Persahabatan

1 0 0
                                    


Beberapa personel kepolisian datang dan membawa Diana yang terborgol. Sandra, Ruben, Xaverius dan Pak Bayu juga ikut dibawa oleh Lopika dengan mobilnya. Hanya tersisa Aipda Ester dan Aipda Arthur di warung kopi.

"Kenapa kau lakukan itu?" tanya Ester.

"Apa?"

"Tadi. Kau menyela saat aku berusaha memberi pelajaran kepada mereka,"

Mereka tiba di samping mobil. Arthur menghembuskan napas panjang.

"Mereka baru saja kehilangan satu orang teman. Aku tahu kau muak dengan kata sahabat."

Ester mendengus.

"Rasanya tidak adil kalau mereka juga kehilangan pertemanan mereka di hari yang sama,"

"Tapi, Gabriel. Hubungan mereka itu sangat palsu. Kau seharusnya menginterogasi mereka sendiri."

"Aku sudah tahu Diana pelakunya sejak kita tiba di warung ini."

"Kupikir malaikat suka memberi pesan kebenaran," ejek Ester.

"Benar. Untuk sebagian orang mereka menerimanya dengan baik. Maria, misalnya."

"Perempuan Nazaret itu?"

"Aku masih ingat. Dia sangat ketakutan melihatku muncul di dapurnya hari itu. Persis seperti kau saat aku muncul di kamarmu."

"Manusia suka lari dari kebenaran. Itu terlalu menyakitkan buat mereka. Sudah watak mereka sejak Adam dan Hawa, lalu si Habel dan seterusnya."

"Bijak sekali. Kau sangat bijaksana," puji Ester.

"Kami tidak diperbolehkan berterima kasih secara pribadi pada manusia. Semua pujian hanya untuk Bapa. Kebijaksanaanku dari Dia. Kau juga, Ester. Kau benar-benar menghidupi namamu. Dia benar-benar cantik, sang Ratu itu. Apa yang mereka tulis itu benar."

Pembunuhan di Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang