Diana

1 0 0
                                    


Selama beberapa menit Ester hanya menatap Diana yang terus menunduk. Sesekali air mata mengalir dari mata perempuan berambut sebahu itu.

"Mbak Diana..."

"Saya masih nggak percaya Dion udah meninggal, bu. Dia itu sahabat saya sejak kuliah. Judul skripsi kami bahkan hampir sama."

"Saya bukan bermaksud untuk tidak sensitif terhadap perasaan anda, mbak. Tapi ada prosedur yang harus kita lakukan. Kalau mbak mau menangis berjam-jam di sini, silahkan. Tapi, perlu saya ingatkan, tidak ada yang bisa keluar dari warung itu setelah saya temukan pelakunya."

"Itu semua ulah Sandra!!" ujar Diana tiba-tiba. "Dia tahu kalau Dion tahu dia berselingkuh dengan Ruben, makanya dia berusaha membunuh Dion. Ini nggak adil buat Dion, bu. Dia nggak salah apa-apa."

"Dari mana mbak Diana tahu informasi ini?"

"Xav yang beritahu saya pas kami lagi kerja."

"Apa mas Xaverius juga tahu kalau mbak Sandra merencanakan membunuh korban?"

Diana kembali diam. Ia memberi gelengan kecil.

"Mbak," tangan Ester bertumpu di meja. Ia mendorong tubuhnya lebih dekat dengan Diana, "Saya tidak bisa mengumpulkan informasi hanya berdasarkan firasat. Ok, saya akan ajukan beberapa pertanyaan. Tolong dijawab dengan jujur."

Diana masih menunduk.

"Apa anda bertemu korban atau mbak Sandra hari ini?"

Setelah satu helaan napas, Diana menjawab,"Tidak. Ini kali pertama untuk hari ini."

"Kalau kemarin?"

Mata Diana menyipit. "Saya sempat bertemu Sandra di Department Store. Saya kurang yakin, dia kayaknya sedang mencari parfum."

"Setelah itu, ada lagi?"

"Itu saja."

"Terima kasih untuk waktunya, mbak Diana." 

Pembunuhan di Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang