Xaverius

2 0 0
                                    


20.33 (15 menit setelah operasi tim forensik dimulai)

Ester membawa Xaverius ke tempat yang ia gunakan untuk menginterogasi Ruben.

"Bu, bukan saya pelakunya," kata Xaverius.

"Saya juga berharap begitu, mas. Tapi, satu-satunya cara untuk membantu mas Xaverius keluar dari kecurigaan saya adalah dengan menjawab setiap pertanyaan saya dengan jujur."

"Siap,"

"Anda tidak berada di warung ini saat korban mulai menunjukkan gejala keracunan, betul?"

"Betul," jawab Xaverius mantap.

"Di mana anda saat itu?"

"Saya baru datang dari Department Store. Saya dengan Diana bekerja di situ. Kami agak terlambat karena Diana sedang..." Xaverius menarik bagian dada dari bajunya untuk mengelap mulutnya. Ia menghembuskan napas panjang.

"Sedang apa, mas?"

"Datang bulan."

"Oh."

"Pas saya coba ketuk pintu kamar mandi di tempat kerja, saya dibentak sama dia. Cewek kalau lagi datang bulan memang ngeri,"

"Lalu, apa mas Xaverius bertemu korban di tempat lain sebelum di warung ini?" tanya Ester.

"Ya. Tadi pagi saya, Ruben dan Dion pergi ke gym. Kemudian saya bertemu Dion dan Sandra di tempat kerja saya."

"Apa ada yang aneh dengan mereka berdua saat itu?"

Xaverius menunduk.

"Mereka..mereka sedang bertengkar."

"Apa mereka memang sering begitu?"

Xaverius kembali mengelap mulutnya dengan baju. "Dion itu teman yang baik. Dia sahabat saya dari kecil. Kami bertemu di Flores. Keluarganya pindah ke sana dari Surabaya. Kami jadi sangat dekat. Kemudian, kami sama-sama kuliah di Surabaya. Saat itu dia bertemu Ruben, si anak orang kaya. Dan saya merasa Dion jadi makin menjauh dari saya. Lalu, Dion mulai berpacaran dengan Sandra. Mulai saat itu saya tidak mengenal dia lagi. Dia sangat kasar kepada Sandra. Dion yang saya kenal tidak suka main tangan dengan perempuan." Xaverius tidak berani menatap Ester.

"Kenapa mereka suka bertengkar?"

"Saya tidak tahu pastinya. Tapi..." ia melihat ke arah warung, "Dion pernah bercerita ke saya kalau dia mencurigai Sandra selingkuh dengan Ruben."

Ester yakin kalau saja Sandra dibawa oleh Lopika tadi, dia tidak akan mengetahui hal ini.

"Saat bertemu dengan mereka di Department Store itu, apa yang anda lakukan?"

"Kami berbicara seperti biasa. Oh, iya. Saya diingatkan untuk datang ke warung kopi ini."

"Jadi, pertemuan di warung kopi ini sudah direncanakan sebelumnya?" tanya Ester.

"Kami memang ke sini setiap Kamis malam."

"Ada lagi hal yang anda lakukan bersama korban atau mbak Sandra setelah itu?"

"Tidak ada. Itu terakhir kali saya bertemu Dion," air wajah Xaverius berubah menjadi penuh amarah.

"Ok, mas Xaverius. Terima kas.."

"Bu Polwan, kalau mau ambil saran saya, curigai Pak Bayu. Dia pernah bertengkar dengan Dion di warung ini."

Pembunuhan di Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang