O2

1.5K 238 63
                                    

seongmin terbangun karena cahaya matahari yang menyelinap masuk dari balik tirai itu mengenai wajahnya.

ia melirik sejenak ke arah jam yang ada di mejanya lalu bangkit menuju kamar mandi.

ia memandang pantulan dirinya di cermin. matanya sembab.

aku pasti menangis sampai tertidur, batinnya.

laki-laki itu menyalakan keran dan membasuh wajahnya.

tiba-tiba ia teringat akan ucapan serim, ayahnya yang tidak memperbolehkannya untuk menemui wonjin lagi. tapi kenapa?

"seongmin..."

panggilan allen membuat lamunan seongmin seketika buyar.

"oh kau sedang mandi ya, setelah mandi cepat turun ya.. ayah mu ingin bicara"

seongmin menghela napas.

"iyaaa bun..."

seongmin berjalan lunglai menuruni tangga. ia bisa melihat ayah dan ibunya yang sedang menyantap sarapan di dapur.

seongmin agak bingung tumben sekali serim tidak bekerja, biasanya ayahnya itu akan tetap berangkat kerja di hari sabtu begini.

"pagi bun, yah"

"pagi nak, ayo sarapan dulu" ajak allen.

seongmin pun duduk di hadapan orang tuanya itu.

ia menggigit kecil roti yang sudah ibunya panggang dan diberi selai strawberry.

"ayah... mau bicara apa?" tanya seongmin yang masih sibuk dengan rotinya.

ia bisa mendengar hela napas serim.

"seongmin, kamu sudah tahu kan bahwa umurmu ini sudah cukup dewasa, kamu bukan anak kecil lagi sekarang"

seongmin mengangguk pelan, pandangannya tidak lepas dari roti yang ia pegang.

"karena itu ayah dan bunda sudah sepakat untuk melakukan... perjodohan untukmu"

seongmin terperanjat dan hampir tersedak.

"apa?!"

tentu saja seongmin terkejut.

bagaimana tidak, ayahnya kini ingin menjodohkan dirinya dengan sangat tiba-tiba.

ini diluar dugaan seongmin dan seongmin tidak suka.

"tidak ada penolakan karena sudah ada kesepakatan dari kedua belah pihak"

"tapi... ayah bilang sendiri kalau aku sudah dewasa, seharusnya ayah-"

"umurmu memang sudah dewasa tapi sikapmu masih seperti anak kecil, park seongmin!"

seongmin terdiam.

ia tidak bisa menjawab karena apa yang ayahnya katakan itu memang benar.

sampai saat ini seongmin masih terus bersikap seperti anak kecil.

ia belum bisa dewasa.

"maafkan bunda nak, tapi ucapan ayahmu ada benarnya dan karena sikapmu yang kekanakan itu, kami setuju untuk menjodohkan kamu agar kamu lebih bisa bersikap dewasa"

seongmin tidak kuat, air matanya jatuh begitu saja.

"apakah... perjodohan adalah cara yang tepat untuk mendewasakan seorang anak?" seongmin mengepal tangannya kuat.

orang tua nya itu sekarang terdiam menatap anaknya yang sekarang pipinya telah basah oleh air mata.

"apa kalian sudah bosan mengurusku?"

can you love me? × gongtang (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang