11

910 142 12
                                    

taeyoung melirik jam hitam yang melingkar di pergelangan tangannya.
sudah pukul 10 malam dan lelaki itu baru saja keluar dari kampusnya dikarenakan beberapa tugas yang harus segera ia selesaikan.

"apa seongmin sudah pulang?" gumamnya.

seongmin-nya itu memang tidak meminta untuk dijemput, tapi taeyoung merasa agak khawatir karena tidak biasanya ia pulang selarut ini.

"kim taeyoung!"

taeyoung menengok kebelakang untuk melihat siapa yang memanggilnya.

laki-laki itu mempercepat langkahnya menuju tempat taeyoung berdiri saat ini.

"taeyoung, hari ini kau pulang sendirian?"

taeyoung mengangguk.

"ah, bagus, aku pulang bersamamu ya ya ya?" ujarnya cepat.

"kak hyeongjun mau menghabiskan bensin mobilku ya?"

laki-laki bernama hyeongjun yang adalah sahabatnya itu mulai mempoutkan bibirnya, dan tentu saja itu mengundang pandangan dari beberapa mahasiswa yang lewat.

"ya! ya! jangan begitu!" taeyoung menoyor kepala hyeongjun dengan dua jarinya.

"kalau begitu biarkan aku pulang bersama mu yaaa"

kali ini hyeongjun mengeluarkan jurus puppy eyes andalan yang sudah pasti membuat siapapun dibuat gemas olehnya, tapi tidak dengan taeyoung, rasanya bahkan ia ingin sekali membuang manusia dihadapannya ini.

laki-laki jangkung itu memutar bola matanya dan langsung saja menarik lengan sweater yang dipakai hyeongjun yang membuat bagian kerahnya sekarang sedikit melorot.

"jangan ber-aegyo lagi atau kutelantarkan kau ditengah jalan"

hyeongjun pun bertepuk tangan dan menghentak-hentakkan kedua kakinya seperti anak kecil sembari mengucap terimakasih.

mungkin taeyoung berbaik hati kali ini, tapi pikirannya masih kalut memikirkan apakah seongmin sudah pulang ke rumah.

apa dia pergi ke rumah wonjin? batinnya.

"taeyoung" hyeongjun menepuk lengan lelaki di sebelahnya. "jangan melamun! bagaimana jika kita menabrak pohon lalu mati mengenaskan?!"

yang diajak berbicara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya setelah mendengar ucapan hyeongjun.

"taeyoung-ie, apa kau lapar?"

taeyoung hanya sedikit mengangkat bahunya, sepertinya saat ini ia agak tidak peduli dengan perutnya.

"kita sudah bersahabat cukup lama namun kau masih sering bersikap dingin, aku heran denganmu" hyeongjun melipat tangannya didepan dada.

taeyoung hanya menghela napasnya saat mendengar pengakuan sahabatnya itu.
mereka memang mulai bersahabat sejak pertama kali bertemu di kampus ini, tapi mungkin tidak akan ada yang menyangka demikian karena taeyoung jarang sekali terlihat tersenyum saat bersama hyeongjun. mereka lebih kelihatan seperti musuh.

"mari mampir ke restoran cepat saji disana, aku akan mentraktirmu sebagai ganti dari bensinmu yang akan habis karena mengantarku" jari hyeongjun menunjuk ke salah satu restoran dipinggir jalan.

taeyoung melirik hyeongjun sekilas lalu langsung saja membelokkan mobilnya menuju restoran yang sahabatnya itu maksud.

mungkin ini bisa sedikit mengusir rasa khawatir yang menyelimutinya, lagipula ia memang merasa sedikit lapar.

namun saat sedang asyik menyantap burgernya, tiba-tiba mata taeyoung menangkap satu sosok laki-laki yang duduk membelakanginya tiga meja dari tempatnya duduk saat ini sembari menyantap ketang goreng, mejanya penuh buku. sosok laki-laki itu membuat taeyoung sedikit mengeryitkan dahinya heran.

taeyoung beranjak, berniat menghampiri laki-laki tersebut.

"mau kemana?"

taeyoung menepuk bahu hyeongjun dua kali, mengisyaratkan agar dirinya tetap duduk manis ditempatnya.

"kak wonjin?"

laki-laki itu mendongak.

"ah, kau.. ada apa? mau menghajarku karena aku berkencan dengan seongmin?"

taeyoung sedikit memiringkan kepalanya, "untuk apa aku menghajarmu?"

"apa?"

"kau pasti sudah tahu kan" taeyoung menghela napasnya, "dia tidak menginginkan perjodohan ini, lantas apa aku bisa melarangnya melakukan hal yang ia suka?"

wonjin terdiam, matanya masih menatap taeyoung dengan terheran-heran.

"lupakan, aku hanya ingin bertanya apa seongmin bersamamu?"

ia menggeleng, "aku sudah bilang padanya kalau aku tidak bisa menjemput hari ini"

taeyoung mengangguk.

"kenapa menanyakannya?"

"tidak. kurasa dia sudah tidur, ponselnya tidak aktif" bohong taeyoung, bahkan ia sendiri tidak berani untuk menghubungi seongmin karena takut anak itu akan marah.

"aku harap kau tidak menyakiti seongmin, kim taeyoung" ujar wonjin sembari sedikit melirik kearah hyeongjun.

taeyoung hanya melirik sekilas dan tidak menghiraukan ucapan wonjin, lalu pergi meninggalkan restoran itu.

"kim taeyoung... tunggu akuuu" hyeongjun berlari kecil menyusul tubuh jangkung itu.

tapi langkahnya terhenti, lalu ia mundur beberapa langkah menuju meja wonjin.

"oh kau, jangan berpikir yang tidak-tidak, aku tidak berpacaran dengannya" ia kembali melangkah menuju taeyoung yang mungkin sudah sampai di mobilnya.

wonjin mengernyitkan dahinya. "bagaimana dia tahu kalau aku mencurigainya yang sedang bersama taeyoung?" gumamnya.

"hiiii cenayang..." wonjin bergidik ngeri.

taeyoung pulang ke rumah setelah mengantar hyeongjun. ia membanting tubuh jangkungnya ke sofa.

sebetulnya ia ingin sekali menghancurkan wajah laki-laki bernama wonjin itu. tapi ia tidak mungkin melakukannya karena seongmin pasti akan sangat marah kepadanya. lagipula ucapannya tadi ada benarnya kan, seongmin tidak menginginkan perjodohan ini.

lalu ia menyadari sesuatu. kenapa ruangan ini terasa begitu sepi?

ia mulai mengingat-ingat kalau tadi wonjin bilang seongmin tidak bersamanya.

taeyoung pun segera beranjak untuk memeriksa seluruh penjuru rumah, terutama kamar.

dan sepertinya kekhawatirannya benar.

seongmin...

...tidak ada disini.

kemana dia?

🐰🐰🐰

hayo.. siapa yang penasaran sama keadaan seongmin?
kenapa dan kemana yaa diaa.. hihi

can you love me? × gongtang (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang