7.Abu-abu

61 34 0
                                    

"Percuma kalau parasnya.cantik tapi hati dan pikirannya licik"
-Elvano Arkanda-

•••

Abu-abu.Gadis itu bimbang apakah yang dikatakan mamanya tadi benar? Semua terasa tidak jelas.

Pikirannya kalut,berusaha menyibukkan diri demgan membaca buku--novel dan lain sebagainya namun setiap patah kata yang sang mama ucapkan kembali dalam pikiran layaknya rekaman masa lalu yang terputar tanpa diminta.

"Akhhh" Teriaknya frustasi;melemparkan semua barang yang ditangkap netranya "Bodoh! bodoh! bodoh!" Rutuknya semakin menjadi-jadi.Ia menangis.

Duduk disamping kasur dengan kaki yang ditekuk--menangis disela-selanya.

Hatinya terasa sangat sakit.Bagaimana tidak? Selama ini dia tidak dirawat oleh orang tuanya.Mama dan papanya bercerai saat dia lahir,bukankah itu menjadi pikiran buruk untuknya?

Ia merasa menjadi anak sial yang merusak hubungan mama dan papanya itu.Namun sang kakak selalu mengatakan bahwa itu tidak benar.

Sekarang dia harus dihadapkan dengan masalah yang lebih besar lagi.Rasanya sangat sakit--ditampar oleh kenyataan bahwa sang mama yang selama ini dibenci juga merasakan depresi berat kehilangan anak keduanya; kembaran tidak identik Gibran yang lahir setelah pria tampan itu.

Angel buru-buru menghapus air matanya saat mendengar suara ketukan pintu.Ia beranjak dari duduknya dan membuka pintu itu setelah menarik napas dalam-dalam lebih dulu.

"Mama? Mama nangis?" Tanya Angel melihat mata mamanya yang membengkak dengan pipi dan hidung memerah "Kak gibran gak setuju ya ma?"

Mamanya menggeleng "Kakak kamu setuju kok,sekarang kamu siap-siap..kita makan siang bareng" Ajaknya mamanya dengan senyum merekah dipipi membuat sang putri ikut tersenyum.

"Iya udah lama Angel gak makan bareng mama,tapi Angel mau masakan mama bukan makan direstoran" balas Angel dengan wajah merengut "mama masak ya? Angel bantuin deh" Tawarnya.

Sang mama tersenyum "Yaudah ayo,tapi janji kamu jangan nangis lagi?" Ujar sang mama memberi peringatan.Angel tertawa kecil dan mengangguk "abis makan kita beresin kamar kamu,udah berantakan banget"

"Hehe maaf ma,yaudah ayo Angel lapar" Angel menutup pintu kamarnya dan membawa mamanya kedapur.

Angel bercerita tentang semuanya,tentang dia yang menyukai kakak kelas yang tidak lain tidak bukan adalah Elvano Arkanda--kakak dari sahabatnya sendiri.

Menyenangkan.Sudah sepantasnya anak perempuan dan sang ibu akur,seperti sahabat sendiri.

Sang mama juga tidak melarang Angel berpacaran hanya saja jangan sampai kelewat batas.Bukankah pacaran itu yang normal?

•••

Gibran menunggu pintu itu terbuka.Ia berniat langsung menemui papanya dan menanyakan kebenaran itu.

Saat pintu terbuka ia tidak menunjukkan senyum atau mengucapkan salam.Yang membuka pintu bukan sang papa,melainkan istri sang papa sekarang ini--yang dia nikahi beberapa tahun setelah menceraikan mama Gibran.

"Tante,papa ada?" Tanya Gibran datar.

Wanita tersebut mengangguk dan mempersilahkan Gibran lalu memanggil sang suami yang berada didalam kamar.

Sosok pria itu menghampiri Gibran yang tengah menunduk memainkan kedua tangannya.Menghilangkan perasaan bosan.

"Tumben kamu datang nemuin papa,kenapa?l Tanya pria itu,wajahnya sangat mirip dengan Gibran.Mungkin itulah gambaran Gibran dimasa tuanya nanti.

Lexicon [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang