalu menyenderkan punggungnya pada ujung ranjang. Ya, yang dia lakukan hanya bisa menunggu.

🎃

à suivre

Aveugle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang