17.Pertengkaran dilapangan sekolah

60 20 23
                                    

"Sekali lagi,kalau lo punya masalah apapun atau ada siapapun yang nyakitin lo.Lo harus bilang sama gue Janji? "
- Elvano Arkanda -

||

"Ditampar?" Vano mengernyit tidak percaya.Gibran baru saja menyampaikam bahwa siang tadi Anggi ditampar oleh Nindya akibat kejadian beberapa hari lalu.

Gibran mengangguk "Lo gatau? Tadi Capella sempat heboh karena itu" Balas Gibran dengan mulut kompornya "Sampe berbekas anjir,gue sih gak tega"

Tangan Vano mengepal "Gue harus bicara sama Anggi habis ini" Matanya memandang hujan yang tak kunjung reda ditambah malam yang semakin larut membuat Vano tidak bisa pulang.

"Gua anter aja pakek mobil mama" Gibran menyambar jaketnya diatas meja "Cepetan,dari pada lo nginep disini sampe pagi ngerepotin gue"

"Anjir lo cepetan"

Gibran dan Vano langsung saja keluar dari kamar bernuansa gelap itu.Segera pergi menuju kediaman Vano yang berjarak cukup jauh dari sana.

•••

Mata Vano memerah.Bahkan dingin diluar sana sama sekali tidak membuatnya kehilangan amarahnya.Tubuh dan matanya memanas setelah memaksa Anggi menjelaskan semua kejadian pagi tadi disekolah.

"Kok lo gak bilang sih?" Vano mengusap wajahnya frustasi.

Anggi hanya bisa menunduk.Ia tidak mau menjawab Vano yang pastinya akan memperkeruh suasana.

"Astaga Grey! Lo kok bodoh banget sih!" Ujar Vano tidak percaya.

Bagaimana tidak? Anggi yang dia kenal tidak begini.Masih ingat dengan Chasania? Begitulah sifat Anggi yang sebenarnya.Dia akan bertindak dengan keras jika sudah kelewat batas.

"Jawab Grey! Jawab!!" Vano mengguncang bahu Anggi yang sudah tersentak.

"Maaf El,aku cuma sadar itu salah aku jadi aku gak mau bales"

Anggi mengigit bibir bawahnya guna menahan tangisan yang siap meluncur kapan saja.

"Astaga,gue gak habis pikir sama lo Grey" Lagi-lagi Vano mengusap wajahnya kasar "Lo 'kan gak sengaja.Gak seharusnya dia nampar lo gitu! Gue gak bakal biarin"

Anggi menggeleng "Jangan ya El,aku gapapa kok.Aku gak mau ada keributan"

Vano menghela napas sebelum ia merengkuh tubuh dingin Anggi.Ia menghela napas pelan dengan tangan yang sibuk mengusap puncak kepala adik bungsunya itu.

"Sekali lagi,kalau lo punya masalah apapun atau ada siapapun yang nyakitin lo.Lo harus bilang sama gue Janji? " Vano berujar lirih.

"Janji" Balas Anggi ragu.

•••

Mading sekolah kini dipenuhi dengan beredarnya foto Nindya yang menampar Anggi didalam kelas.Entah siapa yang menyebar itu semua.Yang jelas Nindya dibuat murka olehnya.

"Akhh siapa sih yang nyebarin itu semua?!!" Teriak Nindya frustasi.Ia mengacak-acak rambutnya didalam toilet.

"Nin,kamu jangan gini dong.Jangan lemah,ingatkan tujuan kita kesini buat apa? Lagian aku udah nambahin sesuatu disana"Ujar Lila memperingati.

Nindya mengangguk dengan sebelah bibirnya yang menyunggingkan senyuman "Iya lil,kita bakal hancurin mereka semua.Tapi kamu tambahin apa?" Balasnya penuh amarah.

Lila ikut tersenyum bersama Nindya "Bagus deh,mending sekarang kita keluar dan buang semua foto itu sebelum Vano liat.Kamu gak mau 'kan nanti Vano marah besar sama kamu?"

Lexicon [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang